5. The meet

48 9 2
                                    

Musim dingin telah datang, semalaman penuh salju turun memenuhi kota Seoul dengan indah untuk pertama kali. Dulu, eomma selalu mengatakan jika kau jatuh cinta saat salju turun pertama kali maka cinta itu akan terus menetap setiapnya. Dan ketika sinar cahaya matahari terik, Rana terbangun mengeliat diatas sofa.

Bukan sebab terik yang menyilaukan parasnya tetapi tangan seseorang yang menyingkirkan anak rambutnya, menyapu pipinya dengan lembut. Selimut putih yang menutupi tubuh ringannya menyadarkan ia dari kejadian semalam.

"Kau sudah bangun?"

Posisi menyamping mampu membuat Rana melihat Baekhyun sudah rapi dengan setelan kaos hitamnya. Rambutnya berantakan dan terlihat basah pertanda pria itu baru saja selesai membersihkan diri.

Rana merapatkan selimutnya, mendudukan dirinya yang masih mengumpulkan nyawa.

"Jam berapa?"

Baekhyun berdiri, melangkahkan kaki menuju dapur. "Kau pikir ini jam berapa?"

Rana berpikir sejenak. "Pagi?"

Terdengar suara suara pisau yang memotong, pria Byun itu entah menyiapkan apa. "Pukul 11 siang, kau tahu?"

"HAH!!?" Rana menjerit, di gulung nya selimut yang menutupi tubuh polosnya kemudian berjalan cepat menuju kamarnya. Hari ini ada kelas pagi dan ia sudah terlambat. Baru sampai di depan pintu kamarnya lantas suara serak itu kembali menginterupsi, membuatnya menghembuskan napas kesal seraya memejam.

"Aku sudah memberitahu dosen pengulang hari ini bahwa kau izin."

Rana berbalik, menghadap kearah Baekhyun.

"Ini semua gara gara kau dan acara dinner sialan itu. Kau tidak tahu betapa pentingnya mata kuliah hari ini hingga aku tidak bisa mengikutinya! dan kau dengan santainya me--"

"Cepatlah mandi dan kita sarapan." pungkasnya membuat ia menggeram tertahan. Dalam hati menyumpahi dengan serapahan.

Rana kemudian masuk kedalam kamarnya, membanting pintu tak bersalah itu hingga membuat Baekhyun meliriknya sekilas. Baekhyun tidak berniat untuk membuat wanita itu ketinggalan studinya, ia hanya saja merasa ada sesuatu dalam dirinya yang emosional saat melihat kedekatan Rana dengan Sehun.

Baekhyun tidak menyadari bahwa dia cemburu dan tidak mengakuinya sebagai sesuatu yang berlebihan.

Wajarkah ia menahan cemburu? siapalah Rana baginya hingga ia harus cemburu yang notabenenya hanya kekasih gelap?

Baekhyun mengusap wajahnya gusar, ditatapnya wanita yang baru saja keluar dari kamar. Rambut basah dan pakaian kasualnya.

"Makanlah."

"Kau mabuk?" seraya duduk di depan pantry.

Baekhyun mengernyit. "Tidak, mengapa?"

"Wajahmu seperti byuntae."

Baekhyun melotot, "YA!" berderap cepat menuju Rana, memeluknya dari belakang dengan erat kemudian memiting lehernya.

"YA! BYUN BAEKHYUN, HEIISHH!!" Rana terbatuk-batuk, melepaskan lengan Baekhyun yang teramat menyesakan.

"LEPASKAN AKU DASAR GILA! KAU INGIN MEMBUNUHKU HAH?!!" jeritnya tanpa tahu Baekhyun mengulum senyum, ingin tertawa namun melihat wanita itu tak berdaya terlihat puas baginya.

"Kau mengataiku seperti byuntae?" Baekhyun berkacak pinggang.

"Tidak, kau brengsek."

Pria itu menghembus lelah, berjalan menjauhi Rana. Mendaratkan bokongnya diatas sofa dan kepala yang di sandarkan dengan kacau. Entah apa yang ada di pikirannya tapi itu terasa rumit.

Secret Lover ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang