"Shiho? Kau ngapain tengah malam begini di dapur?" tanya Shinichi bingung saat melihat Shiho sedang melongok di depan pintu kulkas yang terbuka.
"Ah... entah kenapa mendadak di kepalaku terpikirkan takoyaki. Sudah hampir delapan bulan harusnya kan aku tidak ngidam lagi. Tapi bagaimana ya... kepingin sekali..." Shiho meringis.
"Kau duduk saja kalau begitu, biar aku yang buat,"
"Eh? Tidak apa-apakah?"
"Sudah kau duduk saja, aku yang bereskan,"
Shinichi mulai membuat bahan-bahan adonan takoyaki dengan octopus. Kemudian memanggangnya di cetakan bulat. Selama proses itu, Shiho bertopang dagu sambil memandang punggung Shinichi. Ia menyukai punggung itu, kokoh dan atletis, membuatnya begitu ingin memeluknya dari belakang. Tapi, tentu saja ia tidak bisa melakukannya, Shinichi adalah suami orang lain. Meski ia sekarang mengandung anaknya, namun tidak setetes pun darah dagingnya mengalir di janinnya. Anak ini adalah buah cinta Shinichi dan Ran.
"Nah, sudah jadi," kata Shinichi.
Setelah memberikan toping juhi, mayonnaise dan saus di atasnya, ia menyajikannya di hadapan Shiho.
"Wah..." Shiho berbinar-binar melihatnya.
"Hati-hati masih panas,"
Shiho mengambil tusuk gigi, meniup takoyakinya sebelum melahapnya, "hmmm..."
"Enak?"
Shiho manggut-manggut, "oishii..."
"Habiskan saja, semua untukmu,"
"Kau tidak mau?"
"Sepertinya kau lebih memerlukannya,"
"Hmmm... enak sekali..." kata Shiho sambil menyentuh pipinya.
Shincihi terbengong bengong, "Lihatlah dirimu. Biasa kau begitu dingin dan jutek. Tapi sekarang malah seperti anak kecil yang kegirangan dapat mainan,"
"Entahlah. Aku juga biasanya dapat mengendalikan diri dari makanan, tapi kehamilan ini membuat aku... Harus mendapatkan makanan apapun yang terpikirkan!" geram Shiho.
Shinichi tertawa.
Shiho melahap takoyakinya lagi, saking semangatnya bibirnya sampai belepetan mayonnaise. Shinichi mengambil tisu dan membantu membersihkan bibirnya.
"Kau benar-benar seperti bocah," kata Shinichi sembari mengelap bibir Shiho.
Wajah Shiho panas merona, "arigatou," ucapnya canggung.
Shinichi menunggui Shiho sampai semua takoyakinya habis.
"Terima kasih makanannya," kata Shiho puas sambil mengusap-usap perutnya.
"Aku akan mengantarmu kembali ke kamar,"
"Tidak usah repot-repot, aku bisa sendiri,"
"Perutmu sudah besar, nanti kalau kepeleset bagaimana?"
"Aku cuma hamil bukan pesakitan," kata Shiho seraya beranjak berdiri namun mendadak dia mengeluh sambil memegang perutnya.
"Shiho? Kau baik-baik saja?" tanya Shinichi cemas seraya merengkuh bahunya.
"Tidak apa-apa," kata Shiho sembari mengatur napasnya, "dia memang sangat aktif belakangan ini, mungkin kekenyangan takoyaki juga,"
"Benarkah seaktif itu?"
"Kau mau coba pegang?"
"Bolehkah?"
Shiho perlahan meraih tangan Shinichi dan menempatkannya di perut besarnya.
Shinichi melongo, "eh iya... bergerak. Sepertinya berputar-putar..."
Shiho tersenyum melihat ekspresi Shinichi.
"Sakit tidak?"
Shiho menggeleng, "tidak, hanya begah,"
"Apa kau bisa mendengar detak jantungnya?"
Shiho tertawa, "mana mungkin? Aku tak bisa menempelkan telingaku di perutku sendiri,"
"Harus pakai alat ya?"
"Tapi kau bisa mendengarnya..."
"Eh?"
"Dekatkan telingamu, mungkin akan terdengar,"
Perlahan Shinichi berlutut dan dengan kikuk menempelkan telinganya ke perut Shiho. Matanya seketika mengerjap dan berkaca-kaca saat ia dapat mendengar pergerakan bayinya di dalam sana. Lambat-lambat, timbul perasaan sayang dalam diri Shinichi terhadap makhluk itu.
Shiho memejamkan matanya, tenggorokannya tercekat saat ia berusaha menahan haru. Sekuat tenaga ia menahan diri untuk tidak membelai kepala Shinichi.
"Kedengaran tidak?" tanya Shiho berusaha mengendalikan getar dalam suaranya.
"Eh, jelas sekali," jawab Shinichi.
Kemudian Shinichi kembali berdiri dan ia segera memeluk Shiho.
Shiho jadi salah tingkah, "K-Kudo Kun?"
"Terima kasih Shiho," bisik Shinichi dengan air mata berlinangan.
"Nani?"
"Terima kasih sudah mau mengandung dan melahirkan anakku dan Ran,"
"Kau tidak perlu..."
"Aku tidak mau bersikap otoriter. Meskipun anak ini darah dagingku dan Ran, kau tetap berhak sebagai ibunya. Aku tidak bisa memperlakukanmu seperti barang yang tidak berguna setelah kau melahirkan anak kami,"
Air mata mengalir dari mata indah Shiho. Ia tersentuh mendengar pernyataan Shinichi.
"Aku akan melindungimu... Karena kau juga ibu dari anakku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate Mother
FanfictionYang berbau-bau thriller dan chapter panjang masih Pipi Tembam keep. Otak masih belum kuat. Yang ringan-ringan tapi menyentuh aja dulu ya... Have a nice weekend!