Bagian 09: PROM NIGHT PARTY

9 1 0
                                    

Alat pengukur waktu menunjukan pukul 16.45. Kara tengah sibuk menyiapkan gaun dan juga beberapa barang yang akan dibawa untuk keperluan nanti malam di acara Prom Night Party. Gadis itu sekarang bingung untuk urusan make up.

Oh ayolah Kara tidak pernah dandan-dandan untuk acara seperti itu. Setiap sekolah saja hanya memoleskan cream pelembab dan juga lip balm saja.

Otaknya bekerja dengan keras untuk memikirkan masalah make up. Sebenarnya bisa saja menyewa MUA, tapi gadis itu enggan. Hanya dandan saja mengapa harus menghabiskan banyak uang.

"Mama Valen kan jago make up. Kenapa dari tadi nggak kepikiran sih?!" Kesalnya pada diri sendiri.

Kara turun dari kamar lalu menghampiri mama Valen yang sedang duduk di depan televisi.

"Ma, nanti malam minta tolong make up in aku ya. Soalnya nanti malam ada acara Prom Night Party di sekolah. Aku nggak bisa dandan huhu,"

"Lho, nggak sewa MUA aja biar lebih perfect, Kak?"

"Enggak perlu deh. Mama kan jago dandan tuh, mending ke Mama aja. Gratis nggak perlu keluar uang,"

"Dasar doyan gratisan," celetuk Eksha yang sedang bermain Mobile Legend.

"Nggak ngomong sama kamu, Sha." Balas Kara.

"Ya sudah nanti malam Mama dandanin. Baju sama perlengkapan lainnya udah lengkap semua kan?"

"Udah kok. Tinggal masalah make up aja yang bingung tadinya." Jawab Kara. Ia sudah lega karena tidak ada hal lagi yang perlu dikhawatirkan.

Gaun, heels, tas, dan aksesoris lainnya udah siap. Berangkatnya nanti dijemput Fajar sekalian bareng sama Monela.

"Udah siap, Kak?" tanya Wijaya yang baru saja keluar dari kamar.

"Oh, udah Pa."

Ya, sore ini mereka berdua akan pergi ke pemakaman seseorang. Hanya berdua.

"Mama sama Eksha beneran ngga ikut?" tanya Kara memastikan.

"Enggak Kak. Kita di rumah aja. Eksha juga ada tugas sekolah yang belum dikerjakan," alibi mama Valen.

"Kalau gitu Papa sama Kakak berangkat dulu ya," pamit Wijaya.

"Hati-hati di jalan."

Setelah kepergian Wijaya dan Kara, Eksha bertanya pada mamanya. "Kenapa kita nggak ikut, Ma?"

"Kakak mau periksa ke dokter emangnya kamu mau ikut, Dek?" Mama Valen terpaksa berbohong. Eksha masih terlalu kecil untuk mengetahui fakta yang sebenarnya.

"Oh mau periksa. Kirain tadi mau ke mana."

"Udah main hp-nya. Sekarang kerjain tugas kamu. Ambil bukunya nanti Mama bantu kerjain."

***

Dalam perjalanan menuju pemakaman mereka berhenti sebentar di toko bunga langganan. Ayah dan anak itu turun dari mobil lalu masuk ke dalam toko, mencari bunga favorit yang biasa mereka beli. Bunga aster atau kerap disebut daisy.

Setelah membeli satu buket bunga, mobil kembali melaju membelah jalanan. Hingga 15 menit kemudian mereka sampai disebuah pemakaman kota.

Kara melepas kacamata hitamnya. Lalu berjalan di belakang Papanya. Hatinya berdebar kencang saat ia sampai disebuah makam dengan batu nisan bertuliskan Lora Calasy. Calasy, mirip seperti nama belakangnya.

My Soul, KaramelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang