dua puluh tiga

9 0 0
                                    

Tak terasa, kini sudah 7 bulan reza bekerja di cafe. cafe yang sedikit demi sedikit merubah keadaan ekonomi keluarganya.
Bisa dibilang kehidupan reza sekarang lebih tercukupi dibandingkan 3 bulan lalu.

Mama kini juga membuka toko sembako dan bahan bahan dapur lainnya, di toko yang sebelumnya ia gunakan untuk menjual kue.

"Abang berangkat sekolah dulu ya ma." Pamit reza lalu mencium tangan mama.

"Hati hati bang." Reza mengangguk lalu melajukan motornya.


Nesa berdiri dari tempat ia duduk, ketika melihat reza yang baru saja memasukki area parkir.

"Selamat pagi ja." Sapa nesa dengan senyum cerahnya.

"Pagi," jawab reza sembari menata rambutnya.

"Kamu ngapain duduk disini?" Tanya reza dengan heran.

"Nungguin kamu," jawab nesa dengan senyuman yang belum juga luntur sedari tadi.

"Bahagia banget kayaknya, ada apa nih?" Tanya reza sembari merangkul nesa untuk berjalan menuju kelas.

"Gapapa sih, seneng aja kita udah selama ini ngejalin hubungan, masih gak nyangka koo bisa aku dapetin cowok sebaik kamu." Ucap nesa.

"Udah 8 bulan ya? Gak kerasa juga haha." Jawab reza tertawa ringan.

"Stay with me ya? Sampai kita lulus kuliah, sampai kita tua." Lanjut reza sembari menatap nesa.

"Pasti, aku mau selalu sama kamu, sampai kapanpun itu." Ucap nesa tersenyum tulus.

"Sekolah dulu woii jangan pacaran teros." Teriak doni yang sedang mengintip dari cendela kelas.

Kini nesa dan reza sedang berada di danau, karna permintaan nesa tadi siang, kalau ia ingin pergi ke danau pulang sekolah, jadilah reza membawanya kesini.

"Tempat ini selalu membuat hati merasa tenang." Ucap reza tiba tiba.

"Alasan kamu suka tempat ini karna apa nes?" Tanya reza beralih menatap nesa.

"Karna kamu, tempat favorit dari orang terfavorit." Ucap nesa menatap reza.

"Eja, kamu tau gak kalau sekarang kebahagiaan aku itu bergantung sama kamu, setelah mama dan papa ada nama kamu yang menjadi orang terpenting dalam hidup aku. Jadi aku harap kamu akan selalu ikut andil dalam semua perjalanan hidup aku." Nesa berucap dengan serius menatap mata reza.

"Semoga bisa ya? Semoga kita selalu bersama, aku mau itu terjadi dan aku selalu berusaha untuk itu." Ucap reza tak kalah serius.

"Eja sayang nesa. Kalimat itu akan berlaku seumur hidup, walaupun suatu saat orangnya sudah tak hidup." Kalimat itu keluar dari mulut reza, reza yang selama ini sangat jarang mengucapkan rasa sayangnya pada nesa.

"Tumben kamu sweet banget kayak gini?" Tanya nesa dengan kekehan ringan.

"Pengen aja sih." Jawab reza santai.

"Pulang yuk, bentar lagi kan kamu kerja." Ajak nesa yang dianggukki reza.

"Makasih ya untuk hari bahagianya, semoga kamu juga dikasih bahagia tanpa batas." Ucap nesa ketika motor reza sudah berhenti tepat didepan rumahnya.

"Terimakasih doanya, aku pulang dulu ya." Lalu dengan segera melajukan motornya untuk menuju rumah.

Setelah sampai di rumah, reza langsung bergegas mandi dan bersiap siap untuk kerja, karna jam sudah sangat mepet, jadilah reza sedikit terburu buru.

"Abang makan dulu sana," ucap mama yang entah sejak kapan sudah berada di dapur.

"Mama kok dirumah? Yang jaga toko siapa?" Tanya reza sembari memakai sepatu kerjanya.

Manusia HebatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang