Waktu Utami jujur siapa laki-laki yang menyatakan perasaan padanya, Utara cuma bisa diam, bengong, entah laki-lakinya ini dapat karma atau apa karena habis mentgatakan Utami sok cantik mau ngegoda kakak kelas, malah ia sendiri yang ngePDKTin Utami. Bahkan dari selesai MOS!
Definisi menjilat ludah sendiri.
Tapi Utami bilang kalau sebenarnya bukan kakak kelas yang nembak Utami itu yang bilang Utami sok cantik dan sebagainya, si kakak kelasnya ini cuma menyampaikan apa yang teman sesama Pembimbin Kelasnya katakan soal Utami. Yaa yang kena jadi si laki-laki, soalnya ia yang mengatakan, dan Utami sakit hati.
Utara bisa percaya, tapi belum sepenuhnya, eh tapi agak luluh juga sama perjuangan si laki-laki ini. Sudah PDKT dari selesai MOS, pas nembak jawabnya gantung pula, masih saja setia melancarkan PDKT pada Utami. Utara bisa bilang, mungkin ia benar serius. Tapi Utara juga bisa bilang kalau Utami ini masih seperti anak-anak yang belum siap pacaran.
Jadi teman saja dulu, malah bagus kalau bisa sampai sahabatan. Toh kalau memang jodoh, mereka pasti dipersatukan.
Dan Utara harus tau seluk-beluk, dan kelakuan asli si laki-laki. Pokoknya Utara mau, adiknya dapat pacar dan pasangan hidupnya kelak berbanding jauh dengan kelakukan Budianto.
"Aah... patah hati gue. Berarti udah gak ada harapan gue ngedeketin adek lo Tar."
Utara melirik sinis. Ia tau Niken tidak pernah serius, tapi mungkin bisa jadi benar serius.
"Tapi kan sama Tami belum diterima Ken, belum ada status, lo masih bisa maju deketin Tami, Ken. Taken, Tami-Niken. Ahiiw~"
"Geli anjir!" Utara geplak saja kepala Jati yang pagi-pagi sudah konslet ini.
"Lagian Ken, kan kita gak tau juga Tami kemana arahnya. Bisa jadi dia emang straight, atau malah belok kayak kakaknya."
Utara sampai menggeplak kepala Jati lagi. Bukan, yang barusan ngomong itu Riken. Utara ngegeplak kepala Jati karena ia yang tertawa paling kencang, seperti orang kesetanan. Mana ketawanya nyebelin.
"Tapi serius Tar, lo pernah gak sih bahas gituan sama adek lo?"
"Ya gak pernah lah Ken. Gue emang harus ngomong apa. Gue lebih pengen dia nemu jati dirinya sendiri soal itu, dibanding gue ajak ngobrol yang hasilnya belum bisa gue prediksi, apa dia open atau malah jadi anti."
"Bener sih." Niken kembali lemas. "Dulu gue pas kapan ya sadar kalo gue nih begini...?"
Utara dan lainnya saling lirik, menunggu Niken melanjutkan cerita meski ia masih lemas mendengar curhatan Utara tentang adiknya yang ditembak laki-laki.
"Gue tuh dulu pas SD kayak... ada cewek tomboy kan, waktu itu gue masih girly gitu. Terus gue nih kayak pengen deket sama nih cewek boyish. Tapi ya udah gitu aja. Pas SMP, gue kayak suka cewek sama cowok di saat yang sama gitu. Tapi gue masih belum tau soal orientasi itu."
"Terus sadarnya kapan?"
Niken angkat bahu, "Pas masuk SMA kali, gue inget gue nyatain cinta ke temen sebangku gue pas kelas sembilan. Terus dia kayak, nerima gue, kita pacaran."
"Tapi putus gara-gara temen lo milih sama cowoknya, bahkan awet sampe sekarang." sela Riken. Yang seketika dapat sinisan Niken dan tawa teman-temannya.
"Seenggaknya kita masih sahabatan sampe sekarang dan sadar kalo dulu tuh kita lagi sama-sama cari jati diri. Ya gue nemu orientasi gue disitu, dia juga. Selesai."
Masih saja yang lain cekikikan, padahal memang yang diceritakan Niken itu kejadian sebenarnya. Meski pas waktu itu, mereka berempat belum sedekat sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Own My Heart (BL 18+) [COMPLETE]
Teen Fiction❝𝑰 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒐𝒊𝒏𝒕 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔 𝒂𝒓𝒆𝒏'𝒕 𝒆𝒏𝒐𝒖𝒈𝒉.❞ Sebuah definisi love-hate relationship. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ Ada beberapa part bersifat 𝗥𝟭𝟴+, harap bijak dalam memilih dan membaca cerita...