Mereka akhirnya makan di restoran yang menyajikan steak kesukaan Yuichi. Malam itu restoran cukup ramai karena sepertinya ada yang merayakan ulang tahun pernikahan. Shiho sangat cantik dengan balutan gaun pink ringannya, terusan pendeknya jatuh sempurna di pangkuan pahanya, rambutnya dikuncir sederhana dengan helaian spiralnya jatuh anggun di leher jenjangnya. Shinichi menyadari beberapa pria yang diam-diam meliriknya, namun Shiho sendiri tidak memperhatikan hal itu, ia sibuk memotong-motong steak untuk Yuichi.
"Nah makan pelan-pelan ya," pinta Shiho.
"Haii..." sahut Yuichi patuh.
Tiba-tiba Shinichi juga menukar piringnya dengan piring Shiho.
Shiho tertegun, "eh? Kenapa ditukar?"
"Aku juga bantu memotongnya untukmu,"
"Ah, kau tak perlu repot begitu,"
Shinichi tersenyum, "kau selalu mendahulukan Yuichi sampai lupa makan sendiri, aku hanya melakukan sebisaku untuk membantu,"
"Arigatou,"
"Bagaimana sakit punggungmu Shiho?" tanya Shinichi. Sejak operasi cesar, Shiho terkadang suka sakit punggung sebagai efek samping dari anestesi epiduralnya.
"Sudah jauh lebih baik, yoga banyak membantuku,"
"Maaf menyusahkanmu, demi melahirkan Yuichi,"
Shiho menggeleng lemah, "sudahlah Shinichi. Aku wanita, cepat atau lambat akan mengalami yang namanya melahirkan. Yuichi atau bukan, suatu hari tetap akan terjadi. Lagipula, segalanya sepadan," ujarnya sambil merapikan rambut Yuichi.
"Kalau kau ada merasakan sakit, katakan saja padaku, jangan ditahan sendiri,"
"Ara... Kau begitu perhatian tantei-San,"
"Aku sudah pernah kehilangan satu istri, aku tidak mau kehilangan lagi,"
Shiho terpana dengan kata-katanya barusan.
"Eh, itu Kudo Shinichi dan istrinya ya?" terdengar bisik-bisik di meja seberang.
"Iya, istri keduanya dan itu anaknya,"
"Cantik ya istrinya. Ilmuwan kan? Kudengar dia juga suka bantu investigasi suaminya,"
"Memang cantik dan pandai sih... tapi yah... pelakor..."
"Hush... jangan asal bicara..."
"Memang iya, bocah itu adalah anak mereka berdua, anaknya lahir pada saat istri pertamanya meninggal,"
"Oh..."
Shiho menunduk tak nyaman ketika mendengar bisik-bisik itu. Shinichi mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Shiho.
"Shinichi..." Shiho memandangnya.
"Tak usah hiraukan mereka. Mereka tidak mengerti kejadian sebenarnya,"
Shiho mengedikkan bahu, "aku tak peduli mereka mau menggosipkan aku seperti apa. Tapi Yuichi tidak bersalah, dia anakmu dan..."
"Sshh!" Shinichi mencegahnya melanjutkan.
Mereka berdua memandang Yuichi yang masih lahap dengan steaknya, tidak menyadari pembicaraan orang tuanya.
"Jangan sekarang Shiho. Tunggulah sampai dia dewasa," pinta Shinichi.
Shiho mengangguk, "Eh... gomene..."
"Enak sekali Okasan," kata Yuichi riang.
Shiho terkekeh melihat tampangnya, "lihatlah sampai belepotan begitu," ia mengambil tisu untuk membersihkan mulut Yuichi.
Praanggg! Mendadak terdengar suara pecahan kaca, teriakan dan suara jatuh bedebum. Semua serentak pada melihat ke arah sana. Suaranya bersumber dari pengunjung restoran yang sedang merayakan ulang tahun pernikahan.
Shinichi meletakkan dua jarinya pada leher mayat pria tua yang sedang merayakan ulang tahun pernikahan bersama istrinya. Yuichi melongok-longokkan kepalanya karena ingin tahu. Ia selalu bercita-cita menjadi detektif seperti ayahnya.
"Aku mau lihat..." gumam Yuichi.
"Jangan Yuichi. Anak kecil tidak boleh ikut campur, biar Otosan saja," Shiho merangkul putranya.
Shinichi memandang Shiho sembari menggeleng, "dia sudah tiada, panggil polisi Shiho,"
"Eh,"
Para polisi dan tim forensik mulai berdatangan. Kerumunan makin banyak, Shinichi menyelimuti Shiho dengan jasnya untuk melindunginya dari mata-mata yang jelalatan.
"Dari ciri-cirinya, dia keracunan arsenik, tapi tidak ditemukan arsenic pada makanan dan perabotannya. Keluarganya semua juga bersih," kata Inspektur Megure.
Shinichi bertopang dagu seraya memandang meja makan yang masih dalam posisi terakhir sebelum pria itu tewas. Shiho juga berdiri di sisinya, ikut berpikir.
"Hmmm... dimana kira-kira arsenicnya ditaruh..." gumam Shinichi.
Shiho juga ikut mengamati, kemudian ia seperti teringat sesuatu, "apa menu yang dipesannya hari ini?" tanyanya pada pihak keluarga.
Pihak keluarga pun menyebut menu-menunya.
Shiho mengerjap, "aku minta daftar menu yang dimakannya selama tiga bulan terakhir,"
"Untuk apa?" tanya istrinya.
"Lakukan saja!" tegas Shiho.
"Kau menyadari sesuatu Shiho?" tanya Shinichi.
"Kita akan tahu setelah melihat menunya nanti,"
Kurang lebih satu jam kemudian, Shiho menerima list menu tersebut. Ia memeriksanya dengan teliti dan segera saja matanya memancarkan kemenangan.
"Sudah kuduga,"
"Kenapa? Aku tidak melihat ada yang aneh pada menu-menu ini. Bahkan cukup sehat," kata Shinichi.
"Tapi campuran-campuran ini, menghasilkan arsenic dan tampaknya sudah terakumulasi hingga korban tewas malam ini,"
"Eh benarkah?"
"Sapi dengan chestnut menyebabkan dyspepsia, kedelai dengan bayam menyebabkan penyumbatan di perut, yoghurt dengan ham, daging dengan buah semangka. Udang lobster dengan vitamin C dosis tinggi. Semua ini menyebabkan racun dan berdampak pada kematian bila dikonsumsi dalam jangka waktu panjang," jelas Shiho.
"Hmm... begitu... berarti pembunuhnya adalah..."
Pembunuhnya adalah istrinya sendiri yang selingkuh dengan kekasih lamanya yang merupakan ahli gizi. Menu itu juga dirancang oleh pria selingkuhannya. Sungguh miris mereka merayakan ulang tahun pernikahan, padahal sesungguhnya ada pihak ketiga dalam rumah tangga mereka.
"Otosan dan Okasan hebat sekali!" kata Yuichi saat dalam perjalanan pulang di mobil.
Shinichi dan Shiho hanya tersenyum mendengarnya.
"Seperti Sherlock Holmes dan Watson!"
"Watson kan laki-laki, Okasan kan wanita," kata Shiho.
"Kalau begitu seperti Sherlock dan Irene Adler!" ralat Yuichi.
Shinichi dan Shiho terkekeh.
"Suatu hari Yuichi juga mau jadi detektif hebat seperti Otosan dan Sherlock. Yuichi juga mau cari istri seperti Okasan dan Irene Adler," kata Yuichi penuh tekad.
"Ya ampun, kau baru kelas 1SD sudah memikirkan istri saja," ejek Shinichi.
Mereka semua tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate Mother
FanfictionYang berbau-bau thriller dan chapter panjang masih Pipi Tembam keep. Otak masih belum kuat. Yang ringan-ringan tapi menyentuh aja dulu ya... Have a nice weekend!