Kara turun dari otopet yang ia naiki. Gadis itu duduk dipinggiran jalan sembari meluruskan kedua kakinya. Ingat, ia tidak boleh terlalu lelah. Sementara teman-temannya yang lain masih asik bermain dan ada juga yang pergi keliling tak jauh dari lokasi penyewaan otopet.
Gadis dengan rambut sebahu itu menepuk-nepuk telapak tangannya guna menghilangkan debu yang menempel, lalu mengusap keringat yang menetes dipelipisnya dengan tangan.
Bersamaan dengan itu ponselnya yang berada di dalam tas berdering, menandakan ada panggilan masuk. Kara merogoh sling bag yang berada di depan perutnya, lalu mengambil ponsel. Ternyata panggilan video dari Eksha.
"Hallo, Sha," sapa Kara saat koneksi terhubung.
"Hallo, Kak. Kakak lagi di mana?" tanya Eksha dari seberang.
"Nggak tau deh ini di mana. Lupa namanya tapi dekat alun-alun," jawab Kara. Ia melihat sekitar untuk mencari tau apa nama tempat ini.
"Ih, asik banget! Aku jadi pengen liburan ke sana."
Samar-samar Kara mendengar mama Valen berbicara, "coba sini teleponnya, Mama mau lihat kakak,"
"Kakak, kamu di mana itu kok sendirian?" tanya mama Valen ketika ponselnya sudah beralih ke tangannya.
"Hallo Ma, ini lagi di dekat alun-alun. Tadi habis kulineran terus ini mampir ke sini buat pinjam otopet." Jawab Kara dengan memperlihatkan otopet yang ia sewa.
"Hati-hati naiknya. Terus itu temen-temen kamu mana, Kak?" tanya mama Valen lagi.
"Itu lagi pada main otopet juga," Kara memperlihatkan sekelilingnya, "kalau Monela lagi cari jajan." Lanjutnya.
"Oh lagi asik menikmati liburan ya kalian. Kamu jangan capek-capek mainnya. Itu udah keringetan kaya gitu, stop ya? Pulang ke hotel istirahat. Besok dilanjut lagi." Nasehat mama Valen.
"Iya Ma." Jawab Kara, setelah itu sambungan terputus.
Jalanan yang ramai dengan muda-mudi membuat Kara mengingat Arsen. Gadis itu berandai-andai jika saja ada Arsen di sini pasti dirinya akan jauh lebih senang. Entahlah, perasaannya semakin hari semakin sulit untuk ditebak.
Drttt.. drttt...
Ponselnya kembali bergetar. Ia segera mengecek ada panggil dari siapa lagi kali ini. Tepat sasaran, orang yang saat ini sedang memenuhi isi kepalanya malah menghubunginya, video call.
"Hallo, Kara," sapa Arsen.
"Hallo juga Kak Arsen!" sapanya balik dengan gembira.
"Widih, ceria banget. Ada hal seru apa nih di sana?" tanya Arsen ketika melihat wajah gadis yang memenuhi layar ponselnya tersenyum sangat manis.
"Semuanya seru! Makanan di Jogja enak-enak banget, Kak. Terus nih ya, udaranya juga segar. Sekarang aku lagi main otopet." Jawab Kara lalu menunjukkan otopet listrik yang terparkir di sampingnya."
"Besok-besok deh Kakak ke Jogja buat mencicipi makanan di sana. Eh, itu kamu sendirian main otopetnya?"
"Enggak. Ada temen-temen, tapi pada berpencar. Ini aku mau pulang duluan ke hotel. Udah habis baterainya hehe,"
"Kalau gitu bilang dulu ke Monela, di chat aja. Kakak temenin kamu pulang ke hotel. Callnya nggak usah dimatikan ya, Kar?"
"Baik yang mulia." Jawab Kara sembari hormat.
Arsen yang melihat hal tersebut tertawa. Dalam hatinya ia bergumam betapa menggemaskannya gadis itu.
Dalam perjalanan menuju hotel mereka saling mengobrol. Kara sesekali menunjukkan kedai makanan yang ia hampiri bersama teman-temannya. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di hotel. Setelah sampai, Kara langsung mencuci tangan, kaki, gosok gigi, mengganti baju tidur, lalu rebahan di atas tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul, Karamela
Teen FictionSempurna itu tidak pernah ada. Jika itu ada, mungkin hanya judul sebuah lagu. Sejauh manapun kamu mencari kehidupan yang sempurna, kamu tidak akan menemukannya. Carilah kehidupan yang mampu membuatmu merasa utuh. Bagi seorang Karamela Nareen Calasy...