"Nyonya"
"Nyonya sudah.."
"Hah"
Winter tersadar dari lamunannya yang membawanya sejak tadi.
"Ini tangan nyonya udah berdarah begini, astaga. Haduh, nyonya lebih baik duduk dulu. Saya ambilkan obat merah."
Kedua netra Winter menunduk, menangkap jemari di tangan kirinya yang terluka akibat pisau tajam di dapur. Ia bahkan tak sadar akan hal itu, luka di tangannya tak seberapa dibandingkan dengan yang ada di dalam hatinya saat ini.
Pelayan tadi datang dan mengobati jemari Winter dengan begitu telaten. Ia sangat takut dengan Jaemin jika mengetahui bahwa Winter tak baik baik saja di rumah.
"Nyonya"
"Iya?"
"Nyonya lagi ada pikiran ya? Saya disini buat dengar cerita nyonya dengan senang hati. Jangan lakukan sesuatu yang bahaya kalau ada sesuatu yang mengganjal." Pelayan tersebut terlihat begitu peduli dengan sekitarnya.
Wajah Winter tampak baik baik saja, namun semua bisa diartikan lain saat menatap mata cantiknya.
"Bi, saya boleh minta tolong?"
"Tentu nyonya."
"Saya enggak enak badan, mau istirahat. Tolong anterin saya ke kamar, saya rasanya enggak sanggup berdiri," pintanya dengan amat lesu.
Di benaknya, hanya ada bayang bayang isi pesan yang muncul di layar ponsel milik Jaemin, tempo hari yang lalu. Winter masih mengingatnya amat jelas.
***
"Winter dimana?"
"Nyonya istirahat di kamar tuan, sepertinya tidak enak badan. Nyonya sempat meminta obat sekalian pakaian hangat. Saya belum cek suhu tubuhnya." Jelas sang pelayan sembari menerima tas juga jas milik Jaemin.
Mendengar hal itu, tentu saja Jaemin amat terkejut mendengarnya. Ia melangkahkan kakinya menuju ke kamar, menemui istrinya yang memang tengah tertidur di balik selimut tebal dengan meringkuk.
Jaemin memilih membersihkan tubuhnya sebelum mendekati Winter. Ia tau jika istrinya itu akan sedikit sensitif disaat seperti ini.
Tak berselang lama, ia keluar dengan pakaian tidurnya yang menurutnya begitu nyaman. Ia mendekati istrinya, mengusap pelipis Winter dengan ibu jarinya.
Sentuhan tadi berhasil membuat kelopak mata Winter terbuka. Ia sudah begitu hapal dengan setiap sentuhan Jaemin padanya, namun itu mengingatkan padanya bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa di mata suaminya sendiri.
"Ada yang sakit?" Tanyanya begitu lembut.
Winter hanya diam. Bibirnya begitu kelu untuk terbuka. Bahkan saat melihat senyuman manis suaminya, seakan itu adalah hal yang seharusnya bukan untuknya, melainkan untuk wanita lain.
"Sayang? Kamu enggak apa apa kan? Badannya sakit banget ya, sampai kamu enggak respon apapun, hmm?" Jaemin tampak begitu iba melihat istrinya yang hanya diam seperti memendam sesuatu. Ia tak tahu mengapa istrinya bisa seperti ini.
Tangan Jaemin bergerak ingin mengelus bahu istrinya, namun sebuah gerakan kecil membuat niatnya tak terjalankan. "Aku enggak mau di pegang pegang, apalagi di ajak ngobrol." ucapnya kecil namun penuh tekanan.
"Kamu butuh sesuatu gitu? Aku bisa-"
"Aku lagi sakit, butuh istirahat, bukan ngobrol." Potong Winter yang berhasil membuat Jaemin terperangah mendengarnya. Ia sedikit tak percaya dengan istrinya saat ini. Entah apa salahnya. Ia tak merasa telah melakukan sesuatu yang fatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIP WIFE [AESPA X NCTDREAM]
Romance"Jadi istri itu mudah. Cukup patuh dan taat suami." "Tapi enggak mudah jadi istri kamu!" Bagaimana nasib 4 wanita yang harus menjadi seorang istri karena hubungan bisnis? Apakah kehidupan pernikahan mereka akan berjalan di langkah yang sama bersama...