"Agassi!" suara wanita tua terdengar pelan di telinga Ji Hyun. Ji Hyun masih belum bergeming. Ia pulang dini hari setelah semalaman menghabiskan waktunya di klub malam Evenue. Pertengkarannya dengan Yoon Suk membuatnya ingin melupakan kejadian hari itu dengan minum-minum dan berpesta.
"Agassi, tuan besar sudah pulang," bisik wanita tua itu lagi. Ucapannya membuat Ji Hyun membuka kedua matanya perlahan. Ia sudah terbiasa dengan suara lembut wanita yang sudah sejak kecil mengasuhnya. Wanita yang biasa ia panggil bibi Hwan.
Ji Hyun sangat jarang bertemu dengan ayahnya. Sejak Ji Hyun kecil, ayahnya sudah sangat sibuk sehingga jarang bertemu dengan Ji Hyun. Saat ibunya meninggal pun, ayahnya sedang berada di Jepang dan baru pulang ke Korea sehari kemudian karena urusan bisnis yang tidak bisa ditinggalkan.
Ji Hyun bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Lima belas menit kemudian Ji Hyun keluar dari kamar mandi. Ia langsung ganti baju dengan cepat dan turun ke lantai bawah.
"Appa!" Ji Hyun memeluk ayahnya dari belakang. Ia memang sangat manja terhadap ayahnya. Setiap kali ayahnya ada di di rumah, Ji Hyun selalu menyempatkan diri bertemu dengan ayahnya.
"Hyun-a! Ingat umurmu. Mau sampai kapan kelakuanmu seperti itu?" sindir lelaki setengah baya yang ada di kursi seberang.
"Iiish, Samchoon!" pekik Ji Hyun. Ia menajamkan pandangan kepada lelaki yang ia panggil samchoon itu. Han Ji Nam merupakan adik satu-satunya yang dimiliki ayah Ji Hyun. Mereka berdua adalah penerus Dae Han Group, tetapi karena Ji Nam tidak terlalu tertarik pada bisnis, ayah Ji Hyunlah yang mengurus perusahaan mereka.
Ibu Ji Hyun sudah meninggal sejak Ji Hyun SMA. Ji Hyun tinggal di rumah yang besar dan mewah hanya bertiga dengan ayah dan pamannya. Ji Nam tidak pernah dianggap paman oleh Ji Hyun karena Ji Hyun menganggap Ji Nam sebagai teman sekaligus oppanya. Ji Nam selalu hidup dengan bebas dan tidak memikirkan apapun.
Ji Hyun tidak tahu selama ini apa yang sudah dikerjakan Ji Nam. Kehidupan pamannya itu terlihat sangat misterius di mata Ji Hyun. Di usianya yang sudah 35 tahun, Ji Nam belum juga memiliki pendamping hidup. Ayah Ji Hyun sudah berkali-kali menjodohkannya dengan wanita-wanita yang derajatnya setara dengan keluarga mereka, tetapi Jin Nam tetap saja tidak mau.
"Ji Hyun-a, kapan kau akan menikah dengan Yoon Suk?" ucap Ji Nam sambil mengambil segelas orange juice.
"Bukan urusanmu! Aku masih ingin bersenang-senang dulu sebelum menikah," Ji Hyun menatap ayahnya. "Appa, minggu depan aku mau jalan-jalan ke Paris. Boleh ya?" rengek Ji Hyun. Ia berharap ayahnya mengabulkan permintaannya seperti biasa.
"Ji Nam benar. Kau harus secepatnya menikah dengan Yoon Suk. Tidak usah bertunangan, langsung menikah saja!" ucapan ayah Ji Hyun membuat Ji Hyun terkejut.
"Me...menikah? Tidak mau. Aku tidak mau menikah dulu, suruh saja Samchoon yang menikah lebih dulu!" Ji Hyun memalingkan mukanya. Ia tidak menyukai gagasan ayah dan pamannya itu.
"Kau tidak boleh bersikap seperti ini terus. Kalau appa tidak ada, siapa yang akan meneruskan perusahaan kita kalau bukan suamimu kelak. Kau tahu kan tidak ada lagi yang bisa kuandalkan," ayah Ji Hyun melirik adik satu-satunya. Ji Nam pun langsung memalingkan wajahnya dan berpura-pura tidak mendengar perkataan kakaknya itu.
"Cepat habiskan sarapanmu! Appa akan berangkat sekarang," Ayah Ji Hyun meletakkan garpu yang ia pegang. Ia meneguk orange jus dan mengambil jas yang ia sandarkan di belakang kursinya. Ia terlihat sangat lelah karena semalam ia tidak tidur dan terus bekerja di ruang kerjanya.
Perusahaannya saat ini sedang goyang karena sahamnya jatuh. Perusahaannya pun merugi milyaran won. Ia juga telah tertipu oleh orang kepercayaannya. Ayah Ji Hyun selama ini tidak pernah menaruh rasa curiga pada seseorang, terutama pada bawahannya.
Ia merasa menyesal karena telah mempercayai bisnisnya pada orang kepercayaannya itu yang ternyata telah berkhianat dan menusuknya dari belakang. Ayah Ji Hyun menghela nafas pelan ketika mengingat tanggung jawab yang harus ia kerjakan. Ia harus secepatnya membereskan masalah keuangan perusahaannya itu sebelum terlambat.
Setelah ayahnya pergi, Ji Hyun menatap pamannya. "Samchoon, appa sedikit aneh hari ini. Ia tidak pernah menolak permintaanku, tapi kenapa sekarang...aneh sekali," Ji Hyun memiringkan kepalanya.
"Ayahmu itu sudah terbuka pikirannya dan sudah sadar. Memangnya kau masih anak-anak yang terus menerus minta dimanja?" sindiran Ji Nam membuat bibir Ji Hyun mengerucut karena sebal.
***
Notes:
* Chaebol adalah sebutan untuk keturunan bangsawan dan konglomerat di Korea
* Agassi adalah panggilan nona
* Oppa adalah panggilan untuk kakak laki-laki (diucapkan oleh perempuan)
* Appa adalah ayah
* Samchon adalah paman (dari keluarga ayah)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rooftop Melody
RomanceRoda kehidupan Ji Hyun berputar hanya dalam satu hari. Dirinya yang merupakan keturunan konglomerat Korea berubah jadi gadis miskin dan harus tinggal di rooftop sempit dengan uang seadanya. Pertemuannya dengan Hyun Soo yang merupakan tetangga roof...