sepuluh

5 0 0
                                    


Kini sudah 2 bulan kedekatan reza dan nesa menjadi bahan pembicaraan di sekolah mereka, karna nesa dan reza yang kerap kepergok pergi bersama bahkan mereka juga sering berangkat dan pulang sekolah bersama.

"Reza, gue nitip tas ini ya buat karin." Ucap nesa yang baru saja keluar rumah membawa sebuah tas slempang berbentuk beruang.

"Buat karin? Jangan sering-sering ya nes, gue gak enak sama lo." Jawab reza memandang nesa yang kini sudah duduk di sebelahnya.

"Ih apaansih za, gue beliin ini karna ini tuh lucu bangett, pasti cocok kalau dipake karin." Ucap nesa dengan memandang tas yang ada ditangannya.

"Makasih ya, lo baik banget sama keluarga gue." Nesa yang ditatap begitu tulus oleh reza menjadi sakah tingkah.

"Yaudah sana pulang, ga usah natap kayak gituu." Ucap nesa mengalihkan pembicaraan.

"Yang kayak gini yang bikin gue bisa tertarik secepat ini sama lo nes," nesa yang mendengar itu hanya diam membeku di tempatnya.

"Nesa, sekarang lo udah bisa maksa gue buat macarin lo." Lanjut reza dengan tatapan lurus kedepan.

"Za gak usah becanda deh," entah mengapa nesa malah mengucapkan kata itu.

"Serius, kalau mau pacaran sekarang ayok." Reza kali ini menatap nesa dengan tatapan yang penuh arti bahkan sekarang badan nesa sudah bergemetar.

"Nesa, gimana? Iya apa enggak?" Tanya reza sekali lagi dan nesa yang sudah tremor hanya bisa menganggukkan kepalanya.

"Oh tiba-tiba lo bisu?" Ledek reza.

"IYA REZA, GUE MAU BANGETTT." jawab nesa dengan lantang.

"Gak usah teriak, kuping gue sakit." Ucap reza sambil mengusap kupingnya yang mendengung.

"Hehehe, kelewat seneng nih." Jawab nesa dengan cengengesan.

"Yaudah, gue pulang dulu ya?" Pamit reza tiba-tiba.

"Dih gak ada romantis-romantisnya sama pacar sendiri." Sahut nesa dengan muka jutek.

"Banyak mau ya si nesa ini." Ucap reza sambil memeluk nesa dari samping, nesa yang mendapat perlakuan seperti itu seketika menjadi patung.

"Udah lah mau pulang, nanti keburu sore." Lalu kini reza melangkah untuk naik ke motornya.

"Hati-hati pacar akuuuu." Teriak nesa dengan senyum cerianya.

"Iya nesa cantik." Jawab reza sambil tersenyum manis, lalu setelah itu motornya pun berjalan menjauh dari rumah nesa.

"Gilak manis banget pacar gue." Gumam nesa sambil senyum-senyum tak jelas dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah.

Kini reza sudah ada diteras rumahnya, bersama mama dan karin.

"Tasnya gak boleh dipakai sekolah ya ma?" Tanya karin sembari melihat tas pemberian dari nesa.

"Gak boleh dong dek, itu kan tas buat main bukan buat sekolah." Jawab mama sembari mengelus rambut putri bungsunya.

"Emangnya muat tuh buku-buku sekolah ditaruh situ?" Tanya reza dengan nada sewot.

"Apaansih bang, orang adek nanya mama." Jawab karin tak kalah sewot.

"Udah ah, jangan ribut, mama lagi pusing." Reza yang mendengar itu langsung terdiam.

"Mama pusing? Udah minum obat belum ma? Aku ambilin ya?" Tanya reza dengan khawatir.

"Udah bang, paling bentar lagi sembuh." Jawab mama dengan pelan.

"Yaudah mama istirahat ya sekarang," lalu dengan cepat reza berdiri sambil menggandeng tangan sang mama.

"Besok kalau masih sakit gak usah ke toko ya ma,  abang gak mau mama sakit." Ucap reza dengan raut muka sedih.

Manusia HebatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang