8. Cracked

26 6 2
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 1 siang, jam makan siang telah menanti. Rana sibuk memilin jari jari tangannya yang gelisah. Disampingnya saat ini ada pria Oh itu. Entah mengapa ia menjadi gelisah sejak Baekhyun meninggalkan nya di ruang kesehatan tanpa kata kata. Ia tahu Byun Baekhyun tengah mencari carinya saat ini, terlebih pria itu tahu kedekatannya dengan Oh Sehun.

"Kau baik baik saja?" pemuda itu sibuk menyetir.

"Hm." deham nya kemudian kembali mengamati jalanan kota Seoul.

Sehun mengembuskan napasnya panjang. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada gadis disampingnya itu, namun ketika melihat wajah murungnya itu nampak layu ia lebih memilih untuk mengurungkan niatnya. Pun ia tidak ingin membuat semuanya menjadi rumit hanya karena rasa penasarannya. 

"Turunkan aku di cafe saja."

Pria Oh itu dengan cepat berpaling, ditatapnya penuh selidik saat mobil melaju pelan.

"Ya! ingat kau masih sakit."

"Aku tidak bekerja. Hanya bertemu dengan Younjung."

"Untuk apa?"

Rana berdecak, melirik Oh Sehun sebal. "Kau ini cerewet sekali!"

Gadis Yoon itu tidak sadar bahwa selama ini pemuda di sampingnya begitu mengkhawatirkan dirinya. Nyatanya semua yang peduli terkadang tidak kita ketahui dari orang terdekat, namun dari orang yang paling jauh dilihat lah yang terkadang begitu peduli. Akhirnya yang Sehun lakukan adalah menuruti permintaan Rana.

'Kapan kau akan menyadarinya, Yoon Rana?'

Bisu, suasana di dalam mobil begitu senyap saat keduanya sibuk bercengkram dengan batin. Bahkan disaat mobil berhenti tepat di depan cafe rana tetap tak menyadarinya.

"Hei."

Rana terjingkat, ditatapnya sekeliling hingga menyadari bahwa ia sudah sampai disana. Salahkan dirinya yang tenggelam dalam lamunan panjang.

"Terima kasih sudah mengantarku, pulanglah dengan hati hati dan jangan mengebut! Kau itu tidak kenal aturan." seraya melepas sealbelt dan berakhir menatapnya. Jika saja suasana ini sama seperti terakhir kali Sehun menyadari perasaannya, ia mampu tertawa dengan ringan seperti biasanya. Namun, kali ini ia sama sekali tidak mampu menunjukan senyuman atau bahkan kekehan kecil.

"Oh Sehun?"

"Pergilah."

Rana mengernyit heran mendapati sikap berubah-ubah pria itu. Tetapi ia tak berani bertanya meski sebenarnya ia ingin sekali bertanya.

"Baiklah, terima kasih." lalu keluar dari sana. Tanpa feedback yang jelas, kuda besi milik Sehun melaju menjauh hingga tak terlihat. Membuat ia semakin ingin tahu tentang perangai temannya itu.

Baru saja ia ingin membuka pintu cafe, ponsel di tangannya berdering. Pesan singkat muncul di pop up miliknya.

Bibi
Pulanglah sebentar, nak. Bibi membuatkan makanan kesukaanmu hari ini.

Rana tersenyum ceria, pesan 3 jam lalu yang belum sempat ia baca. Diurungkan niatnya untuk menemui Younjung. Sudah lama sekali ia tidak mengunjungi rumah bibinya. Ada perasaan rindu terdalam mengingat berapa lama ia tidak pernah merasakan kehangatan keluarga. Akhirnya dengan hati yang hangat, Rana menyetop taksi, ditatapnya pesan itu terus menerus dengan senyum yang jarang sekali dilihat oleh orang lain.

Ibunya tiada, ayahnya. Hidup beberapa tahun tanpa orang tuanya adalah titik terberat seseorang.

Pintu berwarna putih itu sedikit terbuka, pagar besi yang menjaga rumah tua itu pun terbuka, memperlihatkan cantiknya taman kecil yang disusun oleh bibinya sendiri. Rana segera melangkahkan kakinya, semakin mendekat samar samar ia mendengar suara laki laki di dalam sana.

Secret Lover ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang