tujuh belas

9 0 0
                                    

"ini uang buat bayar sekolah kamu." Ucap reza sembari memberikan amplop kepada karin.

"Jangan sampai hilang ya? Nanti langsung dikasih ke gurunya aja." Lanjutnya menasihati karin.

"Iya, makasih ya bang." Dengan segera karin mencium punggunng tangan reza dan bergegas keluar rumah, karna diluar sudah ada temannya yang menunggu.

"Hati-hati." Teriak reza dari dalam rumah.

Kini reza masuk ke dalam kamar mama untuk berpamitan.

"Abang sekolah dulu ya ma," dengan segera reza menyalimi tangan mama dan mencium pipinya.

"Hati-hati bang." Reza mengangguk dan segera keluar kamar untuk menuju ke motornya.

Setelah sampai disekolahan, reza dikejutkan dengan kedatangan nesa yang tiba-tiba menggandengnya dari belakang.

"Bikin kaget aja." Ucap reza yang dibalas cengiran dari karin.

"Reza ganteng banget."

"Terimakasih." Jawab reza.

"Gak mau muji aku juga?"

"Gak dulu." Jawab reza santai.

Nesa yang mendengar itu langsung melongo kaget, ada ya spesies macam reza? Ganteng tapi gak bisa romantis.

"Ayo ke kelas, ngapain bengong disitu?" Tanya reza yang melihat nesa berdiam diri dibelakangnya.

"Hah? Eh iya hehe." Lalu dengan segera nesa berlari menyusul reza.

Bel istirahat berbunyi, nesa kini sedang memakan bekalnya di kursi sebelah reza, karna doni sedang pergi ke kantin.

"Kamu yang masak?" Tanya reza sembari menerima suapan dari nesa.

"Bukan, tadi mama yang masak." Reza yang mendengar itu hanya mengangguk, lalu mengunyah kembali makanan dalam mulutnya.

"Kamu tadi belum sarapan kan?" Tanya nesa.

"Belum," ucap reza sembari memainkan ponsel nesa.

"Kenapa gak sarapan dulu? Gak ada yang masakkin ya?" Pertanyaan nesa hanya di anggukki oleh reza.

"Terus karin gimana? Gak sarapan juga?" Tanya nesa sekali lagi.

"Dia sarapan, tadi aku buatin nasi goreng." Jawab reza sembari menerima suapan kedua dari nesa.

"Terus? Kamu gak makan nasi gorengnya? Kenapa?" Lagi dan lagi nesa bertanya.

"Nasi nya tinggal sedikit, kalau harus masak nasi lagi nanti keburu siang, soalnya tadi aku telat bangun hehe." Ucap reza dengan kekehan ringan.

"Mulai besok aku bawain bekal mau? Jadi kalau kamu gak sempat sarapan dirumah bisa makan bekal yang aku bawa, mau?" Tanya nesa menatap reza yang kini sedang melihat lihat galeri handphone nesa.

"Gak usah nanti kamu repot, mending gini aja satu buat berdua." Ucap reza menatap nesa.

"Emangnya kamu kenyang? Kalau dibagi dua kan jadi sedikit porsinya, ya kalau aku sih kenyang, soalnya gak terlalu doyan makan." Ucap nesa dengan nada jahil.

"Dih, dikira aku apa kali ya. Aku makan juga cuman sedikit kok, gak banyak, jadi ya kenyang aja, apalagi makannya disuapin kamu." Nesa yang mendengar itu langsung menatap reza dengan senyum yang tak bisa ia tahan.

"Eja ih gak usah gitu." Nesa berbicara dengan suara cemprengnya.

"Haha ya habisnya kamu sih." Jawab reza dengan tertawa puas.

"Nih tinggal satu suap lagi." Dengan segera reza membuka mulutnya dan menerima suapan dari nesa.

"Udah sekarang minum dulu." Ucap nesa memberikan minum kepada reza.

Manusia HebatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang