LES PRIVAT

1 0 0
                                    

Tok tok tok

"Nggak dikunci," ujar Renata dengan sedikit teriak.

Pintu kamarnya terbuka, di sana terlihat mamanya dengan senyum yang merekah di wajahnya dan di tangannya terlihat membawa beberapa kertas. Ia kemudian berjalan mendekat dan duduk di tepi ranjang milik Rena. Gadis itu tengah sibuk dengan gadget ditangannya.

"Ada apa ma?"

"Gini Ren, ada yang mau mama tunjukkin ke kamu."

"Apa?" Risa langsung memperlihatkan brosur yang bertulisan PENERIMAAN LES PRIVATE.

Renata melirik mamanya tajam, "nggak tertarik," ujar Renata cuek.

"Maaf ya nak, tapi mama udah daftarin kamu."

"APA?!"

"Mama sengaja ngelakuin ini nak, tapi ini semua kan buat kebaikan kamu juga."

"Kebaikan apa yang mama omongin ma?"

"Mama tau kan aku nggak suka itu! Aku nggak minat ma! Aku nggak suka belajar! Kenapa sih mama selalu maksa aku!"

"RENATA!"

"Mama mohon, sekali ini aja tolong turutin apa yang mama mau rena."

"Terserah mama mau daftarin aku les dimana aja, aku nggak akan ikut!"

"Rena, mama tanya sama kamu, kapan sih kamu buat bangga papa sama mama? Dari dulu sampai sekarang apa yang kamu hasilkan rena? Apa yang kamu usahakan buat membahagiakan orang tua kamu? Apa kamu sudah merasa membuat mama sama papa bangga? Sampai kamu selalu menolak kemauan kami?!"

Renata menundukkan kepalanya, apa yang mamanya katakan itu memang benar bahkan sangat benar, selama ini apa yang sudah ia lakukan? Apa yang sudah ia kerjakan selama ini? Bukankah hanya memainkan gadget seharian? Meskipun begitu dia bukan tipe orang suka belajar apalagi dengan dipaksa seperti ini, bukankah dia juga berhak memilih?

"Mama mohon, kamu sudah kelas XI Rena dan ini bukan waktunya bermain-main lagi."

"Mama mau kamu jadi anak yang sukses nanti."

"Ini semua untuk kebaikan kamu," Risa mengela nafasnya, "dan maaf banget Rena kalo besok kamu nggak ikut les mama nggak segan segan buat nahan uang saku kamu."

Setelah itu Risa pergi, meninggalkan Renata yang diam-diam tengah menangis. Dia benci. Sangat benci. Ketika dia dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan.

Dia tau sebagai seorang pelajar tugasnya adalah belajar. Tapi baginya ini sangat sulit, dia benci ketika ia dituntut mewujudkan ekspetasi mamanya.

ಠಿ_ಠ

Setelah selesai dengan ritualnya, Renata segera turun dari kamarnya, di ruang makan sudah ada mama dan papanya yang sedang menikmati sarapan. Kemudian dia urungkan untuk ke sana, "nggak sarapan dulu ren?" Tanya papanya yang menyadari jika anak satu-satunya itu mengacuhkan keberadaan mereka.

Tanpa menjawab pertanyaan papanya, Renata langsung pergi ke sekolah tanpa berpamitan dengan kedua orangtuanya.

"Kamu udah ngasih tau dia ma?" Tanya papa nya yang menatap kepergian anaknya.

Risa hanya mengulum senyum tipis kemudian menganggukkan kepalanya.

ಠಿ_ಠ

Sudah 30 menit lalu Renata sudah sampai di sekolah dan selama itu juga dia tidur di UKS sekolah. Tadi dia sudah mengirimkan pesan kepada Adira dan memintanya untuk mengizinkan dirinya karena tidak mengikuti pelajaran pagi ini.

Setelah bangun tidur tadi, tubuhnya terasa sangat sakit, tapi dia tidak mungkin berdiam dirumahnya dalam keadaan berselisih dengan mamanya makanya dia memutuskan untuk sekolah.

Dan tak terasa ketika ia masih terpejam air matanya malah mengalir lagi ketika mengingat pertengkarannya kemarin dengan mamanya, mengingat begitu tidak bergunanya dirinya.

Maaf ma, pa.

Semua yang mamanya kemarin malam katakan itu benar, itu lah yang membuatnya sangat tersayat sekarang. Menyadari jika dirinya satu - satunya anak mereka, dan dia juga tau jika mereka menaruh harapan besar padanya. Dan itu tugas nya untuk mewujudkan impian kedua orangtuanya.Tapi, rasanya sangat sulit mau mewujudkan impian mereka. Sebodoh apapun dia, dia juga mau membuat bangga kedua orangtuanya tapi dengan caranya sendiri, bukan tuntutan dari siapapun.

ಠಿ_ಠ

"Renata dimana?" Tanya Rangga yang sudah berada di meja tempat Adira dan Luna makan.

"Di uks kak," jawab Luna. Sebenarnya gadis itu sedikit cemburu karena yang dicari adalah Renata, padahal dirinya lah yang mencintai laki-laki itu. Tapi dia berusaha agar tidak cemburu, karena dia yakin jika Rangga mencari Renata bukan karena hal lain selain membayarkan makannya.

Setelah mengetahui jika Renata sedang berada di UKS, rasa kesal karena gadis itu tidak bisa dihubungi kini sudah hilang dan berganti menjadi rasa khawatir. Entah sejak kapan ia mulai memiliki perasaan seperti ini.

Rangga langsung membuka pintu UKS dan di sana sudah pasti ada orang yang ia cari. Ia mengerutkan keningnya, gadis itu tengah terpejam tapi air matanya tidak berhenti mengalir dari sana.

"Kalo sakit kenapa nggak dirumah aja?"

Tentu mendengar suara seseorang dengan tiba-tiba, membuat Renata pun langsung membuka matanya. Ia langsung mengusap dengan kasar air matanya ketika melihat Rangga berada disana.

"Kakak ngapain disini?" Renata mengacuhkan pertanyaan Rangga, "Oh, maaf kak hari ini aku nggak bisa bayarin makanan kakak," ujar Renata bahkan sebelum Rangga menjelaskan maksud kedatangannya.

"Aku hutang satu hari ya kak."

Rangga menatap Renata dingin, "Ck, sok kuat," ujarnya kemudian pergi.

Dan sekarang, Rangga sudah berada di ruangannya, ia membuka gadgetnya kemudian menelfon seseorang.

"Assalamualaikum,"

"Maaf, siapa?"

"..."

"..."

"...."

"...."

"..."

"Wa'alaikum salam."

Setelah menutup telponnya, Rangga berjalan keluar untuk membeli beberapa makanan di kantin, karena sedari tadi perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi.

Se menyebalkan apapun dirinya, dirinya hanyalah manusia biasa yang memiliki nafsu makan tinggi.

ಠಿ_ಠ




MAS KETOS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang