***
Sebelum membuat Sooyoung merasa semakin malu, Jiyong berpamitan. Pria itu melangkah meninggalkan ranjang Sooyoung, berjalan sejauh empat ranjang, kemudian membuka tirai salah satu ranjang dan menghilang di baliknya.
Lisa masih duduk di ranjangnya. Bersila sembari memangku bantalnya. Di depannya ada Yongbae, duduk di kursi sedang memberikan obatnya, menjelaskan aturan pakai obat-obat itu. Ia yang menjelaskan aturan pakainya, sebab dokter kandungan yang tadi memeriksa Lisa harus kembali mengurus pasiennya.
"Apa aku boleh pulang sekarang?" tanyanya setelah menerima semua obatnya. "Perutku sudah tidak sakit lagi," susulnya, sekedar memberi informasi.
Beberapa saat kemudian, mereka melangkah meninggalkan UGD. Lisa memakai jas Jiyong untuk mengikat pinggangnya, menutupi beberapa bercak darah yang tembus ke celananya. Sementara Jiyong membawa kantong plastik berisi dompet, obat serta pembalut Lisa. Gadis itu bisa membawanya sendiri, tapi karena Jiyong sudah lebih dulu mengambilnya, Lisa membiarkan pria itu membawakannya.
Tapi langkah Jiyong berhenti sebentar di ranjang Sooyoung. Pria itu berkata kalau ia sudah menghubungi kakak Sooyoung dan memintanya datang. "Ah, dan ini Lalisa Park, tunanganku, yang tadi sempat membuat perawatannya bingung," susulnya, memperkenalkan Lisa yang berdiri di sebelahnya.
Sama seperti saat Lisa dikenalkan pada Dokter Dong juga Profesor Choi dan dua teman Jiyong lainnya, gadis itu tersenyum. Ia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Sooyoung, menyapanya seperti seorang wanita dewasa yang anggun. "Hai, Lalisa, aku Park Sooyoung, mantan pacar Jiyong oppa," sapa Sooyoung.
Jelas Lisa terkejut, namun gadis itu tidak merubah raut wajahnya. Ia tetap tersenyum kemudian menganggukan kepalanya, mengatakan kalau Jiyong sudah memberitahunya. "Oh ya? Jiyong oppa membicarakanku? Apa yang dia katakan tentangku?" senyum Sooyoung mengembang, sedang Lisa hanya mengangguk dan menoleh pada Jiyong yang kelihatan tidak senang.
"Bukankah kau harus istirahat? Beristirahat lah, kami akan pergi-"
"Uhm... Aku rasa kau tidak akan senang mendengar ceritanya tentangmu," potong Lisa. "Wanita tidak seharusnya begitu," katanya dengan senyum canggungnya.
Jiyong yang tadi kata-katanya di sela, sekarang merangkul bahu Lisa. Ia beri tanda agar Lisa berhenti bicara kemudian mengakhiri obrolan itu dengan berpamitan. Tentu mereka berhasil pergi dari sana, namun wajah Sooyoung tidak lagi terlihat senang. Dengan jelas Lisa mengatakan kalau Jiyong membicarakan hal buruk tentangnya. Sikap Jiyong yang langsung pergi juga menggambarkan hal yang sama, seperti seseorang yang langsung kabur setelah ketahuan menggunjingkan orang lain.
Di jalan ke tempat parkir, Jiyong kemudian bertanya, bagaimana Lisa datang ke rumah sakit tadi. Gadis itu datang dengan taksi. Hari ini ia datang bulan dan ia tidak punya stok pembalut di rumahnya. Jadi, ia pergi keluar, ke minimarket di dekat gedung apartemen untuk mendapatkan pembalutnya. Namun setelah membayar pembalutnya, perutnya tiba-tiba saja sakit dan ia menghentikan taksi di jalan untuk pergi ke rumah sakit. Sakitnya terasa sangat luar biasa, sebab ia sudah lama tidak merasakannya.
Karenanya, Jiyong kemudian mengajak Lisa ke tempat parkir. Pria itu memarkir mobilnya tidak jauh dari UGD. Ada di depan rumah sakit. "Sekarang sudah benar-benar tidak sakit?" tanya Jiyong setelah keduanya berhasil duduk di mobilnya. Lisa masih memakai jas Jiyong untuk melindungi celananya, menduduki jas mahal itu tanpa rasa bersalah.
"Ya, sudah tidak sakit lagi," angguk Lisa. "Aku lapar tapi aku mau pulang, aku ingin mandi, rasanya tidak nyaman," katanya dan Jiyong mengangguk, mengatakan kalau mereka bisa segera pulang sekarang.
Tiba di rumah, Lisa bergegas masuk ke rumahnya, juga ke kamar tidurnya. Gadis itu bergerak cepat untuk pergi mandi, tanpa sadar kalau Jiyong mengikutinya masuk ke rumah dan duduk di sofa. Belum lama pria itu duduk, handphonenya sudah lebih dulu berdering. Panggilan dari Seunghyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gasoline
Fanfiction"Malam ini tidak," katanya, menolak tawaran teman-temannya. "Aku tidak bisa lagi melakukannya," susulnya. "Aku dijodohkan, dan menerimanya. Dengan seorang mahasiswa baru di kampusku," alasannya.