4. Despondent

36 11 1
                                    

Sejatinya cinta tak seindah bagaimana kita membayangkannya dengan jelas. Rana pikir cintanya selama ini telah menemukan rumah untuk dihuni segala keluh kesahnya, namun yang ada justru dia berteduh 'dirumah orang lain' dan menaruh duri di dalamnya.

Andai saja siang itu tak akan ada pertemuannya dengan Hana mungkin malam ini tidak akan ada dinner sialan. Wanita berumur 21 tahun itu kembali memandang box biru berhias pita di atas ranjangnya.

Itu berisi gaun pemberian Baekhyun.

Rana tidak berniat untuk memakainya. Seharusnya pria itu tahu mengenai dirinya yang tidak menyukai gaun dengan kurang bahan pada bagian bagian tertentu. Selain itu, Rana tidak menyukai bagaimana tali spaghetti itu jika dipakaikan pada tubuhnya. Peduli setan dengan Baekhyun yang akan marah.

Akhirnya dengan malas Rana beralih menuju lemari pakaiannya, setidaknya untuk menghargai Hana dia perlu tampil cantik meski dalam hatinya dia merutuki sekilas. Ia tidak mau melukai perasaan Hana lebih banyak lagi.

Di atas ranjang sudah dipenuhi dengan berbagai pakaian yang Rana buang setelah mencocokan dengan seleranya. Lantas setelah mengobrak-abrik seluruh isi lemarinya, wanita itu menangkap sesuatu yang membuatnya tertarik untuk mengambilnya. Sebuah kotak kayu dengan bertuliskan namanya dan Hana. Tanpa pikir panjang Rana membukanya perlahan, menemukan berbagai foto dirinya dan Hana disana. Itu foto lama saat mereka masih di bangku sekolah menengah atas, disana Hana terlihat imut dengan baby face nya.

Ada banyak momen yang mereka tangkap hingga tanpa sadar Rana tersenyum tipis. Apa persahabatan mereka akan retak begitu saja setelah Hana tau yang sebenarnya?

Deringan ponsel diatas ranjangnya berbunyi tiba-tiba mengalihkan atensinya. Lantas ia segera berjalan meraih ponselnya, menampilkan nama Sehun yang tertera.

"Halo?"

"Kau dimana?" tanya pemuda itu dari sebrang.

Rana melirik jam diatas nakasnya, "Aku tengah bersiap siap, mengapa?"

"Tidak, cepatlah aku menunggumu." tanpa tahu pria disana tersenyum manis sembari menyenderkan punggungnya di kursi kemudi.

Rana mengernyit lalu senyum yang ditahan, "Menungguku? memangnya kau dimana? aku tidak merasa memesan taksi."

"Kau pikir aku supir taksi?" celetuk Sehun dengan sinis. Terdengar suara tawa Rana yang nyaring di telinganya. Entah mengapa Sehun merasakan detak jantungnya yang tak aman.

"Tunggu disana, aku hampir selesai."

"Baiklah, cepat nona."

Setelah sambungan terputus begitu saja Rana beralih kembali mencari pakaiannya dengan asal lalu memilihnya tak menentu. Tidak peduli bagaimana gaun yang ia pakai berwarna merah mentereng. Tak lupa polesan tipis di wajahnya, rambut yang tergerai menutupi bahu indahnya yang terbaluti kain tipis. Kemudian keluar dari apartemen nya dengan suara high heels yang berderap menyusuri koridor yang sepi. Hingga tiba di depan gedung apartemen nya Rana menemukan kuda besi milik pemuda itu.

"Menunggu lama?"

"Tidak." Sehun menatap Rana dengan pandangan aneh membuat ia mengernyit.

"Ada apa? apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

Sehun menggeleng seraya menyalakan mesin mobilnya, "Tidak, kau cantik. Sangat cantik." 

Rana, wanita itu mendelik tak suka ucapan Oh Sehun. Ia tidak tahu mengapa pria itu suka sekali menggodanya akhir akhir ini. Dengan hela napas panjang Rana kembali menatap pemuda disampingnya, tatapan seakan penuh selidik namun karena ia tidak paham atau matanya yang salah lihat pemuda itu terlihat tampan hari ini. Hanya mengenakan kemeja putih dipadu dengan celana bahan warna hitam begitu berpadu dengan tubuh atletis seorang Oh Sehun.

Secret Lover ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang