harus bisa

326 41 0
                                    

Vote nya Jangan lupa
.
.
.

Celvin menutup kepalanya menggunakan kupluk jaket hitam nya, berjalan di tengah orang-orang yang memperhatikan membuat Celvin merasa tidak nyaman.

Pagi ini Celvin memaksa Gun untuk mengantarkan nya pulang, sudah lama ia libur, bisa-bisa Celvin tidak naik kelas kalau liburan terus.

Setelah sampai koridor sekolah, Celvin membuka kupluk yang menutupi kepalanya,ia bernafas lega karena tidak ada lagi orang yang berlalu-lalang.

Celvin berdecak dengan kesal karena tidak tahu di mana letak ruang guru, seharusnya ia mengiyakan saja ucapan Gun yang ingin mengantarkan nya sampai ruang guru, tetapi jika ia mengijinkan Gun ikut sudah pasti akan menjadi lebih banyak yang memperhatikan, terlebih Gun orang yang tampan.

"Astaga!"

Jantung Celvin rasanya mau pindah karena terkejut tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang.
Celvin menjauh dua langkah setelah melihat seorang pria tinggi yang baru saja menepuk bahunya.

"Anak baru?"

Celvin melirik pria itu dari balik poni nya kemudian mengangguk pelan, bertemu dengan orang baru membuat jantung Celvin berdetak kencang, tubuhnya bergetar dan kaki nya terasa lemas.

"Saya ketua OSIS di sini,mau saya antar?"

Tangan Celvin mengepal, bingung antara ingin ikut atau tidak, jika ia ikut apa orang baru ini tidak melakukan hal jahat padanya?

Celvin melihat kembali orang yang berbicara padanya,pria itu tersenyum lembut sembari menunggu jawaban Celvin.

"G-gak usah"

Celvin segera pergi karena tubuhnya bereaksi berlebihan, padahal sudah minum obat dari ibunya Gun tetapi kenapa rasa panik dan takut tetap ada.

"Hei-"

Pria itu terkejut saat tangan nya menerima penolakan dari Celvin,ia menatap lama tangan nya di udara dan melihat kembali kearah Celvin,ia tahu ada yang tidak beres, terbukti dari tubuh Celvin yang bergetar ketakutan meskipun samar.

"Maaf, baiklah kalau tidak mau di antar, kamu lurus aja nanti ada belokan kamu belok kiri aja nah di situ ada tiga ruang,kamu masuk aja di ruang tengah"

Celvin mengangguk mengerti, setelah ia mengucapkan terimakasih, buru-buru ia berlari mencari ruang yang ditunjukkan si ketua OSIS tadi.

Nafas nya memburu hebat setelah melihat papan nama di atas pintu bertulisan 'ruang guru' .
Celvin segera masuk dan di sambut oleh seorang wanita paruh baya yang sudah duduk di mejanya dengan senyum tersenyum lebar.

"Nak Celvin, silahkan masuk"

Di dalam ruangan ada beberapa meja guru seperti ruang guru kebanyakan, Celvin duduk di depan kepala sekolah dengan gugup.
Kepala sekolah menjelaskan dimana kelas Celvin agar Celvin mudah menemukan kelasnya.

"Bu, permisi "

Seorang siswa masuk memotong pembicaraan kepala sekolah, Celvin ikut melihat kebelakang dan terkejut melihat pria tadi.

Pria tadi a.k.a ketua OSIS itu ingin kembali setelah selesai menaruh beberapa buku siswa di atas meja guru namun kepala sekolah kembali memanggil nya.

"Bisa tolong antar kan Celvin ke kelas nya? Dia anak baru dan masih bingung jalan sekolah ini"

Ketua OSIS itu tersenyum dan mengangguk mengiyakan, Celvin akhirnya mengikuti langkah ketua OSIS dari belakang.

"Namaku Alex, jangan sungkan kalau ada apa-apa beritahu aku ya. Kita juga satu kelas"

Celvin terkejut saat tiba-tiba Alex menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya membuat Celvin hampir menubruk punggung itu.

"Salam kenal,jadi kita berteman kan?"

Alex mengulurkan tangannya namun Celvin tidak ingin menyentuh tangan itu, Celvin takut.

Alex tersenyum canggung dan menurunkan tangannya,ia manggut-manggut mengerti dengan keadaan Celvin yang sepertinya takut akan sesuatu,sama seperti kembaran nya yang saat ini sekolah di rumah.

Alex mendekat maju sampai tinggal tersisa satu langkah, Celvin yang ingin mundur menjauh tertahan oleh tangan Alex yang memegang bahunya.

"Jangan takut,aku bukan mereka. Aku bisa jadi teman mu mulai sekarang, tidak akan ada yang mengganggumu. Jangan berfikir aku akan jahat kayak mereka. Aku juga udah punya pacar"

Kata Alex panjang lebar, perlahan Celvin mengangkat kepalanya dan dapat melihat senyum hangat dari sang ketua OSIS, senyum yang membuat nya merasa aman seperti ia berada di dekat Gun.

"Kembaran ku juga seperti mu,dia bisa melawan ketakutan nya. Kamu juga pasti bisa"

Celvin hanya mengangguk dan kembali berjalan di samping Alex.
Celvin juga ingin bisa melawan ketakutan nya, tetapi menghilangkan trauma butuh cukup lama, Celvin akan berusaha melawan ketakutan nya sendiri agar kehidupan nya seperti dulu, ia akan berusaha hidup tanpa lindungan Gun lagi karena Celvin juga seorang laki-laki, Celvin pasti bisa melakukan nya.

Di tempat lain.
Gun terbaring di atas ranjang nya,pagi ini ia tidak kuliah karena baru saja pulang dari kantor polisi, ketiga pelaku pelecehan Celvin berhasil ia jebloskan ke penjara khusus anak di bawah umur.

Gun melihat kearah ranjang Celvin yang kosong, kemarin Celvin sudah beberes dan pergi dari asrama ini, karena sekolah dan jarak asrama yang cukup jauh membuat Celvin harus pergi kembali pulang kerumahnya dan meninggalkan Gun di dalam kamar cukup besar ini sendirian, ya walaupun awalnya Gun merasa akan lebih nyaman jika tidur sendiri tetapi sekarang malah merasa kesepian.

Gun membuang nafas panjang sekali lagi, tidak ada lagi Gun mendengar Celvin yang terus memanggil namanya, tidak juga Gun mendengar ketikan komputer yang berisik.

Sampai suara ketukan pintu mengejutkan Gun,suara pemiliki asrama yang heboh di luar membuat Gun membuka pintu dengan malas.

"Lama amat buka pintu,lagi ngapain?"

Pemilik asrama menatap Gun dengan curiga, namun setelah itu ia menyuruh pria mungil di belakang nya untuk berdiri di sampingnya agar Gun bisa melihat pria mungil itu juga.

"Kamar sebelah mu kosong kan?"

Gun mengernyitkan dahi nya dalam,tahu betul maksud dan tujuan ibu pemilik asrama. Gun kembali melihat kearah pria mungil itu yang masih juga menampilkan senyum, wajah bulat dengan mata besar itu membuat pria kecil di hadapannya terlihat lucu.

"Kamu tinggal di kamar ini"

"Makasih bu"

Setelah kepergian ibu asrama,pria kecil itu segera membawa barang nya masuk,menata barang-barang nya dan baju-baju nya ke dalam lemari.

"Ehem"

Gun berdehem untuk mengambil atensi teman sekamarnya yang baru, pria bertubuh kecil itu menghentikan aktivitas nya sejenak dan melihat kearah Gun dengan senyum tak lepas dari bibir nya.

"Iya?"

"sekolah SMA mana?"

Siapa tau kan anak itu sekolah di sekolah yang sama dengan Celvin,bisa setiap hari Gun menanyakan keadaan Celvin.

"Saya udah kuliah bang, semester 5 jurusan kedokteran"

Mata Gun seperti akan keluar, sudah kuliah? Tubuh kecil begitu?
Bahkan Gun masih semester 4.
Gun menggaruk kepalanya yang tidak gatal,ia hanya bergumam menjawab pertanyaan dari pria kecil itu, bisa-bisanya Gun memanggil seniornya dengan panggilan 'dek'.

Gun mendudukkan dirinya di atas kasur, kembali memperhatikan pria kecil itu, teringat dengan Celvin yang pertama kali datang kesini.

Sial, Gun harus kembali beradaptasi dengan orang baru.
Gun membuang nafas panjang,ia pasti bisa melakukan nya karena mengenal seseorang yang baru itu tidak buruk juga.

Not a rainbow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang