Eight - Pantang Menyerah

8.2K 459 11
                                    

SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK DAN PDF, JUGA TAMAT DI APLIKASI KARYAKARSA DENGAN NAMA PENA AYUTRIGAN (tanpa spasi).

THANK YOU.

Enjoy 🔥🔥🔥




Mobil berhenti di sebuah gedung tinggi yang berada di kawasan bisnis elit ibukota. Tanpa bertanya pun Diva tahu bahwa itu adalah kantor dimana Abas Angkasa selama ini mengendalikan perusahannya. Pria itu membuka pintu mobil sebelum berpesan pada sang supir.

"Antarkan gadis ini pulang, sepertinya kakinya tidak masalah mengingat mulutnya masih bisa mengoceh dengan baik," ujarnya datar pada sang supir yang melirik Diva dari kaca spion tengah mobil.

Diva mendelik tak terima. "Dasar manusia tidak berperikemanusiaan!" gerutu wanita itu.

"Hei, aku ikut ke dalam saja," imbuh Diva dengan ide yang lagi-lagi muncul di kepala. "Siapa tahu ada pekerjaan yang cocok untukku dan aku bisa melamar di perusahaan anda!" ujarnya bersemangat.

"Tidak ada lowongan kecuali cleaning servis khusus toilet," sahut Abas sebelum menutup pintu mobil jengkel.

"Hei, tunggu dulu! Apa anda tega memulangkanku dengan keadaan seperti ini?" rengek wanita itu sembari berjalan terseok di belakang Abas.

"Antarkan dia, Pedro!" perintah pria itu tegas tanpa menoleh ke belakang.

Diva yang baru mengetahui nama supir sekaligus bodyguard Abas itu menoleh ke belakang dan mendapati pria itu sudah turun dan siap menyeret Diva ke dalam mobil.

Wanita itu menggeleng panik dan menyeret kakinya kencang untuk mengejar Abas dan menarik ujung jasnya. "Kalau aku pulang dengan keadaan seperti ini, maka papa akan semakin menghukumku. Apa anda tega membiarkan hal itu? Padahal aku begini kan karena anda!" ujar Diva berharap pria itu memiliki sedikit saja rasa bersalah dan belas kasihan.

Abas tiba-tiba berhenti sehingga Diva yang mengekor di belakang tak siap dan menabrak punggung lebar pria duda itu.

"Itu bukan urusanku dan bukan tanggungjawabku!" tukas pria itu geram.

"Hei, jelas ini tanggungjawab anda sebagai suggar Daddy-ku!" pangkas Diva tak mau kalah.

Abas mendelik tajam tapi sayangnya Diva tak akan gentar.

"Apa?" tanya wanita itu menantang. Diva menarik tangan Abas dan meletakkan di bagian tubuhnya yang membuat Abas melotot kaget. "Bukannya anda sudah setuju? Anda lupa sudah menyentuh saya di sini, di sini, di sin--"

"Cukup!" desis pria itu geram.

"Tidak bisa! Anda harus bertanggung jawab," cetus wanita itu.

"Dasar, Wanita ular sialan!" geram Abas yang sepertinya ingin mencincang bagian tubuh Diva dan memberikannya ke hewan buas.

"Oh, ternyata Tuan Angkasa yang baik, dan bijaksana di media bisa berkata kasar juga!" seru Diva dengan mimik kaget dibuat-buat.

Abas habis akal dan tak tahu lagi cara menengahi wanita yang menurutnya tidak tahu malu itu.

"Terserahmu saja," ujar pria itu akhirnya sembari melanjutkan langkah memasuki lobi kantornya tanpa menghiraukan wanita di belakangnya yang bersorak gembira dan berjalan sanggun mungkin meski harus menahan ngilu di kaki.

Diva ikut menyelinap di dalam lift khusus direksi yang dimasuki Abas beserta beberapa orang lainnya. Kali ini Diva bisa melihat bahwa wanita yang tadi bersama rombongan Abas kembali muncul di sana.

Wanita anggun itu berdiri tepat di belakang Abas Angkasa dan Diva tak suka itu karena jarak keduanya tipis sekali.

Abas sendiri sudah tak mempedulikan Diva itu, ia lelah dan merasa tak ada gunanya menegur wanita keras kepala itu.

Terjerat Duda [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang