alone

3 0 0
                                    

BISSMILAH

SEMOGA CERITA NYA PERLAHAN BISA LEBIH NYAMBUNG DAN ENJOY YA🥀

-
-
-

"Assalamualaikum," Renata memasuki rumah nya dengan lesu. Dia tidak memiliki semangat sejak kejadian di lapangan tadi, memikirkan bagaimana uang jajannya selama seminggu ke depan akan berkurang sia-sia untuk ketua osis itu cukup membuatnya ingin pindah alam saja.

"Wa'alaikum salam, tumben kamu pulang sampai sore gini," ucap Risa - mama Renata, yang kebetulan berada di ruang tamu sedang menonton tv.

Renata hanya bergumam sebagai jawaban, kemudian duduk di sofa terpisah sebelah mamanya. Dia sedang tidak punya semangat untuk berbicara.

"Kamu ikut pelajaran tambahan?"

"Enggak."

"Terus, kalo kamu nggak ikut pelajaran tambahan kenapa kamu pulang sorean gini?" Selidik Risa.

"Pacaran dulu?"

"Kegiatan murid kan bukan cuma ikut pelajaran tambahan doang ma," jawab Renata dengan malas dengan pertanyaan dari mamanya, yang kemudian hanya di O kan oleh mamanya.

"Rena, kamu ingat kak Sinta nggak?" Tanya Risa.

Renata tampak berpikir, mencoba mengingat siapa yang dimaksud mamanya, "Emm...Tetangga kita dulu? anaknya Tante Nia?"

"Iya."

"Kenapa ma?"

"Enggak papa, kemarin waktu mama ketemu Tante Nia, dia cerita kalau kak Sinta pergi ke luar negeri,"

"Ouuwisss....ngapain? Liburan? Seru dong, terus?" tanya Renata dengan lebih semangat tidak seperti sebelumnya. Bisa dipastikan jika sekarang moodnya sudah mulai membaik. Dia suka jika mamanya ini mulai bercerita, karena biasanya jika mamanya cerita pasti akan bercerita se detail detail nya.

Risa yang melihat anaknya ceria pun ikut mengulum senyum senang,"bisa dibilang gitu, tapi lebih tepatnya kak Sinta dapet beasiswa di Inggris."

Setelah mendengar jawaban mamanya Renata hanya memutar bola matanya malas, dia sudah tau betul jika sudah begini kemana arah jalan pembicaraan mamanya. Kemudian tanpa merespon mamanya lagi dia memilih untuk fokus menonton kartun kuning yang sedang tayang di tv karena sekarang suasana hatinya kembali memburuk lagi.

"Rena, emangnya kamu nggak mau kayak kak Sinta? Bisa belajar sekaligus jalan- jalan gitu?"

"Enggak, aku maunya cuma jalan-jalannya aja," jawab Renata datar.

Mamanya hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Renata.

"Rena."

"Mama juga mau, ngerasain bangga ke kamu kayak apa yang di rasain Tante Nia waktu kak Sinta dapet beasiswa di luar negeri," ucap Risa dengan lembut.

"Ck, udah deh mah nggak usah bahas itu mulu, males banget aku denger nya!" Kesal Renata kemudian beranjak dari sana menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Dia merasa lebih baik seperti itu daripada nanti malah berujung bertengkar dengan sang mama seperti yang sebelum sebelumnya. Pertengkaran dengan mamanya memang sudah sering kali terjadi karena alasan yang seperti ini.

Risa menghela nafasnya, matanya tersirat kekecewaan melihat kepergian anaknya. Padahal keinginannya bukanlah sesuatu yang berat kan? Dia hanya ingin Renata tumbuh sebagai anak yang dapat membuat bangga dirinya sendiri, orangtuanya, keluarganya sekaligus orang-orang yang berada di sekitarnya yaitu dengan prestasi pendidikan.

Memang dapat diakui mungkin terkadang sikapnya terkesan memaksa Renata, tapi dibalik itu semua dia hanya ingin Renata tumbuh seperti anak-anak seusianya yang bergairah dimasa mudanya agar berguna dimasa depan.

MAS KETOS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang