Chyra terusik perlahan, Mata indahnya terbuka pelan-pelan. Ia menghela nafas dan berdeham. Karena merasa sangat haus terpaksa ia menelan salivanya, Ia menatap korden jendela yang sudah tersorot sinar matahari.
Chyra menunduk, dan mendapati tubuhnya yang kini telah mengenakan gaun tidur berwarna putih. Sudah pasti Alder yang memakaikannya. Chyra menggeleng tak peduli.
Ia merenggangkan tubuhnya yang terasa ringsek, mungkin fenomena semalam membuatnya merasa terkuras. Chyra menyingkapkan selimutnya, dan pandangannya langsung tertuju pada sebercak darah yang telah mengering di sprei putihnya. Darah itu sebuah bukti bahwa ia sudah sepenuhnya dimiliki oleh Kaldera Ranggi Lazuardi.
Chyra menggigit lunula-nya, matanya memanas lantas buliran bening menetes membasahi pipinya.
"Mama..." Isaknya pelan, tangannya meremas selimut. Entah apa yang bergeming di kepalanya? Tiba-tiba saja ia ingin menangis.
Ckeet...
Pintu kamar terbuka perlahan, Alder tersenyum hanya menampakkan kepalanya.Chyra mengusap air matanya dan menunduk.
Alder mendekat, lalu duduk di samping Chyra. "Kenapa?"
"Gapapa, ga nyangka aja..."
"Oohh..." Alder terkekeh paham. Ia menarik istrinya ke dalam pelukan. "Makasih ya, Ra. Kamu udah kasih segalanya, cantiknya kamu punya aku..."
"Aku-kamu an nih?" Chyra mendongkak menatap wajah suaminya.
Alder tertawa malu, "kan udah jadi pasutri beneran, masak masih panggil lo-gue?"
"Hehe... Iya, ya?"
"Keramas sono! Gue udah beliin sarapan buat bini gue..." Bagaimana Alder ini? Katanya aku-kamu an? Kenapa jadi lo-gue lagi? Wajar, mereka belum terbiasa.
"Oke, suami gue. Gue mau mandi dulu..." Chyra turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Langkahnya terlihat lancar-lancar saja, hanya terlihat sedikit aneh.
"Masih bisa jalan rupanya, emang ga sakit?"
"Dikit si, gapapa lah. Gue kan setrong..."
"Yaudah, besok-besok gue bikin gempor ya? Ampe gabisa jalan..." Alder berseringai.
Chyra bergidik lalu masuk ke kamar mandi.
Suaminya itu hanya tertawa.
***
Chyra menikmati sarapan paginya, benar-benar so sweet. Sepiring berdua, sudahmah Alder sangat memperlakukannya dengan manis. Meski hanya menyantap nasi kuning dan ayam goreng yang Alder beli dari pedagang keliling, namun rasanya benar-benar nikmat.
Ditengah enaknya makan, Chyra teringat sesuatu. Ia langsung tertegun seketika.
"Kenapa, Ra?"
"Kita enggak sekolah, Der?" Chyra Menggulirkan bola matanya melihat Alder.
"Ya kagak lah, ini udah jam delapan kita masih stay di rumah" jawab Alder ringan langsung menggigit ayam gorengnya.
"Aduh... Bolos lagi kita..."
"Tenang, Ra. Sebagai suami yang baik gue udah izin ke pak Bayu, sekalian izinin lo juga..."
Chyra hanya mengangguk.
Disaat mereka masih asik makan, tiba-tiba terdengar suara bell, untunglah ada mbak Marni yang membukakan pintu.
Fyi, di rumah ini ART nya pulang pergi, jadi jarang ada dirumah mereka. Ia hanya bekerja pagi dan sore setelah itu langsung pulang karena rumahnya dekat.
"Chiaa...!" Seru Gadish langsung menyerang Chyra dengan pelukan.
"Ada Neon juga rupanya..." Alder tersenyum geli menatap teman lelakinya.
"Eh, lo berdua bolos anjir" Chyra menahan tawanya menatap Neon dsn Gadish. Tak sadar diri, padahal ia sendiri juga bolos sekolah.
"Gue mah disuruh Alder, lah ini si bohlam malah ngintil" Gadish mengedikan bahu.
"Kok jadi pada manggil gue bohlam si?"
"Karena kamu menerangi hati aku..." Jawab Chyra tergelak, mereka langsung heboh. Pletak! Keningnya langsung disentil oleh Alder.
"Anjir lo, Ra! Ama Neon aja gombal, ama gue kagak!" Cebik Alder cemburu dengan bibir mengerucut.
"Acieee... Chyra ama gue aja yuk! Alder orangnya galak"
"Manja lagi." Timpal Chyra menatap Alder jenaka.
"Gue makan lo lama-lama!"
Mereka tertawa puas melihat Alder yang dipojokkan.
Kedatangan Gadish memang Alder yang meminta untuk menemani Chyra, dan untungnya Neon mengintil. Jadi, Alder akan mengajaknya bermain PS.
"Kenapa lo bolos?" Tanya Gadish sambil mengaduk adonan kue.
Chyra terdiam, mana mungkinkah ia berkata yang sebenarnya terjadi tadi malam.
"Makannya kalo nge-drakor jan ampe lupa waktu..."
Chyra tersenyum dan menunduk. Untung ni anak kagak curiga ama gue --
Gadish tertawa terbahak-bahak seketika, hal itu membuat Chyra sedikit panik. Apa jangan-jangan Gadish sudah diberi tahu oleh Alder? Atau mungkin bisa menebaknya?
"Ra, kapan lo kasih gue ponakan?"
"Ha?!" Chyra menyeritkan kening. Ingin rasanya ia menimpuk Gadish dengan wajan yang sedang ia pegang.
"Gue masih sekolah, Nirgadish..."
"Yaelah, Ra. Sekolah tinggal ujian, sedangkan pregnant sembilan bulan, itu juga gak langsung gede perut lo"
"Segampang itu wahai Gadish..? Lo ga mikir kalo gue morning sickness di sekolah? Terus rewel bawaan orok?" Ucap Chyra sok puitis, memang benar yang dikatakan istri Alder itu.
"Kebanyakan baca wattpad lo mah..." Gadish tertawa melihat ekspresi Chyra.
"Eh, morning sickness itu emang terjadi pada orang hamil di dunia nyata, ogeb!" Nafas Chyra naik-turun karena jengah dengan tingkah sahabatnya sekaligus sepupu iparnya.
"Ya Allah, kakak jangan marah. Adek gatau..." Gadis mengerucutkan bibirnya manja.
"Bacot!"
Gadish tertawa puas bisa membuat Chyra kesal setengah mati.
"Sakit kagak, Ra?"
"Apaan yang sakit?!" Cebik Chyra.
"Hehe... Kagak."
"Gak jelas lu!"
"Yaudah gue jelasin-hmphh...!" Ucapan Gadish terpotong karena Chyra mendekap mulutnya.
Menyebalkan sekali memang Gadish. Tentunya Gadish tahu tentang Chyra dan Alder karena sepupunya itu keceplosan saat ia menelpon Gadish untuk meminta untuk menemani istrinya.
Dasar Alder, untuk ia berbicara kepada Gadish yang urat malunya sudah sama-sama putus.
KAMU SEDANG MEMBACA
WORTH IT [END]
Teen Fiction"Biarpun kita bersatu karena utang atau perjanjian, gue gak peduli. Karena itu cara Tuhan buat kita." Chyragadh Gardanish, gadis remaja yang merasa tak berharga, karena ia harus menikah dengan seseorang atas dasar hutang perusahaan keluarga. Namun a...