19

660 143 10
                                    

***

Lisa kembali bertemu dengan Jung Jaehyun. Kali ini di kantin, Lisa baru saja selesai dengan kelasnya. Bersama beberapa temannya, gadis itu pergi ke kantin dan di sana lah mereka bertemu. "Hai," sapa Lisa, pada Jaehyun yang tengah duduk bersama teman-temannya— Taeyong dan lainnya. Tidak ada obrolan, hanya sapaan singkat yang berlalu begitu saja.

Begitu duduk, Minjeong bertanya— bagaimana Lisa bisa mengenal Jung Jaehyun? Gadis itu penasaran, sebab Jung Jaehyun cuti kuliah semester ini dan baru beberapa hari terakhir ini ia muncul di kampus. Itu pun hanya untuk konser akhir tahun yang club musik sedang siapkan. Lisa menceritakan apa yang terjadi diantara mereka kemarin. Dimulai dari Taeyong yang terus datang ke rumahnya untuk mengajak Lisa ikut club musik sampai ia meminta Jaehyun mengantarnya ke kebun binatang.

Mendengar cerita Lisa, tentu Minjeong juga teman lainnya terkejut. Kalau mereka yang ada di posisi Lisa, mereka akan mengajak Jaehyun pulang. Atau makan bersama, apapun yang bisa membuat pria itu terus menemuinya. "Tapi untuk apa Lisa eonni mendekati Jaehyun, dia sudah punya Profesor Kwon," komentar Karina. "Kenalkan saja Jaehyun padaku," susulnya, setengah berbisik.

Di tengah-tengah obrolan para gadis, Jungkook menyela. Ia baru saja masuk ke kantin, baru saja berlari kecil dan menghampiri Lisa juga teman-temannya di meja itu. "Apa tadi Profesor Kwon masuk kelas?" tanyanya sedikit terengah-engah. "Aku terlambat hari ini, aku tidak masuk ke kelasnya tadi," susulnya dengan informasi yang sudah diketahui semua orang di meja itu.

"Tentu saja dia masuk. Tepat waktu," kata Karina.

"Sudah berapa kali kau tidak masuk kelasnya?" tanya Lisa, sembari mengecek handphonenya, sebab ada pesan yang masuk ke sana.

"Tiga," jawab Jungkook. "Kurasa tiga dan ini yang keempat," susulnya.

"Wah... Kau tidak akan bisa ikut ujian," komentar Minjeong. "Menyerah saja, tahun depan ulang lagi kelas Profesor Kwon," susulnya sembari terkekeh, meledek Jungkook.

"Noona, kau tidak bisa mengganti absenku?" tanya Jungkook, yang tiba-tiba memelas, duduk di sebelah Lisa sembari memasang wajah memohonnya. Lisa koordinator kelasnya. Ia punya buku absensi kelas itu dan Jungkook pikir, rasanya memungkinkan kalau Lisa membantunya menandatangi absensinya yang kosong. "Please," bujuk Jungkook namun gadis yang ia bujuk langsung menggelengkan kepalanya.

Lisa menolak. Bukan karena ia tidak bisa melakukannya, tapi karena ia tidak ingin membuat masalah lagi. Ia sudah beberapa kali melakukannya dan Jiyong yang harus selalu menyelesaikan masalah itu. "Kalau pun ketahuan, dia tidak akan marah, bukan begitu? Dia tunanganmu," bujuk Jungkook namun Lisa tetap menolaknya.

Belum selesai dengan Jungkook, seorang pria lain mendekat. Pria itu berlari dengan senyum konyol khasnya, rambutnya yang super pendek dicat pirang, dengan beberapa bagian yang diwarnai cokelat, membuat rambutnya terlihat seperti jerapah albino yang lemah. Tubuhnya dipenuhi tattoo, tapi ia datang ke kampus dengan celana jeans dan kaus, juga outer berupa kemeja berwarna kontras. Pria itu mudah dikenali, kemanapun ia pergi, terlebih dengan aksesoris berlebihan yang menjadi ciri khasnya— Song Mino, yang dulu pernah menjadi leader WINNER tapi lengser karena cidera.

"Kau akan menikah?! Lisa-ya! Kau akan menikah?! Sungguhan?!" serunya, yang tidak bisa menahan dirinya, tidak bisa menahan antusiasmenya. Pria itu datang, kemudian menarik bahu Lisa sampai gadis itu berdiri lalu mengguncang-guncangkan tubuhnya. "Astaga! Kau sungguh akan menikah? Lisa-ya! Aku bangga sekali padamu! Aaa! Temanku! Aku bangga padamu!" susulnya, dengan antusiasme yang tidak bisa Lisa hadapi.

Gadis itu hanya pasrah, diam ketika tubuhnya diguncang-guncangkan kemudian dipeluk dan diguncang lagi. "Kau hebat! Kau benar-benar hebat! Aku bangga sekali padamu! Astaga!" pria itu terus berkata begitu tanpa peduli kalau orang-orang melihat mereka sekarang. "Apa kau tahu kalau gadis ini akan menikah dengan Profesor Kwon?" seru Mino, bertanya pada Jungkook yang jelas menganggukan kepalanya. Karina dan Minjeong juga ditanya dan mereka pun menjawab pertanyaan itu dengan anggukan yang canggung.

"Ah! Aku bahagia sekali mendengar berita ini," susul Mino, yang sekarang bersikap emosional dengan mendongakkan kepalanya, menahan dirinya untuk tidak menangis di sana. "Lisa-ya, aku bahagia sekali, selamat untuk hubunganmu... Ah! Aku jadi iri," ocehnya namun yang ia ajak bicara hanya berdiri canggung, bingung dengan dahi berkerut dan alis bertaut. Lisa tidak tahu bagaimana ia harus merespon, dirinya hanya bisa berharap akan ada angin kencang yang menelannya sekarang.

"Apa kau tidak bisa menutup mulutmu?" tanya Lisa, pelan namun kedengaran ketus, sama seperti ketika gadis itu menyuruhnya masuk ke dalam lift kemarin.

Mino akhirnya duduk, di meja kantin lain bersama teman lamanya. Mereka sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Mino pun punya alasan untuk tidak menemui Lisa. Keduanya punya alasan untuk tidak bertemu. Sampai Mino tidak lagi bisa menahan diri setelah mendengar kabar pernikahan itu dari Profesor yang membantu tugas akhirnya.

"Bagaimana kau bisa bertemu dengan Profesor Kwon?" tanya Mino setelah ia tersenyum canggung pada beberapa orang yang melihatnya. Ia baru sadar kalau dirinya jadi tontonan orang-orang di sana. "Kalian bertemu di sini?" tanyanya. "Bagaimana bisa? Dia jatuh cinta pada mahasiswinya? Begitu saja?" susulnya, terlampau penasaran. "Kalau Seunghoon dan Seungyoon tahu, mereka pasti terkejut juga! Astaga, aku tidak percaya kau akan menikah lebih dulu, aku bangga sekali," ia terus mengoceh, hampir tidak memberi Lisa jeda untuk bicara.

"Keluarga kami sudah lama saling kenal," kata Lisa, yang akhirnya bisa menyela. "Lalu kami dikenalkan, putriku baru saja diterima di Universitas bla bla bla, oh ya? Putraku mengajar di sana bla bla bla. Profesor Kwon tolong bantu putriku bla bla bla, bla bla bla dan akhirnya dia memberitahumu," cerita Lisa, tanpa menyinggung tentang perjodohan.

"Kalau Profesor Kwon tidak memberitahuku, kau tidak akan mengatakannya?" selidik pria itu namun Lisa memilih untuk tidak menjawabnya. "Wah... Jahat sekali, bukan kah sekarang sudah waktunya untuk merelakan kejadian itu? Kau akan menikah," protes Mino, yang kemudian melambai, menyapa seorang yang baru saja datang setelah ia telepon— Kang Seungyoon.

Kang Seungyoon diminta untuk pergi ke kampus, menjemput Mino sekaligus memberi ucapan selamat pada Lisa. Kini, adegan yang sama terulang kembali, Seungyoon yang luar biasa terkejut mengguncang tubuh Lisa, memberinya ucapan selamat yang bertubi-tubi. Padahal pria itu baru saja dirumorkan berkencan dengan model MV-nya.

"Sudah? Apa akan ada yang datang lagi?" tanya Lisa, setelah berhasil melepaskan diri dari Seungyoon. "Mana Seunghoon? Mana Jinwoo? Sekalian saja. Augh! Kalian berlebihan sekali!" protesnya, yang kembali duduk dan menenggak air mineral yang sempat ia beli tadi. "Aku hanya akan menikah, bukan baru saja menyelamatkan dunia, ada apa dengan kalian?" gerutunya setelah minum. Sekarang mereka bertiga duduk bersama, meski Lisa tahu jeda antar kelasnya sudah habis dan ia harus masuk kelas lagi. Membolos saja— niat gadis itu, sebab ia tidak punya kewajiban apapun di kelasnya sekarang. Absensinya di kelas ini masih 100%, dan ia sudah melakukan tugas presentasinya dua minggu lalu.

"Kau baru saja menyelamatkan dunia seorang pria, bukan begitu?" balas Seungyoon, yang kemudian memberi tanda pada Mino untuk minta dibelikan segelas minuman.

"Bukannya dua pria?" balas Mino, yang tentu saja menolak tanda dari Seungyoon itu. Seungyoon harus berjalan dan memesan sendiri minumannya. Tidak akan ada yang melayaninya sekarang.

"Kabar kalian berempat baik?" tanya Lisa, yang akhirnya mengalihkan topik pembicaraan mereka.

***

Gasoline Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang