16. Jimin & Yoongi best friend forever

541 66 10
                                    

Jiya dan Yoongi sudah memulai hari seperti biasanya, bangun pagi dan pergi ke kantor untuk bekerja. Agak lelah sedikit, soalnya tadi malam mereka baru balik ke Seoul setelah dari Daegu, kampung halaman mereka.

Banyak sekali hal-hal yang terjadi saat disana.
Mulai dari mengenalkan Yoongi pada orang tua Jiya, meminta restu ceritanya. Tentu saja di terima niat baiknya Yoongi karena sudah ingin melamar anaknya.

Mereka juga pergi ke pemakaman Hoseok, disana Jiya bisa melihat punggung Yoongi yang bergetar, seperti melihat titik lemahnya pria itu.
Walaupun Yoongi tak mau Jiya di dekatnya saat itu, akan tetapi Jiya sangat tau kalau pria itu sedang menangis berat.

Yang terakhir adalah hal yang di tunggu-tunggu oleh Yoongi, membawa Jiya ke rumah orang tuanya. Ibunya sangat tidak menyangka bahwa anak laki-laki nya kini sudah dewasa dan memiliki calon istri. Ibu Yoongi sempat overthingking, takut kalau Yoongi tak akan pernah membawa seorang gadis seumur hidupnya.

Ternyata praduga nya sangat salah, Ibunya penuh haru serta sangat bersyukur bisa melihat putra satu-satunya yang ia miliki mampu membawa pujaan hati ke dalam rumah yang sepi ini. Gadis cantik dan mandiri, tipe menantu idaman sekali. Untungnya orang tua Yoongi bukan lah orang tua yang suka menilai dan membandingkan harta kekayaan pasangan anaknya. Bagi mereka semua sama saja, mereka pun pernah berada di bawah pada masanya.

Sepasang kekasih ini melakukan penerbangan ke Seoul malam itu juga, biar bisa istirahat sebentar di rumah.
Kalau Jiya mau di ajak cuti sehari lagi sangat tidak masalah bagi Yoongi. Akan tetapi Jiya bukan tipe perempuan yang akan memanfaatkan situasi agar bisa terus-terusan cuti dalam bekerja.

Pagi yang agak sedikit medung ini, Yoongi menemukan Jimin sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan hari-hari terakhir ia bekerja di perusahaan miliknya. Yoongi memanggil lelaki Park itu, mau bicara serius katanya. Ia menanyakan sekali lagi apa benar yakin Jimin akan pergi dari Seoul? Padahal tak apa lho, kendati sudah ada Jiya, Jimin tetap diperbolehkan bekerja untuknya.

Jimin itu juga sudah seperti bagian dari Yoongi, ada rasa tak rela saat Jimin berkata yakin akan meninggalkan perusahaan dan kota ini. Faktanya, Jimin juga akan menikahi gadis dan mereka akan memulai bisnis bersama dari bawah.

Maka Yoongi hanya bisa mengikhlaskan. Meminta lelaki itu jangan sungkan untuk meminta bantuannya, dimana pun dan kapan pun. Semoga niat baik Jimin diperlancar jalannya.

****

Risih sekali Jiya melihat Yoongi yang uring-uringan seperti ini. Sungguh ya, hobi sekali menggalaui apa yang seharusnya tidak perlu di galaukan pria ini. Jimin itu cepat ataupun lambat pasti akan mendapat kan seorang wanita dan akan menikahi nya, terus kenapa Yoongi sangat menyedihkan sekali seperti ini? Siapa kekasihnya yang sebenarnya.

Huh, padahal sendirinya juga akan menikahi seorang perempuan.

"Aku itu sedang sedih Jiya, semua sahabatku pada akhirnya meninggalkanku."

Jiya terdiam mendengar nya, memang benar apa yang di ucapkan Yoongi saat ini. Tapi, bukan nya siklusnya akan memang seperti itu? Pada akhirnya semua akan sibuk dengan urusan masing-masing. Entah itu karir, pernikahan, keluarga. Gadis itu membiarkan, tak banyak komentar.

Ia hanya diam memandangi aneh pria disampingnya.

"Isss si Jiya ini, aku mau di peluk tau! Kenapa diam saja sih dari tadi, tidak peka sekali gadis ini."

Jiya menghela nafas melihat tingkah prianya. Ingin ia geplak kepala itu agar tersadar bahwa pria itu sudah tua dan bukan anak-anak lagi.

"Berjanji lah setelah aku peluk tidak seperti ini lagi, Jimin kan akan menikah, harusnya kau beri dia dukungan, bukannya malah galau seperti ini, seperti habis di putuskan pacar saja. Siapa pacar mu sebenarnya?" Kan, Jiya jadi mengomel seperti ibu-ibu yang memarahi anaknya.

"Kau juga Jiya, harusnya menghiburku."

"Melawan saja kau Min Yoongi."

Gemas sekali melihat omelan dari kekasihnya. Ia sudah menahan tawa sejak tadi, ternyata menahan mulut agar tidak tertawa itu susah juga ya.

Karena tak kunjung di peluk, Yoongi saja yang menarik tubuh Jiya agar masuk ke dalam rengkuhan nya. Rindu sekali rasanya. Walaupun kemarin bersama, tapi terasa begitu jauh. Tak sempat untuk bermesra-mesraan bersama sang pujaan hati, kan Yoongi jadi rindu begini.

"Jiyaa, rindu.."

Apa-apaan pria ini, pikir Jiya. Padahal sudah setiap hari berjumpa.

"Jiii, coba panggil kakak padaku."

"Ih tidak mauuu." Karena disuruh memanggil kakak, Jiya jadi berontak dalam pelukan Yoongi, minta di lepaskan. Mana bisa semudah itu Yoongi untuk melepaskan.

"Aku cinta kak Yoongi, begitu."

"Tidak mau Yoon."
Merinding sekali membayangkan Jiya memanggil Yoongi kakak.

"Padahal dulu sempat memanggilku kakak."

Jiya diam saja, terserah Yoongi bagaimana senangnya dia saja.


****


Sedangkan Jimin dibalik pintu ruangan Yoongi sempat mendengar percakapan mereka berdua karena pintu ruangan itu terbuka sedikit. Awalnya ia mau berusaha untuk meyakinkan Yoongi bahwa pertemanan mereka akan baik-baik saja walaupun terpaut negara yang sangat jauh.

Jimin akan pergi ke NewYork untuk menikahi tambatan hatinya dan memulai bisnis bersama dari bawah disana. Dan Jimin, sebagai orang yang sangat mengenal Yoongi lebih dari apapun, ia tau Yoongi saat ini pasti sedih sekali dan bertingkah kekanak-kanakan.

Setelah mendengar percakapan mereka dari luar, Jimin menjadi lega karena Yoongi telah memiliki Jiya di hidupnya. Ia sekarang begitu yakin Yoongi sudah bisa di tinggal, mengingat pria Min itu sama sekali tak mempunyai teman. Jimin tersenyum haru dan mata nya mulai berkaca-kaca.
Sahabatnya kini sudah dewasa :') ucap Park Jimin di dalam hati.


****


Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang