"Terus kamu gak bilang kalo dia yang nyebarin itu? Kamu gak nyangkal atau apa gitu pas ditanya guru kamu?"
"Kamu dari pada marah-marah terus ke aku begitu, mending kita tuker posisi deh! Aku tuh di Ruang Kepsek masih mikir ada apa, kok bisa begini, kok bisa begitu. Kamu malah enak banget nyalahin aku suruh gini-gitu! Lagian, kalo waktu itu kamu gak maksa quickie di resto, gak bakal ada kejadian ini!"
"Tck!"
"Cak, cek, cak, cek doang juga aku bisa! Lagian ya! Percuma aku ngasih tau guru kalo Utara yang nyebarin, biar apa? Mereka udah tau sebelum aku kasih tau!"
"Terus kamu nyalahin aku?"
"Iya! Karena kamu malah marah-marah ke aku! Aneh tau gak?" suaranya baru melemah. "Aku tuh sama pusingnya. Ayah aku masih ngediemin aku, aku masih diskors. Kamu enak gak dapet hukuman apa-apa."
"Aku dimarahin Anas!"
"Cuma Mas Anas. Aku dimarahin semua orang, Angga! Satu sekolah gak suka sama aku. Semua orang ghibahin aku! Emang di kampus ada yang ngomongin kamu? Gak ada kan? Aku yang ngerasain, bukan kamu!"
"Iya." suara Angga ikut melemah, "Sorry."
"Kamu tuh coba ngerti posisi aku juga kek."
"Iya, sorry Kafka." katanya, agak mendekat, mencoba merangkul Kafka tapi ditolak mentah-mentah. "Kafka."
"Udah lah pulang aja. Aku gak mood! Lagian kamu sinting banget, lagi keadaan kayak gini masih aja mikir jatah."
Angga diam. Kembali ke posisi awal. Tidak membantah sama sekali, mulai melajukan mobilnya untuk mengantar Kafka pulang.
Mood Kafka juga berantakan sejak Senin lalu, ia dapat skors dua minggu. Ayahnya masih diam tidak mau diajak bicara sedikit pun. Jangan tanya ibunya bagaimana, Kafka sama sekali tidak mau membahas soal ibunya. Keadaan begini udah buat Kafka amat pusing.
Padahal, sama pusingnya dengan Utara. Di sekolah, ia masih mencari tau darimana awal kabar tersebut. Kejelasan tuduhan mesum pada Kafka yang berakhir pada kesalah pahaman antara Kafka dan Utara. Ia dipecat dari tempat kerja. Dan bagaimana kalau kabar soal orang yang menyebarkan kabar mesum itu adalah Utara? Ia bisa dibenci teman-temannya.
Utara hanya ingin kejelasan kasus ini, ia tidak mengharap permohonan maaf dari Kafka dan Anas atau Angga karena sudah memecatnya tanpa menunggu bukti yang jelas, atau maaf itu sendiri dari Kafka. Ia hanya tidak mau ribut-ribut begini.
"Tara.."
"Hmm."
"Nyawa lo ilang kemana sih Tar?"
"Gak tau Jat.." jawabnya lesu, kepalanya direbahkan di meja, menatap kosong pada kursi Kafka yang kosong. "Gue ke rumah lo ya Jat balik nanti?"
"Lo gak kerja?"
"Gue udah berhenti."
Jati mengerutkan dahi, "Kesambet apaan lo berhenti kerja? Biasanya paling semangat."
"Ah bacot. Nanti aja gue ceritain. Gue mau tidur mumpung Pak Tri gak masuk kelas."
"Dih. Malah tidur coba?"
Soalnya ngantuk. Kalau malam Utara sama sekali tidak bisa tidur, kepikiran. Masih mau tau dari mana awal mula rumor ini ada karena Utara yang menangkap basah saja tetap diam tidak mengatakan apa-apa. Kafka juga bilang secara tidak langsung kalau mesum di resto itu hanya sekali.
Haah...
Utara bingung. Masalahnya kabarmya sudah meluas ke seisi sekolah. Pasti anak kelas sepuluh pun tau kabar ini, karena sampai mendatangkan orangtua dan diskors selama dua minggu. Pasti Kafka marah sekali dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Own My Heart (BL 18+) [COMPLETE]
Fiksi Remaja❝𝑰 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒐𝒊𝒏𝒕 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔 𝒂𝒓𝒆𝒏'𝒕 𝒆𝒏𝒐𝒖𝒈𝒉.❞ Sebuah definisi love-hate relationship. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ Ada beberapa part bersifat 𝗥𝟭𝟴+, harap bijak dalam memilih dan membaca cerita...