delapan belas

4 0 0
                                    

Kini reza dan nesa sudah sampai di stadion, banyak anggota osis dari dua sekolahan yang sudah berkumpul.
Nesa yang melihat itu hanya bisa diam dan mengikuti reza di belakang.

"Ja, ini aku gapapa ikut kesana? Aku kan bukan osis." Tanya nesa sembari menarik ujung almameter reza.

"Gapapa, gak usah takut, kan ada aku." Jawab reza sembari menggandeng nesa untuk berjalan di sebelahnya.

"Eh reza udah dateng, wih sama nesa nih." Sambut wildan dengan heboh.

"Gimana? Kita siapin apanya dulu nih?" Tanya reza kepada teman-teman osis lain.

"Langsung ngatur tempat duduknya anak-anak aja deh." Ucap ketua osis SMA sebelah.

"Oke yuk." Ajak reza dengan tetap menggandeng nesa. Nesa yang diperlakukan seperti itu rasanya tidak enak dengan anggota lain.

"Ja, aku nunggu di motor kamu aja ya? Gak enak kalau ngikut kamu terus." Bisik nesa di sebelah reza.

"Kamu duduk disana aja nanti, gak usah ikutan bantu-bantu." Ucap reza yang didengar anggota osis lain.

"Nesa gapapa kok nanti duduk di kursi supporter aja," ucap salah satu osis perempuan.

Nesa hanya mengangguk dan tersenyum kikuk, karna ia tak mengenal perempuan itu, kalau dilihat dari almameternya sih itu dari sekolah lain, bukan satu sekolah dengannya.

Kini nesa hanya duduk di bangku supporter sembari melihat semua anggota osis yang sedang berdiri di lapangan, mengatur acara yang akan di selenggarakan.

Fokus nesa hanya tertuju kepada reza, kalau dilihat-lihat disini reza lah yang banyak mengambil peran untuk mengatur jalannya acara, reza itu cerdas, dia juga sangat lihai mengatur acara agar berjalan dengan baik.

"Keren banget cowok gue, gak sia-sia gue banting harga didepan dia." Ucap nesa pelan sembari terkekeh pelan.

Kini dilapangan mereka sedang membagi tugas masing-masing.

"Paham ya? Semoga acarannya lancar dan selalu menjadi kenangan sepanjang masa." Ucap reza sedikit berteriak.

"Semoga apa yang sudah kita rencanakan bisa memberikan hasil yang terbaik untuk kedepannya. Dan semoga dengan adanya acara ini SMA Wijaya dan SMA Merah putih bisa damai." Lanjut reza dengan suara lantang dan di beri tepuk tangan beserta sorakkan dari para anggota osis.

"Masih ada waktu 20menit untuk kita beristirahat sebelum acara dimulai, silahkan gunakan waktu istirahat kalian sebaik mungkin." Ucap reza yang langsung di anggukki para osis, lalu mereka semua bubar untuk mencari tempat istirahat yang nyaman.

"Kamu bosen?" Ucap reza yang kini sudah duduk disebelah nesa.

"Enggak kok, aku daritadi ngeliatin kamu jadi gak bosen deh." Ucap nesa dengan menepuk tangan reza.

"Kamu hebat banget za, aku bangga banget ngeliat kamu kayak tadi. Kamu tu calon kepala keluarga yang baik kayaknya ya." Ucap nesa cengengesan.

Reza yang mendengar ucapan nesa langsung mencubit pipi mesa dengan gemas.

"Masih bocah udah mikir kejauhan." Nesa hanya cemberut sambil melepas tangan reza dari pipinya.

"Gapapa lah halu dulu," jawab nesa dengan jutek.

"Kamu gak mau beli jajan? Itu banyak yang jualan, mau aku beliin? Mau jajan apa? Kamu tunggu disini ya?" Tanya reza.

"Gak usah ja, nanti aja kamu kan baru istirahat." Jawab nesa dengan tangan menahan reza.

"Beneran? Aku gak capek kok." Ucap reza sembari menatap nesa.

"Enggak ja, nanti aja." Akhirnya reza mengangguk dan kembali duduk.

Manusia HebatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang