Eighteen - Surat Perjanjian

7.4K 395 5
                                    

SUDAH TAMAT DI APLIKASI KARYAKARSA DENGAN NAMA AKUN AYUTARIGAN (TIDAK PAKAI SPASI) DAN TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOKS. THANK YOU 💙


ENJOY 🔥🔥🔥



Diva melingkarkan kedua tangan di leher pria itu yang langsung menarik tengkuknya dan memberi cumbuan tanpa aba-aba. Tak membiarkan wanita itu lolos setelah berani mempermainkannya.

"Nggh ... Pak ...." Diva berusaha mendorong tubuh pria itu karena pasokan oksigen yang dihirupnya kian sedikit.

Abbas melepas ciumannya dan menghirup napas panjang sebelum mengangkat tubuh Diva dan meletakkannya di atas meja dan kembali memberi ciuman panas yang membuat wanita itu kewalahan.

Diva dapat merasakan telapak tangan pria itu yang terasa kasarerambat halus di kulit pahanya dan merambat semakin berani menuju titik sensitif miliknya.

Ciuman panas pria itu turun ke leher jenjang Diva yang kain mendongak dengan tubuh menegang kaku karena santuhan Abbas yang mengacaukan kinerja otaknya dengan begitu hebat.

"Kamu terasa panas," komentar Abbas di sela-sela cumbuannya.

Diva tak sanggup membalas ucapan pria itu karena ia sibuk mengatur napas yang jika sedikit saja Diva lengah, maka lenguhan tak tahu malunya lah yang mendominasi.

"Apa tunanganmu sering melakukan ini padamu?" tanya Abbas dengan geraman kecil yang menyentak wanita itu ketika ia menghisap kuat kulit putih Diva yang berupa gundukan dimana benda itu selalu saja menantang kewarasan seorang Abbas Angkasa.

Tak ada sahutan dari Diva yang Abbas tahu sedang menikmati permainan yang dilakukannya. Pria itu semakin berani menyingkap rok wanita yang menyerahkan diri sebagai sugar baby-nya meski ia sudah berusaha menolak mentah-mentah itu.

"Pak ... Saya tidak kuat," rintih Diva ketika tangan kasar pria itu mengobrak abrik celah sempit di bawah sana yang basah karena godaan nakal jari-jari pria duda itu.

Gerakan Abbas semakin tak terkendali dan cumbuannya semakin keras. Hal itu jelas membuat Diva tak mampu menahan lebih lama lagi gelombang panas yang menerjangnya hingga tubuh wanita itu kaku dan memasrahkan diri ketika puncak itu datang menghantamnya.

Napas wanita itu tersengal dan ia hampir ambruk di atas meja kerja pria yang sedang mengamati jari-jarinya yang basah oleh cairan hangat milik wanita itu. Mata Diva membulat sempurna ketika Abbas dengan santai menjilat jarinya dengan tatapan mata tetap tertuju padanya.

Gila! Diva benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana panasnya pria itu bila bergerak brutal dengan bagian tubuh saling menyatu dengan miliknya. Ah, otak jalang wanita itu malah semakin bekerja dengan baik setelah mencapai pelepasannya.

Abbas beranjak dari sana menuju kamar mandi yang memang ada di dalam ruang kerja pria itu. Diva yang masih mengatur napasnya malah terusik untuk mengikuti langkah pria itu.

Ia melihat dari celah kamar mandi, apa yang sedang dilakukan pria itu. Jelas Diva merasa geli ketika sadar pria duda itu ingin mandi air dingin untuk meredakan gairahnya sendiri.

Diva masuk tanpa permisi sehingga membuat Abbas menoleh kaget meski tak mengusir keberadaan wanita yang kini bersandar di westafel dengan gaya menantang itu.

"Jangan terus mengujiku, Diva Adzakina. Aku tidak ingin kamu menyesal karena kontrol diriku yang tak bisa terkendali nantinya," ujar pria itu memperingatkan.

"Oh, ya? Lalu apa ini cara Anda mengontrol diri, Tuan Abbas Angkasa?" tanya wanita itu yang bersedekap dan berjalan ke hadapan pria itu.

"Ya," balaz pria itu singkat.

Diva tersenyum miring sebelum menjatuhkan lutut ke lantai dengan mata tak putus menatap Abbas yang terkejut dengan apa yang Diva lakukan.

"Apa yang kamu lakukan?" desis pria itu dengan delikan tajam.

Diva tak peduli dan membelai pusat gairah pria itu dari balik celananya yang jelas saja langsung memberi reaksi gila sesuai ekspektasi Diva.

"Jangan main-main, Diva!" geram pria itu.

Jemari lentik wanita itu tak tinggal diam, ia menari liar membebaskan benda yang terasa sesak sejak tadi itu. Mengusapnya perlahan dan semakin berirama selaras dengan geraman tertahan pria itu yang Diva yakin tak akan mampu menolak sentuhannya kali ini.

Ya, benar sekali. Abbas tak mampu berkutik karena di kepalanya dipenuhi dengan gelora panas yang membakar setiap sendi di tubuhnya. Apalagi saat ia merasakan lidah panas wanita itu ikut membelai pusat gairahnya yang kini benar-benar membuatnya hampir menggila.

Abbas tak bisa menahan lagi, ia menahan kepala wanita itu dan bergerak sesuka hati mengejar puncak gairahnya sendiri dan ketika mendapatkannya, pria itu tak kuasa menahan semburan lahar panas itu yang langsung mendarat di mulut menggoda wanita itu.

Pria itu bersandar di dinding dengan napas terengah seraya mengamati Diva yang terbatuk dan membuang sisa cairan dari mulutnya ke lantai.

"Wanita penggoda ulung. Jangan harap aku akan melepaskanmu setelah ini," gerutu pria itu sembari menarik Diva ke dalam shower box dan menghidupkan air hangat untuk mereka berdua.

Tak ada kegiatan lain yang mereka lakukan karena Abbas kali ini benar-benar menjaga kewarasannya dan tak terpancing dengan tipu muslihat Diva yang selalu saja menguji kesabarannya.

Kini setelah membersihkan diri, mereka duduk berhadapan di sebuah sofa yang letaknya masih di dalam ruang kerja pria itu. Hanya saja sofa ini letaknya lebih dekat ke balkon sehingga lebih nyaman untuk bersantai sembari menikmati secangkir teh maupun kopi di sore hari.

Tapi nyatanya bukan itu yang akan mereka lakukan, karena tak lama masuklah Pedro dengan sebuah berkas di tangannya yang langsung ia letakkan di hadapan Diva sesuai perintah Abbas Angkasa.

"Apa ini?" tanya wanita itu dengan dari berkerut dalam.

"Surat perjanjian seperti yang kukatakan waktu itu. Bacalah," ujar Abbas menjelaskan.

Diva membuka surat yang dimaksud Abbas tersebut dan membaca setiap poin yang tertera di lembaran kertas itu.

"Jika ada hal yang membuatmu keberatan, kita bisa merevisi ulang," ucap Abbas tenang.

Diva menarik napas panjang dan terus membaca setiap poin yang menurutnya membuat hubungan ini benar-benar diatur ketat dalam peraturan di surat ini.

"Anda memberi saya uang saku setiap bulan sebanyak ini?" tanya Diva yang tak habis pikir melihat banyaknya angka nol di deretan nominal itu.

"Ya. Apa itu kurang?" tanya Abbas.

Diva mendengkus dan tak menjawab, ia meneruskan bacaannya.

"Tidak boleh menyentuh anda sembarangan?" Diva bertanya dengan wajah sinis.

"Ya. Kebiasaan kamu adalah menggoda sesuka hati dan tidak tahu tempat," sahut Abbas enteng yang membuat Diva mencibir.

"Tidak boleh mencampuri urusan pribadi?" tanya tanya wanita itu dengan mata menyipit.

"Ya," ucap pria itu.

"Berlaku sampai kapan?"

"Itu kita yang sama-sama memutuskan."

Diva mengangguk-angguk paham, jarinya menarik pulpen di atas meja dan tanpa pikir panjang membubuhkan tanda tangan di sana.

"Saya setuju," ujarnya sembari menyandarkan tubuh dengan santai ke sandaran sofa.

Abbas tersenyum miring. "Good girl," pujinya sebelum menarik surat perjanjian itu dan menatap tanda tangan yang Diva bubuhkan dengan puas.


To Be Continued

Terjerat DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang