sembilan belas

7 0 0
                                    

Setelah berpamitan kepada semua anggota osis, reza mengajak nesa untuk duduk beruda ditaman kota.

"Kenapa?" Tanya reza yang melihat nesa hanya diam saja sedari tadi.

"Ejaaa." Reza yang kaget karna tiba-tiba nesa memeluknya dan menangis.

"Kamu kenapa? Kenapa nangis? Aku ada salah ya? Aku minta maaf ya kalau ada salah sama kamu?" Tanya reza bingung.

"Kamu tuh kenapa sih ja. Aku nangis bukan karna kamu buat kesalahan." Ucap nesa merengek dipelukkan reza.

"Terus kenapa?" Tanha reza dengan lembut sembari mengusap punggung nesa.

"Ibu tiri kamu jahat banget ngomongnya sama kamu tadi." Jawab nesa.

"Kok malah kamu yang nangis?" Reza terkekeh melihat tingkah nesa.

"Ya aku gak tega ngeliat kamu di jahatin sama mereka, aku gak mau ada orang yang nyakitin kamu." Ucap nesa sembari melepas pelukkannya.

"Udah jangan nangis, aku gapapa." Reza mengusap air mata nesa yang masih menetes.

"Awas aja aku bakalan nyuruh papa buat batalin kerja sama dengan perusahaan mereka." Ucap nesa dengan geram.

"Jangan nes, yang jahat kan ibu tiri aku, kalau papa kamu batalin kerja samanya, ya ya ayah aku yang bangkrut, kasian ayah aku." Reza berbicara dengan mata menatap nesa.

"Tapi walaupun ayah kamu sukses, kamu tetep gak dikasih apa apa ja, kamu gak nikmatin hasil kerja ayah kamu." Lagi dan lagi air mata mesa menetes.

"Yang penting ayah hidup tenang sama keluarga barunya,itu aja udah bikin aku seneng." nesa yang mendengar itu langsung meneteskan air matanya kembali, tapi kali ini lebih deras dan terisak.

"Jangan nangis nes, aku gak suka lihat kamu nangis gara-gara aku." Ucap reza sembari mengecup tangan nesa.

"Mau nangis aja rasanya kalau denger omongan kamu." Ucap nesa sembari mengusap air matanya.

"Udah ah nanti cantiknya ilang kalau nangis terus," Tanya reza sembari merangkul nesa dari samping.

"Ikut aku ke sekolah dulu yuk, ambil buku aku yang ketinggalan di ruang osis." Ajak reza yang di berikan anggukkan dari nesa.

Kini keduanya sudah berada di lingkungan sekolah.

"Aku tunggu di sini aja ya?" Tanya nesa yang masih duduk diatas motor reza.

"Yaudah, bentar ya aku masuk kedalam." Reza lantas berlalu masuk ke dalam sekolahan, meninggalkan nesa yang nangkring di atas motornya.

"Hai nes," suara tersebut mengagetkan nesa yang sedang memainkan handphone.

"Bikin kaget orang aja sih." Ucap nesa dengan jutek.

"Lo ngapain disini?" Tanya mila yang sudah berdiri di sebelah motor reza.

"Kepo banget."jawab nesa tanpa melihat lawan bicaranya.

"Belagu banget jadi orang, mentang-mentang lo udah dijadiin pacar sama reza." Ucap mila dengan nada tinggi.

"Mungkin juga reza macarin lo karna kasian." Lanjut mila, nesa yang mendengar itu langsung menatap nesa dengan sengit.

"Lo iri?" Tanya nesa dengan enteng.

"Ogah banget iri sama cewek murahan kayak lo," jawab mila dengan menatap nesa. Kini mereka berdua sedang beradu pandang.

"Lo gak ngaca mil? Kita itu sama-sama murahan, cuman bedanya gue banting harga cuman didepan reza, Tapi lo banting harga di semua cowok. tapi gue sih biarpun banting harga, bisa dapetin cowok hebat kayak reza, lah lo? Udah banting harga sana sini juga gak ada yang kepincut kan? Jadi sekarang yang lebih murah siapa? Lo apa gue?" Sarkas nesa dengan senyum smirk nya.

Manusia HebatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang