Chapter 15

1.2K 81 1
                                    


"Bagaimana Yuichi? Senang main di sini?" tanya Ran pada putranya.

"Uhm," Yuichi mengangguk.

Saat itu Ran dan Yuichi sedang bergandengan sambil berjalan-jalan di taman di pinggir danau. Ini pertama kalinya Yuichi melihat ibu kandungnya secara langsung. Ran saat ini mengenakan gaun berwarna putih. Lebih cantik daripada yang pernah Yuichi lihat di foto. Yuichi juga akhirnya merasakan kemiripannya dengan Ran.

Kemudian Ran berlutut menghadapi putranya, "apa Yuichi mau tinggal di sini?"

Yuichi mengerjap, ia berpikir sejenak sebelum berkata, "kalau Yuichi tinggal di sini, apa Shiho Okasan juga akan ikut tinggal di sini?"

Ran menggeleng, "Shiho Okasan tetap di sana bersama Otosan. Di sini hanya kita berdua saja. Yuichi dan Okasan,"

"Tempat ini memang indah, tapi kalau tidak ada Shiho Okasan, Yuichi tidak bisa tinggal di sini," kata Yuichi.

"Yuichi sayang sekali sama Shiho Okasan ya?"

"Eh," Yuichi mengangguk, "Okasan marah?"

Ran menggeleng lagi, "tentu saja Okasan tidak marah,"

"Jadi, tidak apa-apa kan Okasan? Kalau Yuichi kembali sama Shiho Okasan? Yuichi kangen sekali. Yuichi mau bertemu Shiho Okasan,"

Kali ini Ran mengangguk, "eh, tentu saja boleh. Sampaikan salam Okasan untuk Otosan dan Shiho Okasan ya..."

Tubuh Yuichi melayang ringan kembali ke kamar perawatannya di rumah sakit. Tanpa sadar ia pun mengigau memanggil-manggil Shiho.

"Okasan... Okasan..."

Shiho menggenggam tangannya, "Yuichi... Okasan di sini..."

Lambat-lambat Yuichi membuka matanya, "Okasan..."

"Eh," Shiho menyandarkan pipinya ke kening Yuichi seraya mengecupnya sesekali.

Yuichi senang, ia merasa telah pulang ke tempat yang benar.

***

Setelah Yuichi sembuh sepenuhnya, mereka mengunjungi makam Ran untuk memperingati tujuh tahun meninggalnya. Yuichi meletakkan bunganya di nisan Ran seperti biasa, hanya saja kali ini ia memiliki pandangan berbeda.

"Okasan... Yuichi datang lagi tahun ini..." gumam Yuichi.

Shinichi dan Shiho tercekat melihat kedewasaan anak itu meski usianya masih tujuh tahun.

"Tahun depan Yuichi akan datang lagi untuk taruh bunga,"

Setelah berkata begitu, Yuichi menghampiri Shiho dan memandangnya lekat-lekat.

"Ada apa Yuichi?" tanya Shiho.

"Okasan... Aku tetap anak Okasan kan?" tanya Yuichi.

Shiho berlutut dan merengkuh bahunya, matanya berkaca-kaca saat memandang Yuichi, "tentu saja... meski kita tidak satu darah tapi... kau pernah menjadi bagian dari diri Okasan... Apa yang Okasan makan, Yuichi juga makan... Apa yang Yuichi mau makan... Okasan juga akan turuti..."

Air mata Yuichi mulai mengalir, begitu juga Shiho.

"Detak jantung Yuichi... tendangan-tendangan Yuichi di perut Okasan... semua bisa Okasan rasakan..."

"Okasan..." Yuichi terisak.

"Kau juga minum air susu Okasan... Kalau kau sedang rewel, kau hanya bisa tidur kalau Okasan peluk..." Shiho juga terisak.

"Kalau begitu... Kalau begitu... Besok-besok jangan bilang Yuichi bukan anak Okasan lagi... Biar ada penjahat sekalipun... Jangan pernah bilang Yuichi bukan anak Okasan. Yuichi lebih baik mati daripada tidak jadi anak Okasan!"

"Oh Yuichi!" Shiho memeluknya.

Ibu dan anak itu menangis bersama.

Shinichi ikut berlutut dan memeluk mereka berdua sekaligus.

***

Sekat di kamar Shinichi dan Shiho akhirnya dibobok. Mereka tidak lagi tidur terpisah. Shinichi juga mengajak Shiho dan Yuichi liburan bersama ke Kyoto. Setelah itu, Shinichi dan Shiho bulan madu berdua saja ke Swiss.

"Senang juga sesekali tidak menghadapi kasus," desah Shinichi sambil menikmati pemandangan perbukitan hijau dari balkon kamar hotel.

"Jangan bicara begitu, nanti tahu-tahu muncul kasus lagi. Kau kan magnet mayat," gerutu Shiho yang menikmati pemandangan dari balkon sambil menyesap tehnya.

Shinichi hanya manyun.

"Waspada saja kalau ada suara teriakan wanita," tambah Shiho.

Shinichi meraup tubuh Shiho dan merebahkannya di lantai karpet.

"Mau apa?" tanya Shiho menyipitkan matanya.

"Bagaimana kalau aku buat kau yang teriak?" goda Shinichi.

Wajah Shiho memerah, "ini masih siang,"

"Bodo amat, aku kan magnet,"

"Shinichi..."

"Aku merindukan saat-saat menemanimu ngidam takoyaki tengah malam, Shiho,"

Shiho mengerjap dengan wajah semakin merona.

Shinichi mengulum bibirnya dan mereka pun bercinta.

Surrogate MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang