13. I'm not gentleman

618 76 17
                                    

Sudah berkali-kali Jiya membujuk pria Min ini agar mau kembali ke apartemen miliknya. Tapi ajakan serta bujuk rayu nya sama sekali tidak di gubris. Sedang tidak minat untuk di rayu kata nya, sudah seperti orang galau yang sedang putus cinta saja.

"Yoongi.. Ayo lah kita pulang saja sekarang, oke? Besok kita jalan-jalan lagi."

Kondisi Yoongi saat ini sangat menyedihkan. Beberapa hari semenjak tau sahabatnya Shin Hoseok sudah sangat lama tiada, Jiya mendapati Yoongi yang terus-terusan menunjukkan wajah murung. Dan malam ini Jiya mendapati wakil Direkturnya menghabiskan beberapa botol soju di kedai ramyeon.

Beruntung pria tampan itu di dapatkan oleh kekasihnya sendiri, kalau tidak nasib nya mungkin tidak seberuntung malam ini. Jiya sudah lelah dari tadi menarik-narik tangan dan pinggangnya agar mau bangkit dari kursi. Namun tenaga apa lah daya tenaga seorang perempuan di bandingkan dengan berat tubuh lelaki yang setengah sadar.

"Aduh, cantik-cantik kok cerewet sekali."
Racau nya dengan suara kecil hampir seperti anak kecil yang tidak di beri uang jajan oleh ibu nya.

"Hei, kau kira aku tidak dengar?" Wajah Jiya sudah merengut lelah melihat Yoongi yang sudah mabuk berat.

"Sssttt, tidak boleh berisik nanti pacarku marah, kau tau? Namanya Jiya, dan kakaknya itu adalah sahabatku, aku sangat merindukan nya. Rindu, rinduu sekalii." Ucapan Yoongi sudah semakin melantur. Tatapan Jiya yang awal nya jengah berubah menjadi sendu. Ia kembali mengingat seseorang yang sudah tidak ada lagi dalam hidupnya.

Susah payah Jiya membawa pria itu pulang ke kediamannya menggunakan taksi, bahkan supir taksi juga ikut andil membantu gadis ini memapah Yoongi.

Di sofa, setelah membuka kan sepatu yang pria itu kenakan, Jiya teringat akan sesuatu. Ternyata Yoongi tengah merindukan kakak nya, dengan tatapan sendu ia menyapu-menyapu kecil telapak tangannya ke lengan atas Yoongi. Jiya bahkan sampai mendengar isak tangis kecil keluar dari bibir tipis Yoongi, yang membuat Jiya menaikkan usapan tangan nya menjadi ke punggung pria itu.

"Tidak apa, dia sudah bahagia disana. Mau peluk?"

Yoongi yang tak tahan akan sesak di dadanya pun langsung bangkit, memeluk tubuh gadis nya serta menjadikan Jiya sebagai topangan kekhawatiran yang selama ini menjadi beban di hati.

Hal ini sangat baru di mata Jiya, sebelum nya ia tak pernah melihat sisi Yoongi yang cengeng seperti ini. Ia tak menyangka, dengan lapang dada ia memberikan pelukan hangat untuk yang terkasih.

Kemeja bagian dada sudah basah karena Yoongi menumpukan kepala nya di bagian itu. Isakan kecil serta air mata pria itu membuat hati Jiya merasa ikut sakit dan sedih. Sebelah tangannya tak henti-henti memberikan usapan di punggung dan kepala belakang Yoongi, berharap bisa menghilangkan pilu di hati pria itu, jika di ibaratkan meski hanya satu persen saja.

"Keluarkan saja sayang, tidak apa-apa sungguh. Kau boleh seperti ini di depan ku."

Yoongi semakin mengeratkan pelukannya.
"Kenapa tidak ada yang memberitau ku kalau dia sudah pergi waktu itu." Kentara sekali tangisan Yoongi terdengar dari getaran suara nya.

"Kami bahkan tidak mengenali mu dulu. Aku juga tidak mengerti mengapa dia bersikap seperti itu, dia tak pernah mau membawa temannya ke rumah." Terang Jiya.

"Itu karena dia sangat menyayangi adik nya."
Yoongi mengingat akan hal itu, ia menunjukkan senyum sekaligus sedihnya.

****

Flashback

Sehari sebelum pertemuan terakhir dua sejoli itu, Yoongi terus-menerus meminta agar di bawa ke rumah Hoseok, ia juga mau berkenalan dengan Ayah Ibu serta adiknya. Tapi Hoseok menolak keras akan hal itu.

Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang