sebelas

3 0 0
                                    

Sekitar pukul 4 sore, nesa dan mamanya berkunjung kerumah sakit untuk menjenguk mama reza.

"Assalamaualikum." Reza yang sedang berbincang dengan mamanya langsung menoleh ke sumber suara.

"Waalaikumsalam." Jawab reza dan mama secara bersamaan.

"Tante gimana keadaanya? Udah mendingan?" Tanya nesa sembari mendekat ke brankar mama reza.

"Udah mendingan nesa, besok bisa pulang." Jawab mama reza dengan tersenyum.

"Ini mama kamu nes, cantik ya kayak nesa." Puji mama reza dengan senyuman tulus.

"Iya, saya mamanya nesa," ucap mama nesa.

"Oh iya, mamanya reza namanya siapa? Biar kita akrab gitu, kan calon besan." Lanjut mama nesa dengan gaya sok akrabnya.

"Haha nama saya vera," jawab mama reza dengan mengulurkan tangan, dengan cepat mama nesa pun juga mengulurkan tangannya.

"Saya ita, kamu kayaknya masih muda banget ya? Masih cantik." Ucap mama nesa yang dibales kekehan oleh mama reza.

"Reza, ini tante sama nesa gak bisa lama-lama, soalnya dapet undangan dari tetangga sebelah ada acara syukuran." Ucap mama nesa sembari menatap reza yang sedang duduk di sofa bersama nesa.

"Oh iya tante gapapa, makasih juga ya tan udah nyempetin jenguk mama reza." Ucap reza dengan tulus.

"Aduh reza, kenapa bilang makasih kan ini calon besan, jadi ya harus di utamain dong." Ucap mama nesa dengan santai.

"Aamiin semoga jadi besan beneran ya." Imbuh mama reza.

"Tante sama nisa pulang sekarang ya reza?"

"Oh iya tante, hati-hati ya tan." Jawab reza dan langsung berdiri di ikuti nesa.

"Aku pulang dulu ya jeng, cepat sembuh nanti kita jalan-jalan bareng biar makin akrab, oh iya reza nanti kirimin nomer mama kamu ke tante ya?" Ucap mama nesa yang dibalas anggukkan oleh reza.

"Assalamualaikum." Ucap nesa dan mamanya keluar ruangan inap.

"Waalaikumsallam." Jawab reza bersamaan dengan mamanya.

"Baik banget bang mamanya," ucap mama

"Emang baik ma, papanya juga gitu sama persis, suka becanda." Jawab reza sembari duduk dikursi sebelah brankar mama.

"Tapi kayaknya mereka dari keluarga berada ya bang?" Tanya mama dengan pelan.

"Iya ma, tapi kalau aku main kerumahnya selalu dikasih tau supaya gak sungkan sama mereka, mereka itu menganggap semua orang setara. Gak ada yang namanya lebih tinggi atau lebih rendah." Ucap reza yang dibalas senyuman bahagia oleh mama.

"Mama seneng banget kalau mereka bisa nerima kamu apa adanya bang," ucap mama mengelus tangan reza yang ia genggam.

"Papanya nesa juga kenal ayah kok ma, bahkan mereka sering nongkrong bareng gitu sama semua temen-temen kantornya." Ucap reza yang membuat mama sedikit kaget.

"Terus kemarin pas abang main kerumahnya nesa, itu ayah sama tante iren kesana katanya ngambil berkas kantor gitu." Lanjut reza.

"Terus ayah kamu gimana bang? Gak nyapa kamu?" Tanya mama penasaran.

"Ayah nyapa aku, dan ayah juga meluk aku, gak lama sih ma soalnya katanya ayah buru-buru. Tapi abang tau kok kalau sebenarnya ayah ngejaga perasaan tante iren, karna tante iren gak suka kalau ayah deket sama abang." Penjelasan dari reza membuat sang mama merasa sakit hati, mama sakit hati karna anaknya dibenci oleh perempuan ketiga dalam rumah tangganya yang dulu.

"Abang kalau ketemu sama ayah, ya abang sapa aja tapi kalau ada tante iren, abang gak usah ngeliat ke tante iren ya bang? Mama gak mau abang sakit hati, mama ngerawat abang dengan kasih sayang tapi malah dibuat sakit hati sama orang lain, mama gak rela." Ucap mama dengan mata berkaca-kaca.

"Iya ma, abang juga biasa aja kok, ya mungkin tante iren gak suka sama kita juga ada alasannya." Jawab reza dengan senyuman di bibirnya.

"Abang itu anak baik, mama selalu berdoa supaya abang juga dikelilingi orang baik." Ucap mama yang membuat reza tersenyum bahagia.

"Doa mama terkabul, alhamdulillah reza dikelilingi orang-orang baik ma." Lantas reza memeluk mama dengan erat sambri meneteskan air matanya.

"Abang pasti capek ya dari semalam gak tidur? Abang sekarang istirahat aja dulu bang. Mama udah gapapa." Elusan mama dikepala reza membuat sang empu mengantuk.

"Yaudah abang tidur dulu ya, mama kalau butuh apa-apa bilang aja." Ucap reza dan langsung menuju ke sofa.

"Oh ya ma, tadi katanya mbak eva, adek tidur dirumahnya. Jadi abang gak usah jemput adek buat kesini lagi." Ucap reza sebelum tidur.

"Iya, biarin adek tidur dirumah mbak eva aja." Ucap mama menatap reza yang kini sudah memejamkan mata.

Manusia HebatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang