Fiveteen - Kejujuran

8K 416 9
                                    

SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA DENGAN NAMA AKUN AYUTARIGAN (TIDAK PAKAI SPASI) DAN TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOKS. THANK YOU


ENJOY 🔥🔥🔥

Diva tak kunjung berhenti tersenyum kala mengingat kejadian beberapa jam yang lalu dimana Abbas menggenggam tangannya tanpa rasa jijik dan penuh penolakan seperti biasa. Pria itu malah membukakan pintu mobil untuknya dan meminta untuk menyetir kendaraan roda empat milik Diva dan mengutus seorang supir untuk membawa mobil wanita itu yang baru diperbaiki.

Ia tak menyangka perlakuan sederhana Abbas benar-benar memberi efek samping luar biasa untuk mood Diva, dan euforia itu masih terlihat jelas hingga malam ini dimana ia harus memenuhi janji sesuai permintaan Danus di chat tadi.

Diva lebih dulu sampai di tempat yang sudah Danus tentukan, ia memutuskan untuk memesan segelas minuman sembari menunggu kedatangan pria yang berstatus tuangannya itu.

Ah, mengingat bahwa statusnya kini sudah berubah, Diva jadi merasa tak enak pada Danus meski sebenarnya ia tak sepenuhnya salah karena jelas perjodohan ini bukan atas kemauannya melainkan keterpaksaan belaka. Tapi tetap saja sedikit rasa bersalah dan tak nyaman menggerogoti hati wanita itu ketika mengingat dirinya yang malah menjadi suggar baby saat ia berstatus sebagai tunangan pria lain.

Lamunan wanita itu terganggu ketika mendengar suara kursi yang bergeser di hadapannya. Diva mendongak dan mendapati Danus telah tiba dan ia ternyata tidak sendirian. Pria itu bersama seorang wanita cantik dengan tubuh tingga semampai dan rambut blonde.

"Sorry telat. Kamu udah lama nunggu?" tanya pria itu berbasa-basi.

Diva tak langsung menjawab karena sedang memperhatikan keduanya dengan seksama. Diva tidak bodoh, suara berat pria itu yang seolah kelelahan tentu bukan karena ia terburu-buru lari ke sini. Melainkan ada kegiatan lain yang mereka lakukan sebelum memasuki restoran ini. Terbukti dengan Danus yang mengancing baju dengan tidak sejajar dan dress wanita itu yang terlihat berantakan.

"Nggak terlalu lama," sahut Diva akhirnya sembari melirik raut sinis yang sejak tadi dilayangkan oleh pria yang datang bersama Danus.

Pria itu berdehem pelan dan mengangguk paham. "Kamu mau pesan apa Cla?" tanya Danus sembari menunjukkan buku menu pada wanita itu.

"Terserah kamu aja," jawab wanita itu agak ketus.

Diva yang melipat tangan di dada sembari menyandarkan tubuh ke sandaran kursi. Tampaknya hubungan mereka cukup rumit sehingga Diva bersemangat untuk menontonnya.

"Sebenarnya ada yang mau aku omongin sama kamu, Div," ujar Danus setelah pelayan pergi dari meja mereka.

"Let's talk," sahut wanita itu santai.

Danus menarik napas panjang dan menatap wanita yang tadi datang bersamanya dengan lembut. "Aku sebenarnya punya wanita pilihanku sendiri, namanya Clarie," ujar pria itu sembari menggenggam tangan wanita bernama Clarie yang sontak menoleh dan ikut menatap Danus.

"Aku tahu aku brengsek, Div. Tapi bertunangan dengan kamu adalah jalan satu-satunya agar papa tidak terus mendesak aku untuk menikah," imbuh pria itu dengan suara lelah.

"Kenapa tidak menikah saja dengan Clarie?" tanya Diva spontan.

"Mereka tidak merestui," jawab Danus dengan napas berat.

Diva menganggukkan kepala. Jujur saja ia merasa aneh sekali, hatinya tak merasa sakit sama sekali malah didominasi rasa lega luar biasa. Apa ini karena ia juga melakukan kesalahan yang sama sehingga beban rasa bersalah kepada Danus langsung hilang semua?

"Apa alasannya?" Meski tak e.rasa terskaiti, tapi Diva tetap harus tahu alasannya karena ini jelas menyangkut pada dirinya juga nanti.

Danus menghela napas panjang. "Ini terlalu rumit dan sedikit --"

"Aku adalah anak selingkuhan Papa Danus," tukas Clarie yang memotong kalimat pria itu yang ragu-ragu.

"Ha?! Lalu bagaimana bisa kalian menjalin hubungan? Apa kalian tidak memiliki hubungan darah?" tanya Diva kaget.

"Itulah masalahnya, Diva. Mau bagaimanapun kami berjuang, tetap tidak akan direstui oleh orang tuaku. Maka dari itu aku menerima perjodohan ini agar mereka berhenti mendesakku untuk menikah. Dan aku tahu kamu orang yang baik dan bisa mengerti keadaan hubungan kami," ujar pria itu lesu.

Diva menghela napas panjang. Ini benar-benar mengejutkan baginya dan jelas posisinya kini cukup terbilang sulit.

"Lalu kamu mau bagaimana? Kita tetap jalani perjodohan ini? Itu sama aja kalian tumbalin aku!" ucap wanita itu tak terima.

"Aku tahu. Kamu pasti merasa tidak nyaman --"

"Bukan hanya tidak nyaman, tapi juga sangat dirugikan!" tukas Diva menekankan.

"Ya, aku tahu. Tapi hanya ini yang bisa kami lakukan, dan hanya kamu yang bisa membantu kami berdua," mohon pria itu kian memohon.

"Tapi ini terlalu sulit. Gimana kalau nanti orang tua kita mau melanjutkan ke jenjang pernikahan? Aku nggak akan bisa terima!" tolak Diva tegas.

"Nggak akan Samapi sejauh itu karena kami akan terus cari jalan keluarnya," kata Danus menjelaskan.

"Tetap saja aku tidak bisa memutuskan hal ini begitu saja, aku butuh berpikir dan menjernihkan pikiranku terlebih dahulu," tutur Diva akhirnya.

"Kami mohon, Div. Demi janin yang sedang dikandung Clarie," bujuk pria itu dengan suara lelah.

Diva sontak mendelik dan jelas saja matanya terarah pada perut wanita itu yang masih terlihat rata. Clarie yang menyadari pandangan wanita itu langsung membuang muka ke arah lain karena jujur saja ia merasa malu karena sikap rendahannya. Tapi mau bagaimana lagi, ia memang bodoh dan tolol karena terpedaya dengan rayuan manis pria bernama Danus Holta itu.

"Kalian benar-benar gila," komentar Diva tak habis pikir.

"Ya, benar. Maka dari itu kami harap kamu sudi menolong dua orang gila ini," pinta Danus pantang menyerah.

Diva menghela napas panjang. Rasa bahagia yang tadi dirasakannya seketika hilang dibawa angin dan berganti dengan pikiran semrawut karena masalah Danus yang merembet kepada dirinya.

"Jujur aku tidak bisa memutuskan hal itu sekarang. Rasanya aku ingin sekali memutuskan perjodohan ini sekarang juga," ucapnya jujur.

"Sekali lagi aku mohon padamu, Diva Adzakina," ujar Danus memelas.

Diva mengangguk dan menghela napas panjang. "Akan aku pikirkan," sahut wanita itu.

"Aku harap kamu akan memberi kabar baik secepatnya."

Diva tak menyahut karena bertepatan dengan itu hidangan mereka datang. Menit selanjutnya mereka habiskan dengan makan bersama meski pikiran masing-masing berkecamuk di dalam sana.

Bahkan hingga ia tiba di rumah, Diva masih belum bisa menjernihkan otaknya untuk mendapatkan jawaban atas permohonan Danus tadi.

Diva kira masalahnya lah yang paling rumit selama ini. Nyatanya ada yang lebih parah dan bahkan tidak masuk di akal Diva sama sekali.

Bagaimana anak seorang istri sah dan anak dari seorang selingkuhan bersatu menjalin cinta bahkan kini tumbuh bayi tak berdosa di dalam rahim wanita itu?

Ah, jika Diva menjadi Danus, mungkin ia tak akan sudi untuk saling menatap dengan anak selingkuhan ayahnya itu apalagi untuk saling jatuh cinta.

To Be Continued

Terjerat Duda [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang