Twenty Three - Solution

6.4K 511 18
                                    

Sudah tamat di aplikasi KARYAKARSA dengan nama pena [AYUTARIGAN] tidak pakai spasi dan tersedia di GOOGLE PLAY BOOKS. Thank you 💚

Abbas Angkasa bergerak gusar sembari mengotak-atik ponselnya. Sudah dua hari sejak ia melakukan kesalahan fatal hingga membuat Diva menghilang tanpa kabar setelah panggilan terakhir mereka waktu itu.

Jujur saja pria itu benar-benar merasa bodoh dengan ide konyolnya sendiri. Sungguh, kehadiran Diva di hidupnya memang membuat Abbas menjadi tak bisa berpikir dengan jernih seperti biasanya.

Waktu itu dirinya merasa terkejut dengan pemberitaan yang ada. Karena sebenarnya tanpa Diva ketahui, Abbas selalu membawa banyak bodyguard untuk mengamankan keadaan jika sedang bersama Diva.

Pria duda itu jelas tak mau hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dan hal itu bisa saja menyakiti Diva karena kedekatan mereka.

Dan pada saat itu pun, Pedro sudah memastikan bahwa tidak ada orang yang mengambil gambar mereka karena saat itu memang sedang sepi dan privasi di sana benar-benar dijaga.

Nyatanya hal yang ditakutkan oleh Abbas Angkasa benar-benar terjadi saat ini. Orang-orang menganggap buruk seorang Diva Adzakina ketika bersama dengan pria duda yang memiliki jarak umur yang jauh dengan gadis itu.

Baru saja Abbas hendak memberi ruang untuk Diva di sisinya, mulai membiasakan diri dengan kehadiran wanita itu yang sering kali memaksa. Namun kejadian ini seolah menampar pria itu untuk kembali berpikir realistis bahwa mereka berdua memang sangat sulit untuk bersama.

Oleh sebab itu Abbas memutuskan untuk membuat Diva kembali mundur dari hidupnya dengan cara yang sangat kekanakan.

Awalnya ia tak ingin mengangkat panggilan wanita itu dan mengabaikannya seperti yang lalu-lalu. Tapi Abbas sadar bahwa Diva akan tetap keras kepala bahkan yang paling fatal ia bisa nekat mendatangi Abbas meski keadaan saat ini sedang tidak memungkinkan.

Oleh sebab itu akhirnya Abbas memutuskan untuk menerima panggilan itu tanpa berbicara dan memutar sebuah film biru hingga wanita itu salah paham. Saat itu Abbas sangat yakin idenya itu akan membuat Diva jera dan tak lagi mendatangi dirinya.

Benar saja, Diva benar-benar tidak menghubungi dirinya lagi. Tapi sialnya hal itu malah membuat Abbas uring-uringan sendiri apalagi mengingat isak tangis wanita itu yang benar-benar di luar dugaannya.

Apalagi suara pecahan kaca yang jelas terdengar dari ujung sana membuat Abbas hingga saat ini masih merasa gelisah.

Tapi, biar bagaimanapun hal ini yang menurut Abbas paling aman demi mengembalikan nama baik Diva Adzakina. Sebab untuk meredam gosip yang beredar saat ini sungguh sangat sulit kecuali dengan skandal baru.

Benar, skandal baru. Abbas langsung menghubungi Pedro ketika pemikiran yang menurutnya brilian itu hinggap di kepalanya.

Tak lama, pria kepercayaan Abbas Angkasa itu muncul dan duduk di hadapan sang bos.

"Ada apa, Pak?" tanyanya sopan namun tetap terdengar tegas.

"Buat skandal baru saya dengan perempuan lain," ujarnya tegas.

Pedro berdehem pelan sebelum menegakkan tubuh. "Apa ini tidak berlebihan, Pak?" tanya mengoreksi.

"Apa yang menurutmu berlebihan? Ini satu-satunya cara agar media teralihkan."

"Dan semakin menyakiti Nona Diva?" tukas Pedro berani.

Abbas menarik napas dengan tatapan tajam. "Nanti dia akan mengerti," sahut Abbas datar.

"Kapan?" pungkasnya lagi. "Memangnya anda sudah mengungkapkan isi hati kepada Nona Diva? Apa dia juga tahu rencana anda ini?" cecarnya.

"Apa maksudmu?" Abbas mendengkus tak suka. "Saya tidak harus menjelaskan perasaan apa-apa kepadanya. Saya melakukan ini hanya karena tidak mau orang lain mengalami kesulitan karena saya," desis pria itu tajam.

Pedro tersenyum datar. "Banyak orang lain di luar sana yang mungkin tanpa sengaja kesulitan karena bisnis anda. Apa semuanya ingin anda bantu sekuat tenaga?"

"Diam lah, Pedro. Suaramu semakin membuatku sakit kepala," geram pria duda itu.

"Lakukan saja tugasmu dan laporkan hasilnya padaku secepatnya," imbuh Abbas memberi titah.

"Baik, Pak," sahut Pedro sebelum beranjak dari kursinya. Ia sebenarnya sangat kasihan dengan bosnya yang bodoh itu. Sejak dulu selalu saja tak bisa menelaah perasaannya sendiri.

Sementara di lain tempat, Diva tengah duduk di hadapan seorang wanita yang menatapnya tanpa berbicara sejak sepuluh menit yang lalu.

"Jika hanya ingin diam dan menatapku seperti orang bisu, lebih baik kamu pulang. Jangan membuang-buang waktuku untuk hal yang tidak penting seperti ini," ujar Diva datar dengan kedua tangan menyilang.

Wanita di hadapan Diva yang tak lain adalah Clarie itu menghela napas panjang. "Kenapa kamu tidak mundur saja?" tanyanya yang mengundang kerutan di dahi Diva Adzakina.

"Mundur soal apa ini?" ujarnya balik bertanya dengan heran.

"Mundur dari pertunangan itu."

"Oh, ya Tuhan. Kalian semua ternyata sama-sama tidak punya otak, ya?" geram Diva jengkel.

"Jaga bicaramu! Jangan membuatku merasa bahwa omongan netizen di media sosial itu memang tepat untukmu," sahut Clarie marah.

"Memang kalian tidak punya otak!" tukas Diva tajam. "Apa? Ingin marah? Silahkan!" imbuhnya menantang.

Clarie mengepalkan tangan di atas meja. "Benar kata papa, kamu memang wanita bar-bar dan tak pantas bersanding dengan Danus," geramnya.

"Bukan tidak pantas, tapi aku tidak sudi!" tukas Diva.

Clarie menghela napas dan mengibaskan rambutnya. Rupanya ia berusaha sabar untuk menghadapi mulu tajam seorang Diva.

"Kalau memang kamu sudah memiliki kekasih, harusnya cepat-cepat mundur dari pertunangan itu," ujarnya seolah menasehati. "Kenapa? Kamu takut dibuang duda itu dan ingin Danus tetap menampungnya?" tambahnya lagi dengan pedas.

"Dibuang?" Diva memberi dengan wajah tak percaya. "Hei, aku bukan sampah sepertimu," sahutnya memberi penekanan.

"Kurasa kamu tidak tuli dan buta saat Danus memohon dan meminta untuk aku tetap bertahan di dalam pertunangan ini," ujar Diva yang memotong kalimat yang hendak keluar dari mulut Clarie.

"Kamu tentu tidak bodoh untuk menyetujui hal itu jika memang kamu juga tidak memiliki maksud licik lain."

"Sayangnya aku memang bodoh karena terlalu memikirkan bayi entah siapa yang ada di dalam perutmu itu," ucap Diva tenang.

"Apa maksudmu?" tanya Clarie dengan pelototan tajam.

"Tidak ada maksud apapun." Diva bangkit dari duduknya sambil melanjutkan ucapannya. "Kurasa pembicaraan kita cukup sampai di sini. Inti dari kedatanganmu aku sudah tahu, tapi jangan harap aku akan mundur dan melepaskan kalian begitu saja. Aku sangat dirugikan di sini dan kalian semua harus membayarnya setimpal!" desis Diva sebelum melenggang pergi.

"Diva! Aku belum selesai bicara!" pekik Clarie tak terima.

"Pak Danu! Bawa perempuan ini keluar dan jangan pernah izinkan dia masuk lagi!" titah Diva dengan suara kencang untuk memanggil sang satpam yang langsung datang dan sigap mematuhi perintah sang nona.

Diva benar-benar mqsuk ke dalam rumah dan tak menghiraukan lagi omelan Clarie di teras depan yang tidak terima diperlakukan tidak terhormat dan akan melaporkan hal itu pada Danus.

Sumpah mati Diva tak takut sama sekali, ia malah bersyukur jika Clarie melakukan hal itu dan Danus datang menemuinya. Ia akan langsung menghajar pria sialan itu atau bahkan mencincangnya untuk makanan anjing peliharaan papa Diva di belakang rumah.

TO BE CONTINUED

Terjerat Duda [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang