Chapter 1

1.2K 94 0
                                    


"Ada apa kau ingin menemuiku Ran-San?" tanya Shiho ketika suatu siang, Ran mengajaknya makan bersama di sebuah kafe.

"Aku minta maaf telah mengganggu kesibukanmu," kata Ran tak enak hati.

"Tidak masalah, aku masih punya waktu satu jam lagi sebelum balik ke kantor. Kau ingin bicara apa?"

"Ano..." Ran berusaha memulai namun sebelum bicara, matanya berkaca-kaca.

Shiho menyadari hal itu, "ada apa Ran-San? Kenapa kau tampak sedih?"

"Aku dan Shinichi sudah memeriksakan diri ke dokter. Kami ingin tahu kenapa belum juga punya anak setelah tiga tahun,"

"Lalu?"

Air mata mengalir di wajah Ran, "aku memiliki masalah Shiho,"

"Memang kau kenapa?"

"Aku terkena kanker rahim stadium 2A,"

"Oh ya ampun," Shiho menggenggam tangan Ran, "aku turut prihatin Ran-San,"

"Dokter bilang rahimku harus diangkat,"

"Lalu apa kata Kudo-Kun?"

"Shinichi sangat mendukungku, dia bilang tidak masalah mau punya anak atau tidak,"

"Dia memang sangat pengertian,"

"Tapi masalahnya, aku benar-benar ingin punya anak Shiho,"

"Kau masih bisa adopsi,"

Ran menggeleng, "tidak bisa,"

"Kenapa? Kudo-Kun keberatan?"

"Bukan begitu. Aku ingin anak yang benar-benar darah dagingku dan Shinichi, itu impian terbesarku,"

"Tapi dengan kanker rahim stadium 2A, itu tidak mungkin Ran-San,"

"Bisa, masih bisa. Ada jalan keluarnya, dokter telah memberitahuku,"

"Eh? Apa?"

"Surogasi,"

"Surogasi? Maksudnya mencari ibu pengganti yang mau mengandung dan melahirkan anakmu dan Shinichi?"

"Uhm," Ran mengangguk.

"Kalau dengan cara itu memang masih bisa, tinggal harus mencari ibu pengganti yang bersedia melakukannya,"

"Tapi masalahnya, aku tidak mau ibu pengganti yang melahirkan anakku dari wanita sembarangan,"

Shiho mengerjap, "lalu?"

Ran menggenggam tangan Shiho erat-erat, "aku ingin Shiho-Chan yang melahirkannya,"

Shiho kaget dan sontak menarik tangannya dari Ran, "kau gila Ran-San,"

Ran menggeleng, "aku sadar 100%,"

"T-tapi kenapa aku?"

"Haruskah hal itu dipertanyakan? Kau cantik dan pandai. Kau adalah partner yang membantu pekerjaan Shinichi. Kau tulus membantu semua investigasinya,"

"Y-ya tapi itu hanya pekerjaan..."

"Shinichi sangat percaya padamu dan bila Shinichi mempercayaimu, aku juga percaya padamu Shiho-Chan,"

"Ran-San..."

"Aku yakin kau akan menjadi ibu yang baik untuk anak kami,"

"Apa kau sudah bicarakan hal ini dengan Kudo-Kun?"

"Tidak. Dia masih belum tahu aku memilihmu,"

"Dia takkan setuju Ran-San,"

"Aku tahu dia mungkin takkan setuju, karena itu aku bicarakan hal ini denganmu. Tapi jika proses penanaman embrionya sudah dilakukan, Shinichi tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi,"

"Ran-San... tindakanmu ini sangat berani..."

"Aku tak punya waktu lagi Shiho!" Ran tersedu-sedu.

Shiho terdiam.

"Coba tempatkan dirimu di posisiku. Aku sangat mencintai Shinichi, aku begitu ingin melahirkan anaknya. Seandainya aku bisa, apapun akan kulakukan. Tapi masalahnya aku tak bisa..." Ran sesenggukan hebat.

Shiho tak tega melihatnya.

"Aku takut tak punya banyak waktu lagi. Kanker ini bisa membunuhku kapan saja dan impianku, sebelum aku meninggal, aku ingin melihat Shinichi menggendong anak kami,"

"Ran-San..."

"Aku tidak mau anak itu dilahirkan oleh sembarang wanita. Bila aku memilih wanita lain, setelah melahirkan kontraknya akan putus. Begitu aku mati, Shinichi sendirian. Tapi bila wanita itu adalah kau, aku yakin segalanya akan berbeda. Kau akan merawat anak kami dengan baik. Kau mau menikah dengan Shinichi pun aku tak masalah. Aku ingin anakku memiliki ibu pengganti terbaik yang pernah ada. Dan wanita itu adalah kau Shiho-Chan,"

"Aku tak mungkin menikah dengan Kudo-Kun, dia tidak mencintaiku,"

"Tapi kau mencintainya,"

Shiho membeku.

"Ya, aku tahu Shiho-Chan. Aku tahu itu, aku tidak buta. Itu juga salah satu pertimbanganku memilihmu sebagai ibu pengganti. Seandainya kalian tidak menikah pun, aku yakin kau takkan mengabaikan anak kami,"

Shiho bingung, tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Aku mohon Shiho-Chan, aku sungguh-sungguh memohon..." pinta Ran.

"Berikan aku beberapa hari saja untuk berpikir,"

"Uhm," Ran mengangguk penuh harap.

Surrogate MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang