Hari-hari berlalu seperti biasa. Dari senin-minggu lalu kembali mengulang. Suara rintik hujan terdengar menenangkan bagi anak laki-laki yang sedang berdiri di balkon kamarnya. Tatapannya lurus menatap ke depan. Pikirannya sibuk memikirkan seseorang yang mampu menggetarkan hatinya. Bahkan, secangkir kopi panas yang ada di tangannya ia biarkan hingga dingin. Dia, Arsena Abinawa Kane. Lamunannya buyar saat ponsel yang ada di atas meja bergetar nyaring.
Drttt...drttt...
"Hallo..." ucapnya ketika sambungan terhubung.
"Ke tongkrongan biasa bisa, Sen?" tanya seseorang dari seberang.
"Sekarang banget?"
"Iya, anak-anak yang lain juga udah pada kumpul. Kurang lo doang."
"Oke, gue ke sana sekarang." Sambungan terputus.
Arsen segera masuk ke kamar dan menutup pintu ke arah balkon, tak lupa dengan gordennya. Pemuda itu lantas bersiap. Menyambar jaket denim, laptop serta mengambil kunci mobil di atas nakas.
"Mau ke mana, Kak?" tanya Bundanya.
"Mau kumpul sama anak-anak, Bund. Mau bahas tugas kuliah bareng." Jawab Arsen.
"Pulangnya jangan malem-malem ya,"
"Siap, Bund."
Setelah berpamitan dengan sang Bunda, Arsen pergi menuju garasi untuk mengambil mobilnya. Menjalankan dengan kesecapan sedang untuk membelah jalan raya yang cukup licin karena hujan. Tidak memakan waktu lama untuk sampai ke tongkrongan mereka. Lebih tepatnya ke cafe yang ia dan teman-temannya jadikan tempat berkumpul, Neo Cafe.
"Hallo, Bro..." sapa Cakra, teman yang meneleponnya tadi. Mereka ber-high five.
"Kalian udah dari tadi?" tanya Arsen pada teman-temannya. Ada 6 anak, tapi teman dekat Arsen hanya Cakra. Teman yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri. Tapi, semuanya juga Arsen anggap sebagai saudaranya juga.
"Mereka udah dari tadi kayanya sih. Kalau gue baru 5 menit yang lalu." Jawab Tedy. Mereka yang Tedi maksud adalah Kelvin, Nendi, Cakra dan Jaya.
"Terus tugas kelompoknya mau dibagi aja apa gimana biar cepet?" tanya Cakra.
"Iya sih lebih baik gitu. Gue nggak bisa lama-lama nih," balas Kelvin.
"Mau kencan pasti nih anak," jawab Jaya.
"Nggak kencan, nggak hore," timpal Nendi.
"Nggak bosen apa kencan mulu?" pertanyaan itu keluar dari mulut Arsen.
"Ye ini single lumutan kagak pernah kencan mana tau rasanya," timpal Nendi.
"Ngece, huh? Gue coret dari daftar kelompok nih," ancam Arsen walau gurauan.
"Hahaha... tapi bener sih kata Nendi. Lo nggak mau coba pacaran atau minimal pdkt sama cewek gitu, Sen?" tanya Jaya.
"Iya nih Sen. Betah amat jadi single, atau mau gue comblangin sama sepupu gue? Cantik loh anaknya. Anak Kedokteran pula." Tawar Kelvin.
"Kelvin sialan! Segala mau comblangin Arsen," balas Tedy.
"Siapa tau cocok ya kan," ucap Kelvin.
"Gue curiga Arsen belok," timpal Nendi yang langsung mendapat pukulan dari Arsen di pundaknya.
"HAHAHAHAHA..." tawa teman-temannya.
"Woy! Kita ke sini mau ngerjain kerja kelompok ya. Malah main jodoh-jodohan. Pada pengen cepet-cepet wisuda nggak sih kalian?" semprot Cakra yang sedari tadi diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul, Karamela
Novela JuvenilSempurna itu tidak pernah ada. Jika itu ada, mungkin hanya judul sebuah lagu. Sejauh manapun kamu mencari kehidupan yang sempurna, kamu tidak akan menemukannya. Carilah kehidupan yang mampu membuatmu merasa utuh. Bagi seorang Karamela Nareen Calasy...