empat belas

3 0 0
                                    

"nanti pulangnya, bareng temen kamu ya dek?abang gak bisa jemput." Ucap reza sembari memeperhatikan karin membenarkan rambutnya yang berantakan.

"Iya, nanti adek bareng sama tetangga sebelah rumah." Jawab karin dengan menyalimi tangan reza.

"Aku masuk dulu ya bang, abang hati-hati."

"Iya, sana masuk." Jawab reza dengan tersenyum, lalu karin segera berjalan masuk kedalam sekolah.

Reza kini sudah berada dikelasnya, tak lama kemudian doni datang dan mendudukkan diri di sebelah reza.

"Re, lo beneran pacaran sama nesa?" Tanya doni  dengan heboh, yang hanya dibalas anggukkan oleh reza.

"Beneran? Gilakk gue kira si nesa kemarin halu jadi pacar lo anjir." Ucap doni dengan ngegas.

"Berisik banget lo." Ucap reza dengan menatap doni.

"Bisa-bisa nya lo suka sama cewek galak kayak nesa, ya walaupun tu anak cantik tapi galak banget anjir, serem." Ucap doni.

"Kalau sama gue jinak." Ucal reza yang membuat doni melongo tak percaya.

"Ternyata si nesa bisa bucin tolol juga ya." Reza yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala.

"Eja, aku kira kamu belum dateng." Nesa yang tiba-tiba datang langsung berbicara dengan suara cempreng disebelah reza.

"Gak usah teriak nes." Jawab reza dengan nada lembut sambil menatap nesa.

"Hehe kelepasan." Jawab nesa dengan cengirannya.

"Nanti pulangnya bareng aku apa sama papa?" Tanya reza kepada nesa.

"Sama kamu, tapi aku gak pulang ke rumah, langsung ke rumah kamu aja." Jawab nesa yang membuat reza bingung.

"Aku tadi udah izin sama mama papa, katanya sih gapapa kok, soalnya dirumah lagi gak ada orang ja, mama sama papa ada acara sama temennya." Lanjut nesa menjelaskan.

"Oh yaudah, nanti langsung ke rumah aku aja." Jawab reza yang langsung dianggukki nesa.

"Elah gue jadi obat nyamuk nih disini." Sahut doni sedikit berteriak.

"Sewot amat jomblo." Ledek nesa.

"Gaya banget lo lampir, bisa-bisanya temen gue suka sama lo ye, heran gue." Ucapan doni langsung mendapatkan tatapan tajam dari nesa.

"Heh badut, lo kalau iri mah iri aja, gak usah ngata-ngatain gue lampir." Ucap nesa sambil memukul tangan doni yang ada diatas meja.

"Bar-bar banget lo jadi cewek, dasar lampir galak." Ejek doni sembari memberikan senyum smirk.

"Heh yang lo katain kayak nenek lampir ini, pacar sahabat lo, berarti lo ngrendahin selera sahabat lo. Huh dasar badut." Lalu nesa menuju bangkunya sembari menjulurkan lidah ke arah doni.

"Stres lo lampir." Teriak doni.

"Udah don, masih pagi gak usah emosi." Ucap reza dengan tenang sembari memainkan handphone nya.

Bel pulang sudah berbunyi, nesa dengan segera berlari menuju bangku reza sembari membawa tasnya.

"Eja ada urusan dulu gak?" Tanya nesa yang sudah berada di sebelah reza.

"Oh enggak nes, udah tadi kumpulan osis nya." Jawab reza sembari membereskan buku-buku nya.

"Udah yuk." Ajak reza dan langsung merangkul nesa.

"Cailah masih didalam kelas juga udah rangkul-rangkulan lo berdua." Ucap salah satu teman kelas mereka.

"Cari pacar sana jomblo, biar gak iri." Jawab nesa santai.

Manusia HebatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang