Chapter 33 Terjebak dalam Labirin

13 6 2
                                    

"Kenapa semakin jauh aku melangkah, aku malah terjebak dalam perasaan yang berliku. Hanya berputar-putar tidak menentu dan kembali pada jalan buntu."

Ji Hyun mengedarkan pandangannya ke langit. Ia menyandarkan tubuhnya di balkon atap kantor, mencoba menarik nafas panjang untuk memenuhi paru-parunya dengan udara sejuk yang ada di sana. Ji Hyun melipat kedua tangannya dan ia letakkan di atas besi silinder yang membalut bagian atas balkon. Suasana di atas atap kantor sangat sejuk dan nyaman. Ji Hyun menyandarkan kepalanya di atas kedua tangannya dan menatap baling-baling yang berputar seiring hembusan angin yang menerpa atap gedung itu.

Dirinya tidak dapat tidur nyenyak semalam karena terus memikirkan kejadian saat pesta. Ia terus menerus mengutuki pamannya yang telah membuat hidupnya hancur berantakan. Jika saja pamannya tidak menggadaikan rumahnya dan meninggalkannya seperti ini, dirinya pasti tidak akan dihina seperti itu. Ji Hyun terkadang tertawa miris membayangkan seorang gadis keturunan chaebol mendapatkan perlakukan hina seperti itu.

"Kenapa tidak pulang?"

Sebuah suara bertanya di belakang Ji Hyun. Ji Hyun mengangkat kedua tangannya yang menempel di atas besi silender. Ia membetulkan rambutnya yang berantakan karena tertiup angin kemudian menoleh ke belakang.

"Manager..."

"Tidak usah memanggilku dengan sebutan manager Kim saat kita hanya berdua. Kau boleh memanggilku seperti dulu."

Young Jun mendekat ke arah pagar balkon dan berdiri di samping Ji Hyun. Ia mengangkat kedua tangannya dan meletakkan kedua sikunya di atas besi silender balkon sambil menatap warna langit yang sudah kemerahan. Matahari yang terbenam saat musim panas benar-benar pemandangan yang tampak seperti sebuah lukisan alam yang indah. Warna orange bercampur kuning yang berpadu menjadi kemerahan menjadi latar suasana sore yang romantis jika dipandang bersama pasangan kekasih.

"Bagaimana pesta semalam?"

"Oh...bagaimana kau bisa tahu?"

"Aku sudah melihat undanganmu di atas meja. Tadinya aku ingin menemanimu. Tapi ayahku masuk rumah sakit semalam," Young Jun sangat menyesali kejadian itu, tapi bagaimanapun, ia harus tetap menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya.

"Apa kau masih ingat kejadian di atap sekolah?"

"Mmm."

"Saat itu, kau terlihat panik saat melihatku berdarah."

"Tentu saja, kalau sampai sesuatu terjadi padamu, aku akan mendapatkan masalah dan ayahku akan menghukumku. Bisa-bisa ia menarik semua kartu kreditku."

Young Jun tertawa kecil membayangkan gadis remaja mempunyai banyak kartu kredit. Ji Hyun pasti menggunakan kartu kredit itu untuk belanja. Young Jun menoleh dan menatap wajah Ji Hyun.

"Aku tidak suka kau melihatku seperti itu," Ji Hyun menatap sinis ke arah Young Jun.

"Apa kau masih membenciku? Sebenarnya aku sudah lama ingin mengatakannya padamu. Tapi...aku tidak punya keberanian untuk mengatakannya langsung."

"Sudah berapa kali kubilang. Apa kau tidak sadar kalau telah membuatku sakit hati. Mulutmu itu terkadang seperti mata pisau yang kapan saja bisa melukai orang."

"Maaf... Aku dulu sebenarnya tidak bermaksud mengatakan hal seperti itu padamu. Kalau saja aku tahu kalau kau..."

"Aku tidak ingin membahasnya. Karena setiap kali mengingat hal itu lagi, hatiku pasti akan merasa sakit. Aku tidak ingin mengingat-ingat hal itu lagi."

"Aku tahu ini sudah terlambat, tapi maafkan aku. Alice telah menceritakan semuanya padaku."

"Alice?" tanya Ji Hyun terkejut. "Dia mengatakan apa saja padamu?"

Rooftop MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang