Chapter I

241 19 5
                                    

Life is a mirror
*-*

Lagi-lagi Aoki harus pura-pura tidak tahu setiap kali dosen bertanya keberadaan Sam. Bukan karena setia kawan atau sejenisnya, tapi ia merasa itu percuma. Lagipula para dosen tidak akan bisa memaksa Sam untuk masuk ke kelas mereka. Meski meminta dengan cara kasar, bahkan berlutut sambil menangis darahpun, jika Sam sudah bilang tidak mau masuk, maka dia tidak akan masuk.

Banyak sekali mahasiswa yang heran kenapa para dosen sangat peduli dengan Sam, padahal dosen bukan lagi guru yang harus bertanggung jawab atas murid-muridnya.

Mahasiswa bukanlah anak dibawah umur yang harus dibimbing setiap saat.

Pertanyaan seperti, 'Kenapa dosen sangat peduli pada pendidikan Sam?' atau sejenisnya sering kali jadi bahan pembicaraan.

Untuk mahasiswa manajemen yang seangkatan dengan Sam, mereka sudah tahu alasannya dan sudah tidak aneh lagi dengan perlakuan khusus itu. Tapi untuk mahasiswa jurusan lain atau yang tidak seangkatan dengan Sam, mereka akan merasa heran setiap mendengar cerita soal Sam yang di perhatikan oleh dosen kampus bahkan staf lainnya.

Jawabannya sederhana, Sam adalah anak dari donatur terbesar di kampus ini. Ayahnya sendiri yang meminta secara khusus agar para staf menjaga(?) anaknya yang akan jadi penerus perusahaan.

Ayah Sam adalah salah satu pengusaha asing terkaya di Jepang saat ini.

Beliau berasal dari Taiwan lalu membuka perusahaan cabang di berbagai negara, salah satunya di Jepang.

Alasan itulah yang membuat Sam ada di Jepang sejak kecil. Ayahnya membawa Sam ke negara orang tanpa mengijinkannya kembali ke Taiwan. Terakhir kali ia menginjakan kaki di Taiwan saat umurnya masih 6 tahun. Sejak saat itu, Ayahnya melarang keras untuk Sam kembali ke negara yang penuh dengan kenangan pahit itu.

"Aoki! Saya tanya sekali lagi, Dimana teman kamu itu?!" Tanya dosen cantik yang sebenarnya tidak pantas memasang wajah galak seperti saat ini.

"Aduh ibu, Saya bukan sekertarisnya Sam" Aoki jadi kesal juga kalau ditanya terus-menerus seperti itu.

Apa para dosen belum juga terbiasa dengan tingkah Sam? Anak itu tidak bisa di ajak kompromi sedikitpun jika suasana hatinya sedang buruk.

'Setidaknya beri tahu aku dulu kalau mau kabur dari kelas, dasar sialan' umpat Aoki dalam hati.

"Saya tahu Bu kalau saya cantik, tapi segitu cantiknya ya sampai Ibu pikir saya sekertarisnya Sam?" Lanjut Aoki sambil pura-pura menyelipkan rambutnya ke balik telinga. Tidak tanggung-tanggung, ia melakukannya dengan senyum malu-malu.

Sontak semua mahasiswa yang ada di kelas itu tertawa. Siapa yang tahan jika melihat pemenang kejuaran karate bertingkah seperti wanita manis? Perlu di ingat, Aoki adalah pria. Meski senyumannya manis, tapi dia bisa sangat beringas jika dalam pertarungan.

Ibu Mika-nama dosen cantik itu- langsung melotot ke arah Aoki. "Sudahlah, Ayo kita mulai saja kelasnya"

Ibu Mika langsung mengalihkan topik. Malas meladeni Aoki yang otaknya sudah terkontaminasi oleh kegilaan Sam.

***
"Kau dimana, huh!?" Aoki langsung memarahi Sam saat pria itu menelponnya. Ramen yang hampir masuk ke mulutnya sampai di letakkan lagi ke mangkuk.

"Sedang perjalanan dinas" Jawab Sam seadanya.

Aoki memutar bola matanya. Percuma juga mengharapkan jawaban serius dari Sam. "Kembalilah ke kampus, sebentar lagi kelas Pak Asuka. Kau mau dia mengamuk dan melaporkan ke Ayahmu?"

"Biarkan saja, terserah dia mau melaporkanku pada Ayah, pada kakek, buyutku, bahkan pada Tuhan pun aku tidak peduli. Aku sibuk"

Aoki menghela napas mendengar itu. "Terserah kau saja, ada apa kau menelponku?" Tanya Aoki akhirnya. Ia lupa kalau Sam lah yang menelpon duluan, itu artinya ada yang ingin dibicarakan oleh Sam. Hanya saja, Aoki terlanjur menyemprotnya dengan omelan hingga Sam tidak punya kesempatan untuk bicara.

The MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang