4. Kecewa

72 10 0
                                    

Dont repost!!❌

Inspired by tiktok @eriya.sijeunie

Harap tidak membawa cerita lain kesini yaa^^

Happy reading><


















Kelas sudah selesai sejak 5 menit yang lalu. Naresh menunggu Gesya yang tak kunjung keluar. Berkali kali ia menelpon Gesya tidak diangkat. Penasaran apa yang sedang Gesya lakukan, Naresh memutuskan untuk masuk ke fakultas Gesya.




Siapa yang tak kenal Naresh? Mahasiswa populer sejak ia menjadi Maba karna parasnya yang tampan. Oh, jangan lupakan teman temannya yang lain. Semuanya tampan, bahkan banyak yang mengincar mereka. Tapi hanya Gesya yang bisa dekat dengan mereka semua. Iri? Tentu saja. Siapa yang tidak mau dekat dengan Naresh dan sahabatnya? Semua orang di kampus itu mau. Bahkan kating sekalipun.





Naresh mendengar mereka berbisik.





"Itu Naresh?"


"Naresh anak teknik kan?"



"Dia mau ke siapa?"



"Dia pasti ingin menemui Gesya"



Dan banyak lagi. Naresh tidak menghiraukan para fans nya. Ia hanya ingin cepat cepat ke kelas Gesya dan mengajaknya pulang.



Sampainya disana, ia melihat kelas itu kosong. Naresh masuk kedalam untuk melihat kelasnya. Ia melihat Gesya di bangku belakang dengan posisi tertidur. Naresh Membiarkan Gesya tertidur. Ia duduk di sebelah gesya sambil memerhatikan wajah kekasihnya yang tertidur sangat pulas.



'cantik' batinnya. Naresh berharap bisa melihat ini setiap hari. Apa ia bisa? Ia tak yakin ia bisa.



"Naresh?" Naresh terkejut. Apa ia melamun? Ia tak sadar kalau Gesya sudah bangun.



"Udah bangun? Tadi kamu keliatan pules banget, aku ga tega bangunin kamu." Naresh malu karna sudah memerhatikan Gesya diam diam. Karna takut dikira melakukan hal yang aneh aneh, mereka segera keluar fakultas dan berjalan kearah parkiran




◉◉◉
























Sampainya dirumah, Naresh dan Gesya melihat Marsell di depan teras seperti menunggu sesuatu. Gesya turun dari mobil karna ingin cepat cepat kekamar. Capek sekali rasanya. Sementara Naresh, ia ingin menyapa Marsell untuk sekedar basa basi. Harus baik ke calon kakak ipar, kan.


Naresh memandangi wajah Marsell. Wajahnya seperti menahan marah. Naresh tidak ingin memikirkan itu. Ia segera menghampiri Marsell.

"Oi, bang." Marsell hanya menatap wajah Naresh datar. Terlihat tidak menyenangkan.



"Lo kenapa bang? Kok kayak gasuka gitu liat gue?" Ucap Naresh to the point. Marsel menghela nafas kasar dan menepuk bahu Naresh.

"Ada masalah bro. Gue gapapa. Lo mau kemana sekarang?" Naresh paham. Calon kakak iparnya itu ada sesuatu yang tidak bisa di beritahu kepada siapapun.


"Gua mau ke ke apart, bang. Sama anak anak. Lo mau bareng apa mau nyusul?"

"Gua nyusul aja. Ada yang harus gua beresin sekarang." Naresh mengangguk. Ia berpamitan kepada Marsell dan segera menuju apart.


Marsell kembali masuk kedalam rumah. Wajahnya kembali datar. Ia menuju kamar Gesya.


Tanpa pikir panjang, ia langsung membuka pintu kamar Gesya. Ia melihat Gesya sedang tiduran dengan tangan kanan yang mengusap perutnya. Ia semakin yakin bahwa Gesya menyembunyikan sesuatu.

Gesya yang tersadar ada yang membuka pintu kamarnya. Ia panik dan langsung menurunkan tangannya. Tapi telat. Marsell melihatnya sedang mengusap perutnya.

"Kakak kenapa ga ngetuk pintu dulu sih? Aku kaget tau! Ishhh kebiasaan banget." Marsell hanya diam dan menatapnya datar. Gesya takut dengan tatapan kakaknya. Ia memalingkan wajahnya.

"Ada yang kamu sembunyiin dari kakak kan, Sya?"

Deg


Jantung Gesya memompa lebih cepat. Apa kakaknya sudah tahu? Darimana dia tahu?

"Ngomong apasi kak? Aku ga nyembunyiin apa apa." Gesya berbohong. Marsell tahu itu.

"Jujur Sya. Kakak gasuka sama tukang bohong."

"Gesya ga nyembunyiin apa apa!"

Marsell mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Gesya terbelalak melihat apa yang dikeluarkan Marsell. Testpacknya yang hilang. Mengapa benda itu bisa ada di kakaknya?

"Ini apa? Punya siapa ini? Perempuan dirumah ini cuma kamu." Gesya gugup. Ia tak tahu harus mengatakan apa. Ia tak mau kakaknya marah.

"I-itu aku bisa jelasin-"


"Jelasin." Gesya terdiam. Ia tak bisa menjelaskan apa yang terjadi. Ia tidak mau Naresh kenapa-napa. Gesya hanya bisa menunduk.

"Jelasin, Sya. Jelasin sedetail detailnya."


Samar samar terdengar isakan tangis Gesya, semakin lama tangisannya menjadi jadi. Marsel yang melihat itu memeluk Gesya dengan tangan yang lemas. Gesya menumpahkan semua tangisannya dipelukan Marsell. Sementara Marsell, ia bingung harus bagaimana. Marah? Ya. Kecewa? Sangat. Tapi tidak mungkin ia menumpahkan emosinya kepada Gesya. Marsell tidak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau orang tuanya tau tentang ini. Ia bisa dimarahi habis habisan. Air mata mengalir ke pipi Marsell. Ia gagal menjadi kakak yang baik.


Keduanya rapuh. Menyesal sudah tak guna. Berharap bahwa ini hanya mimpi. Bagaimana caranya memberitahu orang tuanya tanpa ada kemarahan? Mereka saling menangis sambil berpelukan. Berharap bisa melewati semua kekacauan ini.

Amarah mulai menguasai Marsell. Ia melepas pekukan Gesya. Marsell menatap Gesya yang banjir air mata. Melihat adiknya yang rapuh sungguh membuatnya merasa tidak becus menjaganya.

"Siapa yang lakuin ini?" Gesya diam. Ia takut dengan kakaknya.


"Siapa yang bikin kamu kayak gini Gesya!" Bentak Marsell. Badan Gesya gemetar. Baru kali ini kakaknya membentaknya. Marsell terlihat menyeramkan.


"Cepet kasih tau kakak! Siapa yang lakuin ini?!"



























"N-na-naresh..."























.

















.

















.























Tbc


Haiii aku kembaliiii.

Kalau misalkan ada yang ga ngefeel atau ga jelas jalan ceritanya, tolong kasih tau yaaaa. Biar nanti aku perbaikii.

Aku masih pemula jadi minta bantuannya buat koreksi tulisan aku yaaaa^^



Sekian terima jisung💚

Salam dari Raaaaa🌼

Destiny ●Park Jisung●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang