22. Curhat

112 25 0
                                    

Aku terdiam di atas kasur dan memandangi lantai dengan penuh dendam. Apa dikehidupan dulu aku punya salah? Atau aku pernah melakukan sebuah kejahatan yang tak disengaja? Jangan bilang dulu aku adalah seorang raja yang sombong dan angkuh?

"Kau kenapa?"

Xander mengelap pedangnya yang berkilau, aku memikirkan Iki sejak lama. Kenapa dia tak membeli pistol saja untuk membunuh serigala liar seperti kemarin. Senjata itu lebih berguna untuk jarak jauh.

"Aku dalam masalah serius."

"Apa?"

"Joseph baru saja mengatakan dia menyukaiku."

Aku tak memikirkan bahwa Joseph akan terang-terangan mengatakannya. Apa karena dia menciumku makanannya dia berani? Aku menjambak rambutku frustasi. Ini makin membuatku tak bisa kabur dari kastil ini.

"Jawabanmu?"

"Tentu saja tidak. Bisakah aku tak bertemu Joseph? Aku jadi takut padanya."

"Kau sendiri kenapa tidak melarangnya menciummu?"

"Dengar, aku tak tahu dia mau menciumku. Aku harus apa?"

"Kemarilah."

Aku mendekat pada Xander, mau apa lagi dia.

"Bagaimana kalau aku juga menciummu?"

Buggg...

Aku memukul perutnya, siapa lagi punya niatan begini. Aku bertambah pusing dari hari ke hari.

"Auhh... Ini serius, dia takut padaku. Jika aku menciummu, aromamu akan samar denganku."

"Mana ada, pokoknya sudahlah. Kau jangan macam-macam."

"Kembalilah ke kamarmu sana, ini sudah malam. Kau juga tak mau aku cium. Itu solusi bagus."

"Untuk mu kan? Tapi disini lumayan juga, kamarmu lebih besar dan mewah. Apa kau punya aroma parfum khusus? Bisakah aku memintanya?"

"Aroma apa? Aku tak punya parfum. Hidungku jadi gatal saat memakainya."

"Kau yakin, tapi aromamu sangat segar mirip aroma mint. Bahkan aku bisa mengenalimu walau jaraknya jauh. Aneh kan."

Aku menatap Xander yang terdiam, apa perkataanku salah? Dia memalingkan wajahnya dan memasukan pedangnya. Apa perkataanku salah? Justru ini sebuah informasi aneh. Aku tak bisa mencium aroma khas orang lain selain Xander. Bahkan bila Heesoo memakai parfumku saja, itu hanya meninggalkan sedikit saja aroma. Berbeda dengan Xander yang begitu kuat menusuk hidungku. Apa dia memiliki bahan pewangi pakaian? Aku juga mau itu.

"Kembali sana, kita akan membicarakan ini besok."

"Kau tak sibuk?"

"Datanglah ke lahan kosong, aku akan kesana."

"Baiklah tuan Xander."

🌹🌹🌹

"Jieun?"

"Andreas?"

"Kau darimana?"

"Oh, aku hanya jalan-jalan biasa. Aku tadi kurang bisa tidur. Ada apa? Apa kau mencariku?"

"Tidak, aku hanya kebetulan melihatmu di luar."

"Ohh..."

Aku jadi canggung padanya. Dari semua orang bahkan Vincent, Andreas punya sesuatu yang membuatku tak bisa bersikap seenaknya padanya. Apa ini disebabkan bahwa dia pimpinan? Tekanan tiap berada didekatnya sangat menyiksa.

"Maaf atas sikap Joseph padamu. Aku sudah menegurnya."

"Tidak apa-apa. Aku juga sudah membicarakannya pada Joseph."

"Kalau begitu selamat malam. Maaf menganggu waktumu"

"Selamat malam."

Aku terpaku ditempat, Andreas pergi setelah mengatakan permintaan maaf. Jujur saja, dia harusnya tak begitu. Itu juga salah Joseph. Apa seorang pemimpin harus melakukannya?

"Dorrr...."

"Arghtt... Heesoo!"

"Hahaha... Wajahmu jelek kak."

"Apa sih, kau belum tidur?"

"Aku menunggumu."

"Kenapa?"

Tumben anak ini menungguku sampai begini.

"Ayo masuk dulu."

Heesoo mendorong tubuhku masuk ke dalam kamar. Apa dia takut lagi tidur sendiri? Aku berbalik dan melihat Heesoo mengunci pintu. Itu artinya dia memang ingin menginap dikamarku.

"Apa yang terjadi?"

"Ini gila kak, aku menemukan banyak sekali bulu hewan dimana-mana."

"Hah? Bulu apa? Aku tak melihat apapun di kastil ini. Semuanya bersih."

"Aku tadi tak sengaja lewat ke ruangan Andreas, dia keluar dan pergi. Aku hanya menengok sebentar disana banyak sekali bulu berterbangan dan gumpalan sesuatu di lantai. Kupikir itu hanyalah kamar yang berantakan. Tapi aku masuk ke dalam dan melihat banyak sekali bulu hewan disana."

"Tunggu, kau masuk ke ruangan Andreas?"

"Iya, aku langsung pergi kemari. Ternyata dia menemuimu."

"Bulu hewan apa memangnya?"

"Ini mirip sesuatu yang berbahaya seperti dulu."

"Serigala?"

"Iya."

"Mungkin itu buruan mereka. Tak usah dipikirkan dan jangan ikut campur urusan mereka."

"Tapi, ini aneh kak. Bulunya di mana-mana, bahkan seluruh ruangannya dipenuhi bulu. Jika itu buruan harusnya kan hanya di beberapa tempat saja yang dilewati."

"Bagaimana jika ada angin? Mungkin kan bulunya terbang karena angin kencang. Dengar Heesoo, bahkan jika itu bulu makhluk berbahaya sekalipun jangan pernah ingin tahu akan hal itu. Aku tak mau kau dalam bahaya, kita bisa saja tak bisa pulang jika tahu banyak."

Itu teori yang kupikirkan, tahu mengenai lokasi kastil ini saja sudah dikurung sangat lama. Bagaimana jika lebih tahu mengenai kastil ini? Kupikir mati bisa jadi lebih opsi akhir. Pokoknya aku tak mau tahu mengenai mereka lagi. Aku jadi takut setelah Heesoo mengatakan ini, bagaimana jika mereka itu mahluk aneh? Itu sebuah konspirasi paling kubenci. Aku takut.

"Tapi..."

"Tutup matamu, jangan beritahu orang lain. Tutup telingamu, jangan mendengar lagi hal lain. Tutup mulutmu, jangan mengatakan ini lagi atau semacamnya. Kau mengerti?"

"Iya, aku mengerti."

"Bagus, ayo tidur saja. Jangan pikirkan lagi, kita hanya perlu pulang saja tanpa tahu ada apa yang ada disini."

Ini akan lebih baik untuk kami tinggal di kastil ini.

🌹🌹🌹

Salam ThunderCalp!

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

The Number : The Castle ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang