[27] Good Luck

3.6K 448 51
                                    

Jena
|nanti pulangnya mampir ke apart mau ya?
|aku bikin kue hehe

Jordan menyunggingkan senyum kecil seraya membalas dengan emotikon jari jempol. Dia keluar dari ruang chat bersama Jena untuk melihat-lihat pesan lain.

Sampai jarinya terhenti ketika mendapati nomor tidak dikenal ada di barisan pesan yang belum terbaca.  Jordan menekan foto profil disana. Perempuan dengan dress berwarna biru laut yang cukup tertutup dengan senyum sumringah menyapa pandangan.

+62 *** **** ****
|jordan? ini salsa.
|sori ganggu. mau nanya-nanya, boleh?

Laki-laki itu kemudian mengetik balasan.

Jordan
kenapa, sal?|

Sejujurnya Jordan cukup terkejut karena perempuan ini tiba-tiba menghubunginya. Maksud dia, mereka jelas tidak terlibat urusan apapun selain setelah bertemu di tempat reuni dan Jordan sempat mengantarnya pulang.

Jordan memutuskan menyimpan nomor teman lamanya itu kemudian. Beberapa detik setelahnya, balasan dari Salsa kembali masuk.

Salsa
|kata anton di kantor kamu lagi buka intern?

Jordan
kurang tau juga|
mau daftar?|

Salsa
|bukan aku sih
|sepupuku

Jordan
coba nanti aku tanyain ke HR ya sal|

Salsa
|ok, sori ngerepotin ya
|kalau ada nanti minta email aja
|biar langsung kirim cv anaknya

Jordan
ok|

Salsa
|ya udah aku balik ngajar dulu
|thank you sekali lagi

Jordan mengernyit mendapati balasan itu. Seingatnya, Salsa adalah seorang guru TK sekarang. Pukul dua siang begini, tentu sudah bukan jam kerja guru, kan?

Jordan
emang jam segini masih ngajar?|

Balasan tidak kunjung dibalas kemudian. Jordan berasumsi bahwa Salsa sudah tidak memegang ponsel dan kembali beraktivitas. Bukan maksud Jordan ingin memperpanjang percakapan juga, dia hanya bertanya karena penasaran. Toh tidak ada salahnya.

••

Belakangan ini, Jena tidak bisa tidur nyenyak. Bukan insomnia, dia masih bisa terlelap dengan mudah saat pipinya menempel di bantal. Hanya saja, tidak senyenyak biasanya.

Rasa bersalah dan menyesal tiba-tiba merayap menghantuinya. Kini setiap kali dia mengobrol dan bertatap mata dengan papa atau mamanya, Jena langsung teringat kalau gadis itu sudah melanggar janji.

Jena bukan manusia suci yang tidak pernah melakukan dosa, kok. Seperti yang Gisel pernah bilang, Jena ini sebenarnya juga punya hawa nafsu cukup besar dan kadar nakal sendiri. Tapi untuk melakukan hal yang jelas-jelas sama mendiang abangnya gak dibolehin, tentu beda cerita.

Saking overthinknya, dia bahkan sampai mimpi dimarahin Gellar karena abangnya tahu kelakuan dia sama Jordan.

Jena pengin berubah. Pengin enggak nakal kayak gitu lagi. Tapi setiap dia ketemu Jordan semenjak insiden dia pernah disentuh cowok itu, Jena sendiri yang kurbel dan minta disayang-sayang.

Makanya dia sekarang lebih sering di apartemen daripada di rumah. Soalnya dia merasa berdosa setiap ngelihat muka orang tuanya. Mendingan Jena belajar memberanikan diri aja mulai sekarang buat tinggal sendiri.

eight letters.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang