8. On my period

851 101 25
                                    

Sayang seribu kali sayang, hari sabtu adalah weekend yang tak begitu seru bagi Jiya. Jiya hanya sibuk meredam rasa keram di perut karena ia memasuki hari pertama masa period nya.
Biarlah, tak apa kali ini ia tak menikmati hari libur, masih ada hari minggu itu pun kalau Jiya sedang tak malas bergerak. Biasanya sih seperti itu, Jiya akan sering berbaring saja dan sangat malas untuk bergerak kalau sedang menjalani masa period nya.

Mengecek stok pembalut di dalam lemari yang untungnya masih ada untuk beberapa hari ke depan. Lalu berbaring kembali, termenung menatapi langit-langit kamar. Bangkit lagi ke arah cermin hanya sekedar untuk berkaca, melihat tampilan diri yang seperti singa baru bangun dari tidurnya. Kembali berbaring lagi.

Seputaran itu-itu saja yang di lakukannya.
Masih di satu ruangan saja yaitu kamarnya. Mau melakukan yang lebih berat tapi hatinya sangat tidak minat. Sekarang Jiya bisa mati kebosanan, dia merasa seperti ada yang kurang, ada yang bolong hari ini, tapi dia tidak tau apa itu.

Saat menghembuskan nafas berat, muncul notifikasi pesan masuk di ponselnya.
Dengan gerakan cepat Jiya langsung melihat siapa yang sudah mengiriminya pesan. Seperti seakan sudah menunggu, Jiya memasang wajah senyum dan senang melihat nama Min Daepyo tertera di layar ponsel.


Min Daepyo
'mau berjalan-jalan?'

Yaah, Jiya jadi cemberut membaca pesan itu, wajah serta alis nya di tekuk, bibir dimanyun-manyunkan ke depan. Yoongi sedang mengajak nya jalan-jalan, Jiya mana bisa ikut di keadaannya yang seperti ini, dia sedang sakit perut dan tidak dalam kondisi mood  yang bagus untuk di ajak kemana-mana. Jari-jari cantiknya bergerak untuk mengetik membalas pesan Yoongi.


Jiya
'Tidak, sedang sakit perut. Im on my period'


Tidak ada lagi balasan dari Yoongi, ya sudah Jiya tak mempermasalahkan itu. Jiya akan melanjutkan bacaan novelnya saja kalau begitu untuk mengusir rasa bosannya. Tak lama kemudian rasa keram di perutnya semakin menjadi, Jiya memaksakan diri berjalan susah payah untuk keluar kamar mengambil minuman obat pereda nyeri haid di kulkas. Jalan pun sudah terbungkuk memegangi perut sambil meraba-raba dinding.
Beruntung rasa sakit nya datang di hari ia libur bekerja.

Sibuk mencari botol minuman pereda nyeri haid yang sial nya tidak ada, kemungkinan sudah habis. Lalu suara bel dan gedoran pintu berkali-kali dengan tidak santai datang secara bersamaan.  Bel itu ditekan berulang-ulang sudah seperti penagih hutang saja. Jiya jadi overthingking, apa itu penagih uang sewa kontrakannya? Tapi seingatnya dia tak pernah bayar menunggak dan pembayaran selalu tepat waktu.

"Haiiiii." Jiya langsung terkejut dan lemas ketika membuka pintu karena dikejutkan begitu. Wajah nya pucat ditambah sedang merasakan rasa sakit.

"Eh sayangku kenapa?"
Yoongi panik mendapati Jiya yang pucat tak berdaya. Pria itu mendekati Jiya yang sudah terduduk memegangi perut dan kepalanya.
Apa dia sudah keterlaluan membuat Jiya ketakutan? Sepertinya dia tidak sampai sebegitunya. Berarti gadis ini sudah sakit terlebih dahulu. Yoongi mengendong tubuh lemas itu memasuki kamar.

"Kita ke rumah sakit saja, bagaimana?" Yoongi bertanya sambil mengecup jari Jiya yang ada di genggamannya.

Jiya menggeleng lemah. "Tidak mau, aku hanya sedang haid saja."

"Kalau tidak mau ke rumah sakit aku akan panggil dokter saja. Tak mungkin hanya faktor haid sedangkan cantikku sakit sekali begini."

"Daepyo-nim. Tolong jangan berlebihan." Protes Jiya. Lihat, bibir Jiya saja sudah kering, pucat dan terkelupas. Yoongi mana bisa tega melihat pujaan hatinya seperti itu, dia jadi tetap kekeuh dengan pendirian nya untuk memanggil dokter.

Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang