[1] Jena

11.2K 1K 216
                                    

kalau like tembus 400, besok gue update lagi.

•••





Jordan mengenal Jena di hari Senin tanggal 30. Laki-laki itu masih ingat setiap detailnya.

Kala itu, dia lebih dari tiga minggu berada di rumah seorang diri. Tanpa orang tua, tanpa asisten rumah tangga, tanpa siapapun. Uang pemberian ayah dan bundanya lenyap sebelum waktunya karena laki-laki itu baru membeli kamera keluaran terbaru.

Namanya Jordan Bagaskara. Selain jadi mahasiswa semester muda, dia juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai part time photographer pada salah satu studio foto Jakarta.

Sebagai anak tunggal kaya-raya, bukan berarti Jordan selalu diberi uang saku melimpah. Malahan, karena bundanya adalah wanita dengan manajemen keuangan yang sangat baik, Jordan mendapat jatah uang saku tidak sampai 50% dari milik Gellar—ke teman baiknya. Karena itulah dia mencari penghasilan tambahan.

Namun selain itu, alasan dia bersedia melamar di Neo Pic, nama studio tempatnya bekerja, adalah karena dia punya passion memotret. Jordan suka memotret, pandai memotret, dan hobi memotret. Jadi gak aneh kalau dia hampir kemana dengan kamera di lehernya.

Back to the topic.

Di tanggal 30, setelah isi dompetnya menipis karena baru membeli kamera dengan nominal puluhan juta—hampir menginjak angka 100—membuat suasana hati laki-laki itu cukup mendung.

Iya, sih, dia seneng karena kamera yang udah dari lama dia incer sekarang ada di tangan, tapi dia juga tahu kalau bundanya gak segan untuk ngomel nanti kalau udah pulang.

Moodnya makin berantakan karena dari pagi, di hari Senin itu, Jordan harus terlambat masuk kelas. Batas toleransi dari dosen di kontrak perkuliahan sebenarnya sampai lima belas menit. Tapi kalau aja Jordan gak hampir disrempet mobil orang pas mau nyebrang, dia bisa mengejar waktu.

Sayangnya enggak.

Jordan terlambat dan melewati batas toleransi keterlambatan. Dia berakhir diusir dari kelas dan harus balik ke kos karena, buat apa juga di kampus kalau dia gak dibolehin masuk kelas? Lagi pula mata kuliah selanjutnya baru dimulai siang nanti pukul satu.

Sekembalinya cowok itu ke kos, dia merebahkan tubuh di atas kasur dan menguap. Tangannya merogoh ponsel di saku celana.

Renjun
|mingdep jadi yo

Jordan diem bentar buat mikir. Jadi apanya?

Barulah ketika dia ingat bahwa cowok itu punya janji ikut ngedaki, Jordan berdecak. Tiba-tiba rasa malas menyerangnya.

Jordan
liat nanti|

Renjun
|ngennnn
|lu bilang mau ikut cok

Kenalin.

Yang ini namanya Rendi Junardi. Si paling emosian dan gak punya stok kesabaran. Teman satu SD dan SMP Jordan, lalu dipertemukan lagi di kampus yang sama namun fakultas yang berbeda.

Panggilannya Renjun. Jordan juga gak tahu kenapa dipanggil begitu, karena dia cuman ikut-ikutan kakaknya Renjun buat manggil nama yang sama.

Jordan
ikut kalau ga mager|

Renjun
|mukelu mirip bekicot
|ikutlah bre jangan mager doang digedein

Jordan
ya|

Renjun
|siiiiipppp

Jordan
liat nanti|

eight letters.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang