Chapter IV

122 18 0
                                        

The mirror will show you the truth

*-*

"Apa aku harus pindah ke jurusanmu? Agar aku bisa mengawasimu setiap saat?"

Yusuke menoleh ke arah Jerry ketika mendengar manajernya itu bicara. Mereka sekarang ada di ruang musik kampus. Yusuke sedang mempelajari musik tradisional Jepang dan Jerry menemaninya setelah selesai kelas.

Setelah mendengar Sam menghampiri Yusuke ke kelas dan bersikap kasar, Jerry langsung merasa bersalah. Tugas ia di Jepang adalah melindungi Yusuke, tapi karena mereka ada di jurusan yang berbeda, jadi setiap kali ada kelas, mereka terpaksa berpisah.

"Untuk apa kau pindah ke jurusanku? Kau bahkan tidak bisa membedakan mana gitar dan mana yang bass" Balas Yusuke.

Benar, kan? Lebih baik Jerry mempelajari manajemen karena itu sesuai dengan pekerjaannya saat ini. Saat sekolah dulu Jerry tidak mempelajari teknik manajemen sama sekali karena dia berasal dari sekolah khusus olahraga. Alasan Jerry di terima jadi manajer, murni karena kemampuan bela dirinya. Bukahkan lebih bagus jika sekarang ia mempelajari teknik manajemen?

Dan lagi, selama masa vakum, manajer juga bisa istirahat. Tapi Jerry memutuskan untuk menemani Yusuke. Meski Ji dan Lei yang meminta Jerry untuk ikut, tapi bisa saja Jerry menolak itu. Dia tidak di paksa juga. Yusuke sudah cukup bersyukur karena Jerry ada untuk menemaninya, tidak perlu melakukan tugas seformal saat Yusuke aktif sebagai artis.

"Aku khawatir Yu.. Sam sangat menyeramkan. Kenapa dia seperti itu padamu?"

Yusuke hanya diam.

"Benar-benar berbanding terbalik"komentar Jerry pelan.

Yusuke tahu Jerry sedang membandingkan Sam dengan siapa. Ia juga setuju, karena itulah, Yusuke jadi semakin penasaran. Apa yang membuat Sam bersikap seperti itu? Kehidupan apa yang ia jalani hingga jadi suka hal-hal berbau kekerasan seperti itu?

"Kau tidak kesal padanya?" Tanya Jerry penasaran. Jujur saja, Yusuke tidak terlihat kesal sama sekali dengan sikap Sam yang kadang keterlaluan.

Yusuke diam sebentar. Kadang ia kesal, tentu saja. Tapi perasaan itu cepat menghilang. "Hanya.. Aku masih bingung" Jawab Yusuke.

Jerry mengerti arti ucapan itu. "Kau benar, aku juga kadang masih bingung"

"Aku harap...semuanya akan lebih baik untuk mereka berdua"

***

Yusuke sedang menunggu Jerry di depan kampus saat ia melihat Akira melambai kearahnya dari arah kafe dekat kampusnya.

Reflek, Yusuke mencari keberadaan Sam dengan panik. Bahaya jika Sam melihat itu.

Yusuke sebenarnya tidak ingin meladeni Akira lagi, tapi setelah di pikir-pikir, ia belum mengucapkan terima kasih dengan benar pada pria itu.

Akira sudah membantunya dua kali, setidaknya, Yusuke ingin mentraktirnya kopi di kafe itu. Jadi Yusuke memutuskan untuk menghampiri Akira di Kafe dan menawarkan diri untuk membayar pesanan Akira sebagai ucapan terima kasih.

"Kau ingin mentraktirku disini?" Tanya Akira sambil mengerjap bingung.

Yusuke ikut terlihat bingung. "I-iya.. " Jawabnya ragu.

"Yusuke, meskipun ini di luar kampus.. Tapi gerbang kampusmu tepat di depan sana" Akira menunjuk ke depan. "Kau tidak takut ketahuan Sam?" Tanya Akira memastikan apakah Yusuke yakin ingin mentraktirnya disini.

"Aku hanya tinggal membayarnya lalu pergi.."

"Eiii.. Mana boleh begitu. Setidaknya kau harus menemaniku. Kau ingin aku minum kopi sendirian disini? Jahatnya.. " Akira terlihat cemberut.

The MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang