30. Share Fever

1.9K 252 1
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Ceklek!

Delmara membuka pintu kamar Danny perlahan, menampakkan sebuah kamar gelap dan tampak pengap tanpa ada udara segar yang masuk. Dengan bantuan sinar yang masuk melalui celah pintu, ia melihat gumpalan selimut diatas kasur.

Dengan penuh kehati-hatian, Delmara melangkah lebih masuk kedalam kamar. Menutup pintu dengan perlahan dan bergerak mendekati kasur Danny. Dilihatnya, tubuh Danny yang tertidur pulas membelakanginya.

Pria itu bergumam tidak jelas, membuat sang istri semakin mendekat dan mengecek suhu tubuhnya.

"Panas banget," gumamnya, merasakan suhu yang tinggi di dahi Danny.

Danny bergerak, menggeliat memutar badannya menghadap Delmara dengan mata yang masih terpejam. Delmara menghela napasnya, entah sejak kapan Danny demam karena dia tidak bertemu dengannya beberapa hari.

Mendadak, Delmara merasa bersalah karena tidak memperhatikannya.

Ia beringsut bangkit, hendak mengambil air hangat untuk Danny. Sambil menunggu pria bertubuh mungil saat tidur itu terbangun. Dengan seragam lengkap, ia mengambil air hangat dari dispenser, lalu ditambah segelas air hangat dan obat penurun demam.

"Bi, minta tolong bikinin bubur buat kak Danny, ya," titahnya pada Bi Lastri.

"Iya, non."

Setelah itu, Delmara kembali ke kamar Danny dengan membawa nampan yang berisikan segelas air dan baskom. Kondisi Danny masih sama, tertidur pulas diatas kasurnya. Sebelum membangunkan pria itu, Delmara membuka pintu balkon terlebih dahulu, membiarkan udara dikamar ini berganti dengan udara segar. Cahaya yang masuk, membuat kamar itu mendapat penerangan, tampak lebih hidup dari sebelumnya.

"Kak...." Delmara beringsut duduk di tepi kasur, menyisir rambut sang suami dengan jari-jarinya karena menutupi wajah.

Danny mengerang kecil, membuka matanya perlahan sambil membiasakan cahaya yang masuk ke retina. Merasa sentuhan dari Delmara, Danny tersenyum kecil dengan matanya yang setengah terbuka.

"Pusing nggak?" tanya Delmara.

Danny mengerucutkan bibirnya, mengangguk kecil. "Banget."

"Bentar lagi makan, ya? Sekarang bangun dulu."

"Tapi suapin." Danny beringsut berpindah, menjadikan paha Delmara sebagai bantalannya.

Delmara yang melihat itu hanya bisa menahan nafas, dengan pahanya yang bisa merasakan suhu tubuh Danny yang hangat. Tatapan hangat Danny begitu kontras dengan rasa rindunya, berhari-hari tak berinteraksi dengan sang istri membuat Danny kesulitan bekerja. Diraihnya tangan Delmara, membawanya menuju dahinya.

"Panas, 'kan?" Delmara mengangguk.

"Ini karena nggak ketemu sama kamu, kamu hindarin aku terus."

"Anjir, main sat set sat set aja," batin Delmara, yang tubuhnya sudah menegang mendengar ucapan Danny.

"K-kak, aku mau ganti baju dulu, ya."

Bukannya menyingkir dari paha Delmara, Danny justru memeluk perutnya dan menenggelamkan wajahnya.

"Nggak usah, lagian besok nggak dipake."

Delmara mengernyitkan dahinya melihat sikap Danny yang berbeda dari biasanya. Saat ini, dia terlihat lebih manja dari hari biasa. Sebenarnya dia tidak masalah dan justru senang dengan sikap Danny sekarang, tapi tidak baik bagi jantungnya.

Tok tok tok!

Suara ketukan dari pintu kamar, membuat atensi Delmara teralihkan. "Kak, bangun dulu. Itu bi Lastri bawa bubur buat kakak."

DANNY • choi hyunsuk (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang