Bagian 14: LIFE IS PRECIOUS

5 1 0
                                    

Arsen berlari memasuki bangun gedung kampusnya. Banyak anak-anak yang baru selesai ujian. Saking banyaknya Arsen sampai bingung mencari keberadaan Kara. Beberapa kali ia menelepon tapi ponsel Kara tidak aktif.

Baru saja ia akan mencari Kara ke tempat lain Arsen melihat bahwa gadis itu tengah mengobrol bersama Monela dan Fajar di sudut taman kampus.

"Gimana Kar ujiannya?" tanya Fajar.

"Menurut aku sih gampang. Tapi kalau soshum aku nggak tau ya," jawab Kara jujur. Semoga saja nanti hasilnya memuaskan."

"Duh, degdegan deh gue," kata Fajar.

"Monela kenapa? Kok nggak semangat banget hari ini?" tanya Kara pada Monela.

"No word word." Jawabnya singkat.

"Nggak papa, Nel di coba dulu. Nanti kalau kamu merasa sangat nggak cocok bisa dibicarakan lagi secara baik-baik. Aku bantu nanti. Sekarang usaha semampunya dulu aja, ya?" kata Kara mencoba menenangkan. Ia tahu Monela sedang tidak baik-baik saja.

"SHAPPP SAYANGKUU!!" jawab Monela dengan semangat. Pura-pura.

"Kara.." panggil Arsen saat pemuda itu sampai.

"Eh, Kak Arsen. Ganteng banget Kak," ceplos Monela membuat Arsen tersipu.

"Jangan godain orang sembarangan," nasehat Fajar.

"Orang sembarangan pala lo. Calon jodoh gue nih," jawab Monela dengan percaya diri, "ya kan Kak?" dengan tidak tahu malunya ia bertanya seperti itu pada Arsen.

"Hahaha nggak tau ya, Nel." Jawab Arsen dengan tertawa.

"Ah, nggak asik," Monela merajuk.

"Kenapa ditelepon ponselnya nggak aktif?" tanya Arsen pada Kara.

"Baterainya habis, Kak." Jawab Kara sambil menunjukkan ponselnya yang mati.

"Pantesan. Tadi papa kamu telepon Kakak, beliau ada jadwal penerbangan mendadak jadi nitipin kamu sama Kakak. Mau pulang sekarang atau nanti?"

"Antar pulang sekarang aja, Kak. Kasian baru selesai ujian pasti isi kepalanya mau meledak tuh," jawab Monela sebelum Kara menjawab.

"Ish, apa sih, Nel!"

"Baru Kara aja yang udah ujian? Kalian berdua?" tanya Arsen pada Monela dan Fajar.

"Kita sesi dua. Ini seperempat jam lagi mulai," jawab Monela.

"Semangat ya adik-adik calon maba!!"

"SEMANGAT 45!!" balas Monela.

Setelah itu Kara pergi bersama Arsen untuk pulang. Tidak langsung pulang, Arsen membawa Kara untuk pergi melihat kura-kura yang ada di dekat danau SMK Cipta Husada. Sudah satu minggu mereka tidak mengunjungi peliharaannya.

"Mana ya Kak kok mereka nggak muncul kepermukaan?" tanya Kara karena sejak tadi belum ada tanda-tanda kura-kura itu muncul ke tepian.

"Lagi asik berenang kayanya deh,"

"Takutnya sih udah nggak bernyawa," jawab Kara. Setelah itu ada kura-kura yang beranjak naik ke tepian. Ada dua.

"Itu dia!" Ucap gadis itu dengan semangat.

Arsen menghampiri kedua kura-kura itu lalu menangkapnya. Menyerahkan satunya pada Kara.

"Lucunya!"

"Nggak selucu kamu, Kar." Jawab Arsen.

"Stop gombal. Tidak membuka telinga untuk menerima gombalan." Balas Kara pada Arsen.

Keduanya duduk direrumputan sembari bermain dengan kura-kura. Sesekali Arsen menjahili gadis itu. Melihat tawa Kara yang begitu lepas membuat Arsen ikut tersenyum senang. Ia takut jika suatu saat nanti dirinya akan kehilangan gadis itu. Tapi Arsen pastikan bahwa ia tidak akan pernah kehilangan peri kecilnya. Namun, sebaliknya.

My Soul, KaramelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang