12. Destroy the wharf

57 8 2
                                    

"Sehun.."

Rana memukul bahu pria itu pelan. Tenaganya terkuras lunglai akibat pertengkaran tadi. Ia masih sedikit pusing, mungkin hanya ada sedikit lebam di pelipis kirinya.

"Aw! kau masih punya tenaga rupanya."

"Kau kemana saja, huh? menghilang seperti ditelan bumi." sarkasnya.

Sehun terkekeh. "Kau mengkhawatirkan ku ya?"

Wanita itu memalingkan wajahnya kearah lain. "Untuk apa? kau bahkan menyakiti ku dengan sengaja."

"Rana-ya.." Sehun meraih kedua tangannya, menggenggamnya dengan tatapan sendu.

"Aku bahkan tidak akan pernah menerima jika ada orang lain yang menyakitimu, bagaimana bisa aku akan menyakitimu begitu saja?"

Wanita itu, Yoon Rana jelas mengalihkan pandangannya kedalam mata Oh Sehun. Ada yang berbeda ketika ia melihat sorot mata yang selama ini ia anggap sebagai sahabatnya. Sungguh jauh berbeda dengan yang sekarang, ia seperti melihat seorang laki-laki yang mencintainya.

Tanpa sadar tangannya menarik sendiri secara perlahan. Membuat genggaman mereka terlepas sepihak. Sehun yang tahu dengan keadaan canggung disana lekas menarik tengkuk wanita itu dan meraup bibirnya dengan cepat.

Ini gila.

Bagaimana bisa?

Rana memukul bahunya saat dia sudah kehabisan oksigen. Benang benang Saliva tercipta dari kedua manusia tersebut. Keduanya sama sama saling memperkeruh suasana hati. Tidak, sebenarnya bukan hanya kedua belah pihak tetapi seseorang juga ikut kedalam ranah kehidupan Yoon Rana.

"Sehun-ah.."

"Aku mencintaimu." katanya.

Mampu membuat wanita bermarga Yoon itu mengerjap. Bukankah jelas jika antara laki-laki dan perempuan bersahabat itu tidaklah mungkin?

Bahkan tanpa tahu Baekhyun mendengar dan melihatnya di pintu kaca yang terpampang sedikit. Ulu hatinya sakit tanpa kejelasan. Apa mungkin hubungan mereka akan berakhir? mengapa rasanya Baekhyun tidak rela?

"Aku tahu ini bukan lelucon." ujarnya masih menatap tidak percaya.

"Aku tidak pernah bercanda jika itu berkaitan dengan perasaanku."

"Oh Sehun--"

"Tidak perlu." selanya cepat.

Sedetik kemudian hening. Sehun tahu bahwa ini akan terjadi. Perasaannya akan ditolak secara mentah-mentah oleh gadis yang ia cintai. Meskipun begitu dia tetap tidak akan membencinya, Rana sahabatnya atau mungkin tidak lagi? tidak apa, setidaknya Sehun merasa lega mengungkapkan perasaan tersembunyi kedua kalinya selama ini.

"Aku tidak akan memaksamu untuk membalas perasaanku. Cukup kau tahu."

"Sehun, bukan seperti itu. Aku... aku hanya belum bisa--"

"Baekhyun. Kau belum bisa menerima seseorang karena Baekhyun Hyung bukan?" lagi, Sehun menyelanya dengan cepat.

"Tidak ada urusannya dengan Baekhyun." sangkalnya.

"Tapi setiap malam kau berhubungan dengannya."

"Sehun, jaga bicaramu!" seru Rana.

Bagaimana laki laki itu tahu?

Sehun menatap lantai lantai dibawahnya. Dia tersenyum kecut. Apa ego bisa mengalahkan perasaan seseorang?

"Sehun--"

"Aku akan pergi. Maaf jika aku telah menyakitimu." lantas keluar dari sana dengan kacau.

Mungkin Rana tidak tahu dengan keluarnya pemuda itu dengan kata katanya yang terlampau menyindirnya dengan telak. Setelah ini tidak akan ada seorang sahabat yang mau berteman dengannya. Tidak ada. Bahkan jika Younjung tahu hal ini, dia yakin gadis itu tidak akan mau berteman dengannya lagi.

***

Baekhyun pulang kerumahnya dengan langkah gontai tak bersemangat. Perlahan tapi pasti pria itu membuka pintu apartemennya.

"Baek?" Hana dengan penampilan tidurnya lekas mengambil tas kerja suaminya dan mengambil jasnya.

"Aku akan siapkan air hangat untuk kau mandi."

Baekhyun mencekal tangan istrinya saat hendak ke kamar mandi. "Sepertinya kau yang bisa menghangatkan ku."

"Apa?"

Pukul 2 dini, sepasang suami istri itu baru saja selesai beraktivitas. Katakan saja Baekhyun brengsek.

"Kau lihat, ini sudah pagi dan setelah itu kau bekerja lagi. Memangnya kau itu tidak lelah?" tutur Hana, dia mulai memakai kembali pakaiannya yang tergeletak begitu saja.

"Kau tidak akan tahu."

"Tahu apa?"

"Naluri laki laki."

Hana berdecak, kemudian berjalan kearah keranjang kotor. Meletakan pakaian kerja pria itu. Belum sempat jas hitam Baekhyun masuk kedalam sana, Hana mengernyit. Merasa aneh dengan harum aroma jas milik suaminya yang terasa berbeda. Tidak, aroma ini sangat asing baginya. Hana tahu aroma kesukaan Baekhyun.

Dia melirik kearah suaminya yang tertidur dengan telungkup. Lalu mulai mengendus pakaian itu. Jelas.

"Tadi kau pergi ke kantor?" tanyanya dengan terus menatap jas itu.

"Hm."

"Apa kau berganti parfum?" tanyanya lagi. Kali ini berhasil mendapatkan atensi Baekhyun, suaminya. Menoleh sekilas dan memutar tubuhnya yang semula tengkurap.

"Ada apa, Hana?"

Tidak, Hana mungkin salah. Mungkin dari efek kehamilannya ini dia sering tidak mempercayai siapapun. Ya, Hana yakin itu.

"Ah, tidak." senyumnya terukir tipis.

Baekhyun, apa kau berbohong padaku?

Kemudian wanita yang menginjak umur 22 tahun itu keluar dari sana. Dia ingin minum susu, menetralkan perasaan dramatisnya. Bukankah dramatis sekali jika ia mencurigai suaminya sendiri? seperti di drama yang pernah ia tonton.

"Halo?"

"Kau dimana?"

"Aku? aku ada dirumah sakit. Ada apa?"

"Aku ingin bertemu denganmu. Nanti."

"Datanglah, lagipun aku sudah sangat merindukanmu. Bagaimana dengannya?"

"Who's?"

"Bayiku."

Sontak tangannya mengelus perutnya yang sedikit buncit."Dia baik."

"Aku akan menunggumu. Jangan membawa mobil sendiri, kau itu sedang hamil ingat?" tutur di sebrang sana, mengingatkan Hana bahwa kini dia tidak sendirian.

"Baiklah."

Hana kembali menimang ucapannya dengan diam. Mungkin dengan ia pergi berjalan-jalan keluar mampu menetralisirkan perasaannya. Kemudian wanita itu pergi keluar menerjang musim dingin yang baru saja tiba.

Kenapa kau harus hadir, nak.

***

To be continued.

Aku ga ada ide di bagian ini tapi tidak apa apa mungkin di bagian selanjutnya akan seru wkwkwk. Tunggu yaa!!

Secret Lover ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang