Kara dan Fajar tengah menunggu Monela di kantin fakultas Hukum. Dua anak manusia itu sudah selesai kelas sekitar lima belas menit yang lalu. Namun, Monela belum juga selesai kelas.
"Kok Monela lama banget ya, Jar?"
"Belum selesai kelas paling, tunggu bentar lagi."
Lima belas menit kemudian gadis bernama Monela baru muncul dihadapan Kara dan Fajar, bersama dengan Samuel tentunya.
"Maaf ya sayang-sayangku, tadi Monela ada kelas tambahan jadinya lama," kata Monela tanpa rasa bersalah apapun telah membuat teman-temannya menunggu.
"Alay," jawab Fajar. Monela hanya tertawa bodoh.
"Hallo, Sam," sapa Kara pada Samuel karena sekarang dirinya jarang bertemu dengan Samuel. Tentu karena mereka sudah berhenti bekerja di Galeria Cake dan fokus pada kuliahnya.
"Hallo, Kara. Apa kabar?"
"Baik, kamu?"
"Seperti yang dilihat."
"Ini kenapa jadi kaya ajang pertemuan awkward antara dua sejoli," balas Monela. "Jadi ke taman bermain nggak?"
"Ya jadi lah. Gue sama Kara udah hampir setengah jam nungguin lo."
"Ya udah ayo gas. Ketambah member satu biar makin heboh." Jawab Monela melirik Samuel.
"Ini berangkatnya mau naik apa?" tanya Fajar. "Gue bawa motor." Lanjutnya.
"Lo tadi ke sini naik apa?" tanya Monela pada Samuel.
"Ojek."
"Terus gimana ini? Gue diantar sopir, Kara pasti juga diantar, kan?" Kara mengangguk.
"Sopir lo jemput ke sini?" tanya Fajar.
"Enggak. Gue minta pak Faizal buat nggak jemput gue. Kan gue niatnya mau pulang nebeng lo," Monela meringis ke arah Fajar. "Gue lupa kalau kita ada janji mau main hehe."
"Pesen taksi aja apa susahnya sih," timpal Samuel.
"Oke ide yang bagus. Karena Samuel yang bikin ide berarti nanti Samuel yang bayar taksinya." Jawab Monela lalu memesan taksi online lewat ponselnya.
"Kok jadi gue?" tanya Samuel tidak terima.
"Kalau lo nggak mau berarti nggak usah ikut, gimana?" balas Monela masih sibuk menatap layar ponselnya.
Samuel hanya berdecak lalu mereka berempat pergi ke luar kampus untuk menuju taksi yang sudah menunggu di depan kampus. Sementara motor Fajar ditinggal di parkiran kampus.
Membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai pada tempat tujuan. Di dalam mobil taksi Kara memilih untuk duduk di depan, samping kemudi. Gadis itu tidak bisa jika harus berdesak-desakan dibangku belakang. Itu pun Fajar yang menyarankan Kara untuk duduk di depan.
"Sesak banget deh," keluh Monela. Gadis itu duduk di tengah-tengah Fajar dan Samuel. Gantian posisi dong, Jar."
"Mobilnya udah jalan, Nel. Masa harus berhenti dulu," jawab Fajar.
Monela benar-benar terhimpit oleh badan besar Fajar dan Samuel. "Coba duduknya miring ke gue." Fajar menyilangkan kakinya dan menggeser duduknya sampai mentok ke pintu samping. Monela bergerak untuk menghadap Fajar. "Gue meluk lo, gitu?" tanya Monela ragu.
"Daripada terhimpit sampai tujuan?" Monela menghela napas untuk menutupi rasa gugupnya. Kepalanya ia sandarkan pada dada bidang sahabatnya. Detak jantung laki-laki itu dapat Monela rasakan. Daripada dirinya semakin gugup, Monela memutuskan untuk bermain ponsel. Melihat info terkini pada laman Twitternya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul, Karamela
Teen FictionSempurna itu tidak pernah ada. Jika itu ada, mungkin hanya judul sebuah lagu. Sejauh manapun kamu mencari kehidupan yang sempurna, kamu tidak akan menemukannya. Carilah kehidupan yang mampu membuatmu merasa utuh. Bagi seorang Karamela Nareen Calasy...