Dont repost!!❌Inspired by tiktok @eriya.sijeunie
Harap tidak membawa cerita lain kesini yaa^^
Happy reading ><
Setelah Gesya dan Jian berangkat, Marsell membersihkan piring dan gelas kotor yang mereka pakai saat sarapan tadi. Pekerjaan rumah ini sudah dikerjakan Marsell semenjak kandungan Gesya masuk bulan ke-4. Artinya, sudah satu bulan ia mengerjakan pekerjaan rumah. Tadinya Gesya ingin membagi pekerjaan rumah agar Marsell tidak terlalu lelah, tapi Marsell menolak dan meyakinkan Gesya kalau ia tidak kelelahan mengerjakan semuanya.
Selesai mencuci piring, Marsell melakukan pekerjaan lainnya sebelum menemui dospem. 2 bulan terakhir skripsinya menganggur karna ia sibuk mengurusi Gesya dan untungnya Gesya tidak sering ngidam akhir akhir ini. Ia baru menyelesaikan 3 bab sementara target Marsell tahun ini adalah lulus sidang skripsi dan wisuda dengan predikat cumlaude. Sepertinya kemungkinannya sangat kecil mengingat waktunya tinggal beberapa bulan lagi.
Marsell terlalu pusing memikirkan semuanya. Ia butuh sandaran, tapi sangat tidak mungkin untuk bercerita kepada orang tuanya. Bisa bisa ia dihajar habis habisan.
Setelah selesai beberes rumah, Marsell memutuskan untuk mandi dan bersiap menemui dospem. Ia meraih handuk dan memasuki kamar mandi.
Marsell tak butuh waktu lama untuk mandi, 10 menit sudah sangat cukup untuknya. Karna tak punya banyak waktu, Marsell terburu-buru hingga tak menyadari ada telpon untuknya. Berkali kali handphone nya berbunyi tapi ia tak mendengarnya. Sampai panggilan itu berhenti Marsell masih menyiapkan perlengkapan untuk skripsiannya.
Sudah siap semua, Marsell mengambil handphone nya dan memasukkannya kedalam saku celananya. Ia langsung kebawah dan mengambil kunci motornya. Saat membuka pintu, ia menemukan mobil Jiandra di depan rumahnya. Ia memerhatikan mobil itu hingga pemiliknya keluar. Dahinya semakin mengerut saat melihat Jian tidak sendiri.
Marsell menghampiri Jian dan Gesya. Ia menatap kedua orang itu bergantian.
"Kok balik? Baru sejam kalian ninggalin rumah"
"Gesya tadi shock karna hampir jatoh di tangga fakultasnya. Untungnya gua liat dan gua tahan sebelum dia jatoh."
Gesya hanya diam menunduk. Dirinya takut dimarahi Marsell, karna sebelumnya ia dan Marsell berdebat soal ini.
Marsell menghela nafas. Bukan waktunya untuk berdebat, ia menyuruh Jian membawa Gesya kekamarnya dan menjaganya. Jian mengangguk dan membawa Gesya kedalam.
Marsell menyalakan motornya dan pergi dari perkarangan rumah. Sementara Jian menuntun Gesya kekamarnya.
Jian membantu Gesya bersandar di ranjang. Setelahnya Jian turun kebawah membuat teh hangat untuk Gesya.
Gesya memejamkan matanya. Ia terbayang dengan kejadian barusan. Ia membayangkan bagaimana kalau Jian tidak menghampirinya? Apa yang terjadi kalau ia jatuh? Apakah perutnya akan kena benturan lantai? Gesya langsung menggeleng untuk menghapus semua bayangan buruknya.
"Sya, lo kenapa?" Gesya terkejut. Ia langsung menoleh kearah pintu. Ternyata Jian yang membawakan teh untuknya.
"Makasih, Ji."
Jian mengangguk dan menaruh gelas berisi teh tersebut di atas nakas dekat kasur Gesya. Ia duduk di tepi ranjang. Matanya menatap mata Gesya sangat dalam. Gesya terbuai dalam tatapan Jian sampai ia tak sadar bahwa jarak kedunya tinggal sejengkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny ●Park Jisung●
Fiksi RemajaKehidupan Gesya berubah dalam sekejap pada malam itu. Malam yang sangat buruk bahkan bisa dikatakan malam itu Gesya sangat kotor. Ia tak pantas disebut wanita. Jalang adalah sebutan yang pantas untuknya. Masa depannya hancur begitu saja. Dan ini sem...