3. Broken heart attack

39 10 3
                                    

Yoon Rana, gadis dengan rambut cokelat terikat panjang dengan memperlihatkan jenjang lehernya yang indah. Tas yang disampirkan di bahunya seolah tak memiliki berat yang seberapa dibanding dengan beban hidupnya selama ini. Tak ada pagi yang cerah selain wajah layu yang tak bersemangat, kantung hitam di bawah matanya yang kentara karena semalam insomnia nya kembali datang.

"Rana-ssi!" gadis itu menoleh ke belakang mendapati laki laki jakung berlari kearahnya.

"Tumben sekali," celetuknya.

"Ya, kau pikir aku ini pengangguran yang harus menemuimu setiap jam sekali. Aku punya tugas yang berlipat ganda kau tahu!" sarkasnya, kemudian memposisikan kembali tas nya yang tak beraturan.

"Ku pikir tuan muda Oh Sehun tak mengenal kerja keras." ia tersenyum miring, meledeknya seperti hari hari biasa ketika mereka bertemu. Namanya Oh Sehun, tentu keberadaan mereka satu fakultas penerbangan tak perlu ditanyakan. Seperti yang Rana lihat saat ini, Oh Sehun tetap saja menawan dengan kemeja hitam yang dikeluarkan dipadukan dengan celana jeans, tak lupa juga dengan sepatu Hitam putih kesayangannya.

Bayangkan saja bagaimana pria Oh itu yang selalu berpenampilan modis yang banyak sekali digandrungi wanita wanita penggila hanya untuk mendekati pria bodoh semacam Oh Sehun itu. Rana akui jika Sehun memanglah memiliki wajah yang indah untuk di pandangi, tapi lihatlah dibalik bare face nya itu. Oh, astaga! tidak cocok sekali.

"Kau tidak ada kelas?" tanya Rana ketika mereka duduk di sebuah cafetaria dekat dengan kampus.

"Ada, tapi mungkin siang. Jadi aku bisa meluangkan waktu bersamamu." seraya tersenyum manis.

Rana berdecak, "Kurangi senyum mu itu, kau membuat semua wanita mengalami diabetes."

"Jika semua wanita mengalami diabetes karena senyum ku, itu berarti kau juga mengalaminya?" smirk jahilnya tak lupa.

"Heissh!!" Rana melemparkan sebuah kertas pada pria itu.

Sehun tergelak, "Lihatlah, mukamu memerah itu tandanya aku benar bukan?" sembari tertawa renyah karena puas telah menjahili gadis dihadapannya ini.

"Kau sendiri bagaimana? kapan kelasmu akan dimulai?" celetuknya kembali setelah membuatnya menampilkan raut masam. Hari ini suasana hatinya tak kembali segar entah mengapa. Mungkin ada satu kata hatinya yang mengatakan bahwa pria yang sedang di pikirannya lah yang sudah merusak semua suasana hatinya. Kacau, entah deskripsi apalagi yang bisa menggambarkan keadaan hatinya saat ini.

"Sama sepertimu."

"Kalau begitu bagaimana dengan pulang bersama? aku yakin kita akan sedikit pulang malam hingga sampai di rumahmu." pria yang tak lebih tua darinya itu menyesap boba favoritnya. Kesekian kali Rana melihat Sehun selalu membeli Boba di setiap mereka datang disana atau sekadar saat tanpa sengaja mereka bertemu dan berjalan. Mungkin Boba itulah yang membuat Sehun menjadi menarik dikalangan wanita? Rana tidak yakin itu.

"Hm, itu ide yang menarik." meski tak semestinya suasana hatinya kacau, alangkah baiknya jika ia sedikit keluar dari zona menyedihkan ini.

"Kau sakit?"

"Tidak, kenapa?"

Jari telunjuk pemuda itu menunjuk ke arah wajahnya, menyapu halus daerah bawah matanya. Tanpa sadar Rana tertegun, ada yang bereaksi aneh di sekitar hatinya. Tatapan mata itu seolah membuatnya tersihir kedalam netra yang teduh.

"Kau terlihat lelah." ada gurat khawatir yang Rana dengar hanya dari suaranya yang berat, "Kantung matamu, kau tidak tidur?"

"Hanya insomnia yang melandaku, selebihnya aku berusaha untuk tidur." lalu menyesap teh camomile nya.

Secret Lover ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang