Dari pagi Kafka keluar rumah tanpa bilang mau kemana. Padahal, ia hanya ingin menemui Utara. Setelah dapat informasi nama tempat Utara kerja, Kafka langsung berangkat. Ternyata memang lumayan dekat dengan kampus Utara nanti.
Kafka parkir agak jauh, ia baca di internet, coffee shopnya baru buka jam satu, sementara ia sudah disana dari sebelum jam dua belas. Hanya diam, mengumpulkan keberanian dan memikirkan matang-matang apa yang ingin Kafka katakan.
Matanya menangkap sosok Utara baru berlalu dengan motor, langsung belok ke kedai. Sudah lama tidak melihat, dadanya sakit sampai matanya panas karena ingat yang dulu itu.
Dari sana Kafka tidak melihat Utara lagi, kedai dibuka dan orang datang bergantian. Kafka hanya menunggu, ia tidak mau melewatkan Utara. Kalau untuk masuk, tidak berani. Kafka tidak mau mengacaukan pekerjaan Utara dan semakin membuat Utara membencinya.
Kafka hanya menunggu sampai Utara selesai bekerja. Jam sepuluh lewat, Utara baru keluar kedai dengan motornya. Melaju pulang diikuti Kafka diam-diam. Dulu di Menjelang Malam, Utara juga pulang malam. Kafka tidak heran. Yang buat Kafka heran, kenapa Utara bisa bekerja di tempat yang jauh dari rumah?
Utara baru mau membuka gerbang rumahnya waktu ia dengar suara klakson mobil terparkir dekat sana. Ia menoleh silau, hanya sesaat karena Utara lebih dulu kembali ke motornya dan buru-buru masuk. Ia masih harus menutup dan mengunci gerbang meski rasanya sudah ingin masuk rumah.
"Utara."
Kepalanya refleks menoleh, mencari sesaat, dan menemukan Kafka berdiri di luar gerbang. "H-hah?" buru-buru Utara keluar, "Kaf?! Lo ke sini malem-malem begini?!"
"Gue udah nunggu lo dari tadi."
Utara menoleh cepat, melihat mobil yang mengklakson tadi sudah mati. "Itu lo?!"
"Iy-"
"Anjing! Gue kira bokap tau gak?!"
Kafka sampai melebarkan matanya, kaget melihat Utara yang kaget karena ternyata yang datang Kafka, bukan Budianto.
"Tch!" decisnya pelan, "Ngapain lo malem-malem kesini? Lo nungguin gue balik?"
"Hm.. gue gak berani nemuin lo di coffee shop, jadi gue nunggu lo balik."
"Hah?! Lo nunggu gue dari jam berapa anjir?"
"Dua belas? Kayaknya-"
"Sinting lo, Kaf?! Ngapain? Ngapain coba lo nungguin gue?"
Kafka tidak jawab, matanya hanya terpaku pada wajah Utara yang parasnnya tidak begitu terlihat karena malam.
"Kaf?"
"Kita tuh harusnya ribut begini gak sih?" Kafka terkekeh saat ia menunduk, "Cerita kita tuh harusnya lawak bukan sih? Lucu-lucuan, ribut gak jelas, bukan melow-melow kayak gini."
Utara baru diam.
"Resek lo! Sumpah lo resek banget!"
Sampai lengannya dintinju tanpa tenaga oleh Kafka pun Utara hanya diam.
"Bisa-bisanya lo pergi pas lagi seks, bisa-bisanya lo nangis ke gue bilang gue boleh ngebenci lo. Lo nganggap gue gak ada padahal balik dari Jerman oleh-oleh buat lo segudang tau gak? Lo brengsek banget nyama-nyamain gue sama bokap lo!"
"Sorry..."
"Gak! Gue gak mau denger maaf lo. Sakit banget lo sadar gak sih?! Gila lo! Gue kayak orang bingung mikirin salah gue dimana, kenapa lo segitu gak maunya sama gue. Lo tuh, tinggal bilang semua ke gue langsung Tar. Semua! Gue gak mau denger dari orang lain. Gue mau denger langsung dari lo! Ini gue harus ngemis ke Jati biar gue tau lo kenapa. Bahkan gue harus nanya Joan lo kerja dimana."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Own My Heart (BL 18+) [COMPLETE]
Teen Fiction❝𝑰 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒐𝒊𝒏𝒕 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔 𝒂𝒓𝒆𝒏'𝒕 𝒆𝒏𝒐𝒖𝒈𝒉.❞ Sebuah definisi love-hate relationship. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ Ada beberapa part bersifat 𝗥𝟭𝟴+, harap bijak dalam memilih dan membaca cerita...