11. Strawberry

759 78 12
                                    

Yoongi lebih memilih mengajak kekasihnya untuk memanen strawberry di kebun pamannya.
Bersyukur hari libur kali ini Jiya bisa menikmati walaupun hanya di ajak berkebun saja, tidak apa-apa, mungkin di lain hari mereka akan traveling ke luar kota. Jarak tempuh untuk bisa sampai ke rumah paman Yoongi biasanya memakan waktu dua atau tiga jam, kalau jalanan tidak macet.

Senang sekali rasanya Jiya saat ini, dia masih tidak menyangka akan menjadi seorang kekasih dari Min Yoongi. Ada apa dengan otak pria itu ketika ingin Jiya untuk menjadi kekasihnya yang tidak memiliki apa-apa ini.

Tapi sampai saat ini Jiya juga sudah merasa sangat bersalah karena sedikit pun tidak tau apa-apa tentang Yoongi, kecuali pria itu adalah anak dari Direktur Utama di perusahaan. Dan Direktur Utama pun belum pernah dilihat secara langsung oleh Jiya. Hanya dari melihat foto yang terpampang di ruang kerja Yoongi saja. Perlahan saja, Yoongi mungkin akan mengerti, pria itu juga tidak mempermasalahkan nya.

Sudah memakan waktu dua jam lewat tiga puluh menit, Jiya sangat khawatir Yoongi lelah atau mengantuk saat menyetir mobil. Mengingat mereka sudah lembur sampai larut malam.
"Yoongi, tidak lelah? Tidak ngantuk?"

"Tidak. Memangnya kenapa sayang?"
Pria Min ini melihat gurat khawatir di wajah gadisnya.

"Tidak apa-apa Jiya cantik, aku tidak akan lelah selama itu masih bersamamu." Yoongi meyakinkan dengan mengusap surai, lalu turun untuk mengusap daun telinga Jiya seperti biasa.

Hoii, gombal sekali kau Min Yoongi. Tidak lihat apa jantung Jiya sudah seperti drum yang di pukul. Gampang sekali membuat anak orang salah tingkah, Jiya jadi mengalihkan perhatiannya keluar jendela.

Musik, canda dan tawa menemani perjalanan mereka saat ini.

Sampai mobil milik pria Min ini sudah memasuki pekarangan kediaman paman nya.
Pamannya menyambut dengan hangat sekali kedatangan mereka. Mengajak Yoongi dan Jiya masuk untuk bercengkrama mengenai kebun strawberry yang akan mereka panen nanti.

Ngomong-ngomong rumah paman Yoongi itu sangat nyaman meskipun terlihat sederhana. Sederhana tapi terkesan modern. Di dalamnya dingin kendati tidak memasang mesin pendingin.
Yoongi dan Jiya sudah di jamu dengan baik oleh paman nya sendiri. Paman lelaki itu hanya memiliki putri yang usianya baru menginjak tujuh tahun. Istrinya sudah tiada ketika melahirkan sang putri.

Merasa sudah cukup istirahat, Jiya memilih untuk ke kebun strawberry terlebih dahulu bersama Yena, putri paman Yoongi.
Sementara Yoongi dan paman nya memantau dari balai-balai taman belakang.

"Dimana kau mendapatkan gadis cantik ini Yoon, dia kelihatan baik dan ayu sekali."

Yoongi yang mendengar kalimat itu telinga nya merah dan tersenyum malu-malu kucing.

"Dapat dari Daegu paman."

"Wah, dari kampung halaman ternyata."

Tawa mereka mengudara dan tampak sangat akrab sekali.
Tak berselang lama kemudian, dari arah kebun Yena sudah berlari untuk menghampiri Ayahnya.

"Ayah, sudah waktunya kelas musik ku." Wajah lugu gadis kecil ini membuat siapa saja ingin mencubit pipinya.

"Yoon, ini sudah waktunya aku mengantar Yena untuk ikut kelas musik. Kau bisa apa saja disini yang kau mau. Jangan sungkan-sungkan, oke?"
Pamannya bersiap-siap untuk masuk ke dalam rumah.

"Iya paman."

Gadis kecil di hadapannya bersuara sambil berkacak pinggang.
"Kak Yoon, kak Jiya menyuruhmu untuk menemaninya di kebun, cepat kasihan dia sendirian."

"Baiklah anak kecil." Yoongi mencubit kecil pipi itu sambil tersenyum mengejek lalu berlari ke arah kebun.

"Hei, dasar anak tua."

Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang