Chapter X

98 15 1
                                    

Black Mirror

*.*

"Hai.. Apa kabar?" Ji menyapa Sam yang berdiri beberapa meter di depannya.

Sam membeku di koridor apartemen sambil menatap Ji dengan tatapan tak percaya.

Ji tidak bersuara lagi, ia tahu, pria yang memiliki wajah sama dengannya itu masih terkejut. Jadi, ia memberikan waktu sampai Sam menyadari situasi ini.

Tidak lama, karena tiba-tiba Sam mendekat dengan cepat lalu memeluk Ji erat.

Ji sangat terkejut tentu saja. Ia nyaris saja mundur tanpa sadar. Tubuhnya secara naluriah ingin menghindari Sam.

"Kau.. Sungguhan?" Tanya Sam dengan napas tercekat. Sulit untuk sekedar mengucapkan satu kata saat ini, ia terlalu terkejut.

"Sudah lama tidak bertemu" Ucap Ji datar. Ia tidak tahu harus menghadapi Sam dengan cara apa. Ia bahkan tidak membalas pelukan Sam karena merasa terlalu asing dengan pelukan itu.

Tapi tetap saja, Ji tidak mendorong Sam meski ingin. Ia berusaha untuk tidak menunjukan rasa tidak nyamannya. Ia tidak mau Yusuke mendengar cerita kalau dirinya bersikap dingin pada Sam, Ji sudah berjanji pada teman setimnya itu untuk memberi kesempatan pada Sam dengan baik. Lagipula, Ji juga perlu memastikan hubungan di antara Yusuke dan Sam. Ia tidak mau siapapun dihidupnya sekarang, berhubungan dengan masa lalu nya.

"Aku merindukanmu" Ucap Sam lagi.

Ji nyaris mendengus. Orang yang dulu mendorongnya menjauh dan orang yang tidak pernah menoleh kebelakang meski Ji terus memohon padanya, beraninya mengatakan itu?

Sam melepas pelukannya saat merasa Ji tidak merespon apapun, kembarannya itu bahkan tidak membalas pelukannya. Tiba-tiba Sam teringat pertanyaan Yusuke.

"Bagaimana jika Zihong tidak ingin bertemu denganmu?"

Benar, di posisi Ji, dia pasti tidak ingin melihat Sam lagi. Dia pasti merasa dikhianati dan mungkin saja Ji membenci Sam saat ini. Tidak, itu pasti. Ji pasti benci pada Sam.

"Ma-maaf karena memelukmu tiba-tiba" Sam menunduk. Ia tidak sanggup melihat wajah Ji sekarang.

"Boleh aku masuk?" Ji menunjuk pintu apartemen Sam dengan telunjuknya.

Sam mengangkat kepalanya lalu melihat pintu yang di tunjuk Ji. Dengan cepat ia membuka pintu itu. "Ten-tentu.. Ayo masuk" Sam mempersilahkan Ji masuk duluan, lalu ia mengikuti dari belakang.

Begitu masuk, Ji langsung menatap sekeliling ruangan. Ada ruang tamu kecil di dekat pintu, jika berbelok sedikit, akan ada dapur kecil. Sepertinya dapur itu tidak pernah digunakan. Ji suka masak, jadi ia bisa menebak dapur yang biasa digunakan dan yang tidak pernah digunakan itu seperti apa.

Lalu ada pintu menuju ruangan lain, Ji yakin itu kamar Sam.

Hanya itu. Tidak ada yang menarik lagi di apartemen ini. Tidak ada hiasan, foto, tanaman, atau dekorasi apapun. Sangat polos seolah ini bukan tempat yang ditinggali seseorang. Bahkan sofa yang ada di ruang tamu pun masih di tutupi kain putih.

Ji membuka kain putih yang menutupi sofa itu lalu duduk disana. "Apa ini sofa baru?"

Sam menggeleng. "Tidak, hanya saja.. Aku tidak pernah menggunakannya sejak itu dibawa kesini. Jadi aku menutupinya agar tidak berdebu"

"Kau tidak tinggal disini? Dari yang aku dengar, kau lebih sering tinggal disini daripada di rumahmu. Apa itu salah?" Tanya Ji masih menelusuri setiap sudut apartemen ini, mencari tanda-tanda kehidupan. Tapi tetap tidak ada.

The MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang